Tired

1.9K 104 34
                                    

Husband & Wife

* * *

Sue baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Segera ia membereskan meja, mematikan PC-nya sebelum meninggalkan ruangan kerja. Kantor sudah sepi, hanya ada beberapa lampu dalam kubikel yang masih menyala. Ya terang saja, ini sudah larut. Sue melirik arloji-nya dan jam sudah menunjukan angka sepuluh.

"Manager-nim, belum pulang?" Tanya Amari, salah satu karyawan divisinya.

Sue memamerkan senyumannya dan menggeleng kecil, "Baru mau pulang. Kamu sendiri?"

Amari menunjuk ke PC-nya yang masih menyala, "Besok harus sudah selesai," ada ringisan di akhir kalimatnya.

Sue menepuk bahu Amari ringan, "Geurae (baiklah)"

Setelah berbincang sedikit dengan Amari atau lebih tepatnya, Amari meminta sedikit saran untuk pekerjaannya, Sue meninggalkan kantor. Dengan tubuh yang lelah, Sue terpaksa mengendarai mobilnya. Untungnya efek kafein yang diminumnya masih ada. Jadi Sue tidak khawatir akan mengantuk saat mengendarai mobilnya.

———

Tidak memakan waktu lama untuk Sue sampai di rumahnya. Hanya butuh waktu lima belas menit dan beruntungnya jalanan malam sangat lengang. Bebas macet. Meskipun demikian, rasa penat Sue makin bertambah. Dan dengan langkah gontai, Sue memasuki rumah.

Sue bisa mendengar suara televisi dari arah ruang tamu. Volumenya cukup kencang. Langkahnya bergerak agak cepat dan tidak heran begitu melihat siapa yang menyetel televisi dengan volume kencang di jam segini. Oh siapa lagi, tentu saja adiknya tercinta. Andy Park. Lihat! Begitu santainya berbaring di sofa sambil makan. Matanya tidak lepas dari layar televisi. Sampai tidak menyadari kehadiran Sue.

"Belum tidur?" Tegur Sue begitu kakinya menjejak di ruang tengah.

Andy yang sedang makan keripik terlonjak kaget, "OMG! Nuna!!" Sentaknya sambil memegangi dada.

Sue memutar bola matanya malas dan mengambil bantak sofa lalu melemparkannya asal ke arah Andy. Sang adik buru-buru menghindar.

"Enggak usah pura-pura kaget. Matiin tv-nya dan buruan tidur. Kamu besok sekolah kan?!"

"Iya, iya. Ini juga mau tidur. Ck, lagian kok udah pulang aja," kata Andy pelan.

"Apa?!" Sue tidak terlalu mendengar jelas perkataan Andy. Tapi yang pasti sedang membicarakannya.

"Diih galak."

"Kamu tuh ya!"

Andy buru-buru kabur sebelum sang kakak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Sue menggeram sebelum mendudukan dirinya di atas sofa. Menghela panjang, Sue meraih remote televisi dan mematikannya.

"Apa sih ribut-ribut?"

Melihat sosok suaminya yang muncuk dari arah dapur, senyuman manis Sue langsung terkembang. Sue merentangkan tangannya dan menyambut sang suami.

"Kangeeen," kata Sue dengan nada manjanya seperti biasa. Hidungnya menggesek lembut bahu sang pria. Mencari aroma favorite-nya yang selalu bisa menenangkannya di kala penat.

"Iya, aku juga," balasnya lalu sedikit melonggarkan pelukannya sebelum menangkup sebelah pipi sang istri. Wajahnya perlahan mendekat sementara dua netranya sudah tertuju pada bibir Sue yang sekarang terlihat menggoda.

"Ekhem!"

Keduanya segera menjauhkan diri. Sue memejamkan matanya sejenak dan menatap sang adik yang sekarang berdiri di depan pintu kamarnya dengan senyuman penuh arti.

"Bisa gak ngelakuin adegan dewasanya di kamar aja? Gak inget disini ada remaja di bawah umur," sindir Andy lalu dengan santainya masuk lagi ke kamar.

"Andy!!!" Geram Sue.

"Udah, udah. Mendingan sekarang mandi. Cape kan?"

Sue mengangguk kecil.

"Aku siapin air hangat ya."

"Kamu tadi pulang jam berapa?" Tanya Sue sambil mengikuti langkah suaminya ke lantai dua.

"Jam tiga."

"Kamu juga pasti cape kan?" Sue melingkarkan lengannya di pinggang sang suami yang baru menikahinya dua bulan lalu itu.

Pria itu, Hwang Renjun, tertawa kecil, sedikit menundukan kepalanya untuk meraih bibir mungil penuh milik istrinya. Oh, rasanya sudah lama dirinya tidak menyentuh miliknya itu. Lima hari? Ck! Salahkan jadwalnya yang makin padat akhir-akhir ini. Renjun jadi tidak punya banyak waktu bersama istrinya.

"Habis ini istirahat, okay?" Kata Renjun lembut setelah melepas ciuman singkatnya.

Sue memainkan kancing kemeja Renjun. Ia menatap sang suami dengan puppy eyes andalannya.

"Tapi masih mau cuddling. Boleh kan?"

"Boleh dong, sayang. Boleh banget malahan," Renjun menghadiahi kecupan hangat di dahi Sue sebelum keduanya masuk ke dalam kamar.

———

Selesai mandi, Sue langsung berbaring di atas ranjang. Renjun tengah memasang lilin aroma terapi dan tidak lama menyusul sang istri yang kini tengah memejamkan matanya. Walau demikian, Sue belum benar-benar tidur. Renjun memijat lengan atas Sue lembut. Renjun tahu istrinya pasti sangat lelah. Memegang jabatan sebagai seorang manager di perusahaan besar tidaklah mudah.

Perlahan mata Sue terbuka. Tatapannya bertemu dengan Sue dan entah siapa yang memulai lebih dulu, kini bibir mereka telah terpaut sempurna. Ciuman itu tidak terburu-buru, begitu lembut dan manis. Dan tidak lama, Renjun memutus kontak mereka lebih dulu sebelum mencuri satu kecupan.

Renjun mengusap bibir Sue yang memerah. Ia tersenyum begitu lembut, menatap tepat di kedua netra sang istri. Ya Tuhan, betapa ia sangat mencintai istrinya ini. Bahkan Renjun rela memberikan apapun untuk kebahagian Sue. Setelah semua perjuangan cinta mereka setahun ini.

"Wae (kenapa)?" Tanya Sue melihat tatapan Renjun yang menyendu. Ia mengusap rahang suaminya dengan gerakan lembut.

"Terima kasih karena kamu bertahan sampai saat ini. Dan maaf karena belum bisa jadi suami yang sempurna buat kamu."

Renjun melarikan tangannya untuk mengusap lembut sisi wajah sang istri. Mengagumi tiap inci ciptaan Tuhan yang hanya untuknya ini.

"Apa sih tiba-tiba ngomong gitu."

Renjun mendekap Sue, "Love you."

"Love you more, babe."

* * *

Part 1 : Tired (End)

Renjun | Husband & Wife [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang