POV Risa
Mungkin memang nasibku yang selalu tidak baik soal percintaan, aku ditinggalkan orang yang sangat kucintai dan sekarang aku harus menikahi orang yang tidak kucintai. Aku tidak pernah berpikir soal cinta karena terbiasa, tapi sekarang aku harus mencoba itu yang katanya itu terbaik buatku. Ntah apa yang dipikirkan dengan orangtua sekarang ini, kami yang akan menjalani tapi mereka yang repot menetapkan. Apalagi Erfan sekarang ntah dimana, tanpa kutanya tante Cindy langsung menjelaskan kalau dia sekarang sedang ketemu dengan klien kantornya. Aku benar-benar tidak peduli dia sedang apa atau dengan siapa sekarang, tanpa dibohongi pun aku sudah tau dia dengan siapa sekarang dan sekali lagi aku tidak peduli.
“kamu setujukan Ris?”
“kenapa mama tanya Risa? Bukannya keputusan Papa yang paling penting disini?”
“Risa!”
“hmm... nanti kamu juga bakal merasakan dampak dari pemaksaan Papa ini Ris. Sekarang Papa terima kalau kamu marah, tapi paling tidak Papa sudah menyerahkan kamu dengan pria yang tepat”
“tante juga yakin kok Ris kalau kamu itu wanita yang tepat buat Erfan. Maaf kalau kami memaksa kalian”
“terserah saja”
Aku memilih keluar dari ruangan perawatan Papa, lama-lama disitu akan membuatku terkena penyakit stroke ringan karena topik pembicaraan mereka. Aku butuh kopi buat menenangkan semua organ dan perasaanku sekarang. Ini benar-benar berat, apalagi dengan ucapan tolol Erfan yang menyetujui pernikahan konyol ini. Liat apa yang sudah dia lakukan untuk kami, dia hanya pergi menemui wanita yang dicintainya sekarang dan dia akan berkata menyesal nanti. Kebohohannya membuat kami tidak bisa berbelok lagi sekarang.
“ah......aku ingin berhenti bernafas saja. Ton kamu kamu harus nolongin aku sayang”
Aku hanya akan berakhir seperti ini, menangis sendiri menikmati sesak didadaku sendiri.
“halo, kamu dimana Ris?”
“kamu membuat hidupku tambah berantakan”
“Ris kamu kenapa? Kamu dimana sekarang? Kita butuh bicara”
“mau bilang kalau omonganmu ke Papa ku tadi khilaf? Terlambat Fan, terlambat”
“aku tetap serius dengan yang kukatakan tadi Ris. Aku akan menikahimu”
“kamu memang gila. Kamu pikir pernikahan itu permainan. Setelah kamu bosan bisa dibuang begitu saja? Aku tidak pernah memimpikan pernikahan seperti itu”
“kamu dimana sekarang?”
“bukan urusanmu!”
Dia memang pria brengsek, dia tidak membantah omongan yang kukatakan tadi dengannya. Dia memang berniat menikahiku sebagai permainan dan nanti segera menjadikanku janda yang menyedihkan. Tidak akan!
POV Erfan
Kali ini gue merasa cowok paling bejad yang pernah ada. Baru aja berjanji menikahi putri orang tapi segera pergi hanya karena diminta wanita lain. Gue benar-benar serius pengen nikahin Risa, meski gue nggak cinta tapi setidaknya kebersamaan akan membuat kami terbiasa bersama. Gue sebenarnya pun berpikir, mungkin dengan begini gue bisa lupain Lodi biarpun yang tadi gue lakuin buat gue berpikir ulang kalau ini perjuangan yang berat. Mama udah marah abis-abisan dengan ancaman yang nggak terbantahkan karena ninggalin RS tadi. Gue sadar dan untungnya Lodi segera membaik dari kegalauannya yang ababil itu. Gue sedih liat dia nangis sesenggukan gitu, pengen banget gue gebukin si Igo tapi gue bukan siapa-siapa. Gue cuma tempat dia nangis, tempat bersandar dan itu hanya teman. Gue harus bisa lebih serius dan itu bersama Risa, biarpun tanpa rasa setidaknya hanya sebagai teman hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memilih
Romancemencintai atau dicintai. menunggu atau ditunggu. memberi atau diberi.