Tak selamanya yang kita anggap serius akan berjalan tegak lurus. Dan tak selamanya juga yang kita anggap mainan akan menyakitkan.
Begitulah hidup!____________
Lea sudah mulai berangkat sekolah kembali. Dan sekarang, dia sedang bersama Haikal di taman belakang. Bagaimana bisa? Ya, awalnya Lea tidak sengaja berpapasan dengan Haikal, lalu ia berusaha sekeras mungkin agar menghindari tatapan darinya. Tapi, usaha Lea untuk menghindari Haikal sepertinya tidak berhasil. Haikal malah menarik Lea dan membawanya ke taman belakang. Hal itu, sontak membuat Lea terkejut.
"Aduh, kenapa si kamu bawa aku kesini?" tanya Lea sambil melepaskan genggaman dari Haikal.
"Kamu mau menghindar ya dari aku?" Haikal malah balik tanya.
Lea membuang wajahnya ke sembarang tempat. Tidak tau harus menjelaskan seperti apa. Karena saat ini ia benar-benar tidak ingin melihat Haikal. Melihatnya itu hanya akan merasakannya sakit.
Haikal memang paham dengan perasaan Lea sekarang, karena perasaan yang Lea rasakan sama seperti apa yang dirasakan.
"Maaf, Kal. Aku lagi pengin sendiri, permisi," ucap Lea kemudian berlangkah pergi.
Tetapi, Haikal langsung menahannya."Le, aku tau. Ini berat buat kita. Tapi jika takdir sudah terjadi? Apa yang boleh kita perbuat? Aku juga gak mau jika harus jadi saudara kembar kamu," ucap Haikal yang masih menggenggam kuat pergelangan tangan Lea.
Lea pun menoleh, lalu melepaskan genggamannya. "Kal? Kamu pikir aku mau jadi kembaran kamu? Kamu pikir aku terima? Enggak, Kal! Aku sayang sama kamu! Aku udah terlanjur cinta sama kamu! Tapi kenapa takdir kita harus seperti ini? Kenapa itu harus terjadi sama kita? Takdir benar-benar jahat!" jawab Lea yang perlahan sudah mulai meneteskan air matanya.
Lagi, lagi, dan lagi. Lea sudah sampai bosan mengeluarkan air matanya .
Haikal yang melihat Lea menangis pun tidak tega, begitu sakit rasanya melihat orang yang dicintainya sampai sangat terpukul seperti ini. Begitupun dengan dirinya.
Kemudian, Haikal langsung membawa Lea ke dalam pelukannya, memberikan Lea ketenangan agar bisa menumpahkan semua emosinya.
"Jangan pernah menyalahkan takdir. Karena takdir sudah dicatat sebelum kita lahir. Takdir memang terkadang menyakitkan, tidak sesuai apa yang kita harapkan. Tapi, percayalah semua pasti akan indah pada waktunya. Semua pasti ada hikmahnya, Le," ucap Haikal yang masih memeluknya.
Kemudian, Haikal melepaskan pelukannya dan beralih memegang kedua pipi Lea.
"Kita sama, Le. Bukan cuma kamu saja yang merasakan ini, aku juga. Bahkan perasaanku lebih dari cinta dan sayang. Tapi jika takdir sudah berkata aku bukanlah jodoh kamu, insya Allah aku ikhlas, Le. Kita takkan bisa bersatu karena kita sedarah. Mau sehebat apapun kita berjuang, tetap saja kita tidak bisa melawan takdir. Le, aku harap kita bisa mengikhlaskan perasaan kita dan bisa menyikapi semuanya dengan dewasa, karena kita udah bukan anak kecil lagi. Mulai sekarang, kita belajar, ya. Belajar melupakan semuanya yang pernah kita lalui bersama. Aku tahu ini sangat berat, tapi dengan berjalannya waktu, kita pasti bisa, Le," lanjut Haikal yang juga sedang menahan tangisnya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan Lea.
Lea tersenyum walaupun ia masih dalam keadaan menangis.
"Terima kasih, Kal. Karena kamu sudah pernah ada dalam kehidupanku. Ini memang sangat berat, tapi bagaimanapun juga kita harus menjalani keadaan. Bismillah, aku akan merelakan perasaanku. Tapi, jangan karna ini kamu jadi menjauh dari aku, ya? Kita tetep teman kan? Bukan teman lah, kita kan saudara," balas Lea sambil tersenyum kembali. Ya, ia memang tersenyum, tapi tersenyum karena terpaksa. Ia berusaha kuat menghadapinya. Karena ia yakin Tuhan pasti sudah menyiapkan kebahagiannya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
My chocolate🍫 [THE END]
Dla nastolatków"Bunda, jelasin ke Lea, apa semua ini benar?" tanya Lea dengan mata berkaca-kaca. "Bunda! Jawab pertanyaan Lea? Bunda jangan diam saja." kata Lea yang kini sudah mulai menangis. "Lea sayang sama Haikal bunda, kenapa ini semua harus terjadi? Ke...