Part 25

1K 133 0
                                    

Udara malam pantai sangat dingin walaupun salju tidak turun. Johnny ternyata membawa mereka ke Brighton Beach yang sepi. Ya siapa yang ke pantai pada malam hari di musim dingin?

Sejak dari rumah keluarga Jaemin. Tidak ada percakapan di antara mereka berdua. Selama di mobil Jaemin hanya memandang keluar jendela sambl memeluk bouquet bunganya. Pikirannya bercampur antara perilaku brengsek Mark dan perilaku Johnny yang tidak ia pahami. Johnny meninju adiknya sendiri demi dirinya. Mengapa? Apakah karena adiknya itu sudah keterlaluan? Atau bolehkan Jaemin berpikir karena Johnny marah karena dirinya direndahkan oleh adiknya sendiri?

Johnny juga hanya diam saat berada di mobil. Ia merasa sangat marah sejujurnya. Tidak menyangka adiknya ternyata begitu brengsek kepada Jaemin. Ia marah karena hanya meninju adiknya satu kali. Harusnya ia meninjunya berkali-kali sampai adiknya itu sadar dan tidak mengganggu Jaemin lagi. Johnny mengemudikan mobilnya tanpa tujuan awalnya, kemudian ia memutuskan untuk menuju Brighton Beach. Ia butuh menenangkan pikirannya dan ia pikir Jaemin juga memerlukan hal itu.

Johnny membuka setengah kaca mobil tanpa mematikan mesinnya. Suara ombak yang masuk ke pendengaran mereka. Johnny menyerahkan mantelnya kepada Jaemin karena gadis itu hanya memakai dress yang berlengan pendek. Pasti ia sangat kedinginan sekarang.

“Terima kasih,” Jaemin bergumam pelan ketika mantel itu sudah tersampir di bahu kecilnya. Johnny mengangguk pelan.

“Terima kasih untuk mantel, dan bunga cantik ini, dan karena telah membawaku pergi dari Mark,” Jaemin masih menunduk, menatap bunga yang berada di pelukannya.

“Tidak butuh pelukan? Aku akan memberikannya dengan gratis tanpa bayaran,” Johnny berusaha mencairkan suasana yang kaku ini. Jaemin akhirnya menolehkan kepalanya pada Johnny dan terkikik pelan.

“Boleh juga, badanmu besar pasti bisa membuatku merasa hangat,”

Tanpa Johnny duga, Jaemin mendekatkan tubuhnya ke arah Johnny dan melingkarkan tangannya di pinggang lelaki itu. Johnny sedikit kaget, tidak menyangka leluconnya ditanggapi dengan serius. Tetapi ia tetap melingkarkan tangannya di pundak Jaemin. Menyalurkan rasa panas tubuhnya pada Jaemin.
Pelukan itu hanya berlangsung selama sepuluh detik. Jaemin-lah yang lebih dulu melepaskan pelukannya.

“Sudah kuduga tubuhmu hangat seperti beruang,” Jaemin menatap mata Johnny dengan jenaka.

“Bukankah aku lebih mirip jerapah jika dibandingkan denganmu?” Johnny dan Jaemin tertawa bersama. Suasana kaku itu tiba-tiba mencair. Jaemin memperhatikan bunga yang masih berada di pangkuannya.

“Kenapa kau memberikanku bunga?” pertanyaan yang Johnny tunggu akhirnya tiba. Dan ia sungguh bingung menjawab pertanyaan itu.

“Jujur akupun tidak tahu. Tiba-tiba aku menemukan diriku yang berhenti di depan sebuat florist dan memesan sebuah bouquet untukmu. Aku pikir aku tidak akan bisa memberikannya padamu,”
Jaemin memicingkan matanya menatap Johnny. Tidak puas dengan jawaban yang abu-abu itu.

“Aku mengharapkan jawaban yang lebih baik kau tahu. Professor matematika memang tidak pandai berkata-kata ya,” Johnny tertawa mendengar sindiran Jaemin tetapi tidak berusaha melawan.
Mereka terdiam lagi tetapi dalam suasana yang nyaman sambil mendengar deru ombak yang saling bergulung.

“Aku minta maaf,”

Pernyataan Johnny berhasil membuat Jaemin menoleh kearahnya.

“Untuk apa?” Johnny menatap Jaemin. Menatap sorot mata yang memancarkan luka.

“Karena perilaku kurang ajar Minhyung terhadapmu,”

Jaemin memutus kontak mata mereka dan menatap lurus ke depan. Memperhatikan langit yang sangat gelap tanpa bintang.

“Kau tidak perlu meminta maaf atas perilaku yang bukan kau lakukan Johnny,” Johnny menyetujui ucapan Jaemin tapi entah mengapa ia hanya ingin mengucapkan maaf pada Jaemin.

Johnny meraih tangan Jaemin yang berada diatas paha gadis itu. Menggenggamnya, menyalurkan rasa hangat yang menenangkan. Jaemin tersenyum melihat tangannya yang berada dalam genggaman Johnny.

Seketika perasaan marahnya pada Mark menghilang digantikan perasaan hangat yang diberikan oleh lelaki yang berada di sampingnya.

Stupid Engagement Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang