~Happy Reading gays~
-------------------------------------------------------
Sekarang, Hema sudah berada di depan rumah Lea. Sebelumnya, Hema sudah mengiriminya pesan agar Lea keluar. Tapi, tidak ada balasan dari sang empunya. Maka, ia harus mengetok pintu rumahnya.
"Assalamualaikum. Lee, Leaa.."
Agak lama pintu tidak kunjung dibuka. Hema melongok-longok ke jendela, melihat apakah di dalam ada penghuninya ataukah tidak.
"Kok sepi sih, pada kemana ya?"
Hema mengetuk pintunya sekali lagi. "Assalamualaikum, Leaaa."
Pintu pun terbuka, dan Hema bernapas lega. Itu artinya, ada orang di rumah Lea.
Bukan Lea yang membukakan pintunya, melainkan Doditya-Ayah Lea.
"Eh, om. Lea nya ada?"
"Iya, ada di kamar. Tidur kayaknya. Ayo, masuk aja," perintah Doditya kemudian diangguki oleh Hema.
Hema menaikki tangga menuju ke atas, tempat kamar Lea berada. Karena sudah mendapat izin dari ayahnya, jadi Hema berani untuk naik ke atas. Masuk ke kamar Lea bukanlah suatu hal yang tak biasa. Ia sudah dari kecil bermain bersama dengannya dan bahkan tidur bersama dalam satu kamar. Waktu lah yang kini membuat mereka jadi jarang seperti dulu.
Hema sudah berulang kali mengetuk pintu kamar Lea, namun tidak ada sahutan dari dalam. Ia yakin, Lea pasti kini tertidur.
"Dasar, kebo!" gerutu Hema dalam hati. Kemudian, Hema masuk, karena pintu kamar Lea tidak dikunci.
Pemandangan pertama yang Hema lihat adalah 'berantakan'. Ya, kamar Lea saat ini seperti gudang yang sudah tak terpakai. Baju seragam yang tergeletak, sepatu yang tak ditata rapi, kaus kaki yang dilempar sembarang tempat, ditambah lagi baju ganti dan bahkan baju kotor Lea yang belum dicuci terlihat di semua penjuru ruangan. Apalagi, sekarang Lea sedang tertidur tak tentu arah.
"Kamar cewek gini amat ya, sumpah kaya kapal pecah, mana tidurnya gak pake aturan lagi," Hema menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Apa Lea tidak jenuh sama sekali melihat pemandangan seperti ini. Dia yang cowok saja, rasanya gatal. Tangannya ingin bergerak membersihkan semuanya.
Lalu, Hema menghampiri ranjang Lea. Membangunkannya.
"Lee,, bangun Le. Gue disini," ucap Hema sambil menggoyang-goyangkan tubuh Lea, namun Lea hanya menggeliat saja.
Hema berdecak kesal. "Ck, susah banget emang kalo suruh bangunin kebo."
Ide jahil pun muncul dari otak Hema. Dia menarik selimut Lea sangat keras dan ia berteriak sekeras mungkin tepat di telinga Lea.
"Maling... Maling... Woy, maling!!!!"
Lantas, hal tersebut tentunya membuat Lea bangun, kaget setengah mati.
"Mana malingnya, mana?" Lea langsung beranjak dari tempat tidurnya.
"Hahahaha...." Hema tertawa dengan sangat keras. Hal itu pun membuat Lea tersadar, kalo ia hanya korban penjailan Hema.
"Kurang ajar lo! Sialan! Gue lagi enak-enak tidur, lo malah teriak-teriak maling gak jelas! Gue sumpahin lo ya jadi monyet yang terkutuk!" kesal Lea pada kelakuan Hema.
"Ya abisnya lo itu dibangunin gak bangun-bangun, ya gue gemes dong. Mana kamar lo berantakan banget. Kalo gue jadi cowok lo, ih udah ilfil gue lihat kamar ceweknya kayak kapal pecah gini."
Lea pun memandang sekitar kamarnya. Ya, benar saja, kamarnya saat ini sedang berantakan sekali. Karena ia malas untuk membereskan semuanya. Lea memang tipikal orang yang agak pemalas mengenai urusan bersih-bersih rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My chocolate🍫 [THE END]
Fiksi Remaja"Bunda, jelasin ke Lea, apa semua ini benar?" tanya Lea dengan mata berkaca-kaca. "Bunda! Jawab pertanyaan Lea? Bunda jangan diam saja." kata Lea yang kini sudah mulai menangis. "Lea sayang sama Haikal bunda, kenapa ini semua harus terjadi? Ke...