Part 24

939 134 4
                                    

Acara makan malam telah usai. Para tamu undangan mulai membaur, saling mengobrol atau mengenalkan keluarga mereka kepada yang lain.

Jaemin merasa pengap padahal ia berada di ruangan terbuka. Ia paling bosan berada di pesta seperti ini. Jeno sudah meninggalkannya dengan Haechan –pacarnya- entah kemana. Mata Jaemin menangkap sosok Johnny yang duduk bersama ibunya. Lelaki itu tertawa membuat Jaemin juga ikut tersenyum karena tawanya. Astaga tawa juga bisa menular juga ternyata.

Jaemin mengalihkan matanya dari sosok Johnny, dan menangkap Mark yang ternyata memandanginya dari tadi. Tiba-tiba mood Jaemin turun seketika. Ia memilih untuk memutus kontak mata mereka dan masuk ke dalam rumah. Rencananya mengambil kue yang tersisa untuk di sajikan kepada tamu. Suasana di dalam rumah sangat sepi karena semua orang berada di halaman belakang. Tiba-tiba ada seseorang yang memeluk Jaemin dari belakang ketika ia sampai di dapur.

“Nana,” suara rendah Mark berdersir di telinga Jaemin. Sontak Jaemin lansung melepas tangan Mark di pinggangnya dan menjauhkan dirinya dari lelaki itu. Wajah Jaemin terlihat kaget dan ketakutan.

“Nana,” Mark memanggil nama kecil Jaemin lagi, sambil berusaha meraih tubuh kecil Jaemin. Jaemin menepis tangan Mark dan menggeram marah

“Pergi dari sini Mark, aku tak ingin melihatmu,” Jaemin menoleh ke arah samping, tidak ingin memandang wajah memuakkan itu. Ia bersidekap seperti memeluk dirinya sendiri.

“Don’t you miss me? Because I miss you a lot,”
Ha. Jaemin ingin tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Mark. Omong kosong macam apa ini. Jaemin mengacuhkan Mark lalu berjalan melawati lelaki itu. Mark menarik lengan Jaemin sebelum ia bisa melangkah lebih jauh.

“Ayo menikah Jaemin. Aku tahu kau masih mencintaiku. Tidak masalah apakah aku atau Johnny yang menikahmu karena kita adalah saudara dan hubungan dua keluarga tetap akan terjadi,”

Jaemin menepis kasar tangan Mark yang menahannya dan memandang lelaki itu dengan tatapan tidak percaya. Menikah? Mark sudah gila rupanya. Apasih yang ada di otak lelaki itu. Ia tidak berubah sama sekali, masih suka berbuat semaunya sendiri.
Jaemin sudah bersiap untuk meninggalkan Mark lagi tetapi perkataan lelaki itu membuatnya tercengang.

“Tidak ada yang tahu dirimu luar dalam seperti aku Jaemin. Apakah Johnny tahu kebiasaan tidurmu? Makanan kesukaanmu? Alergimu terhadap kacang almond? Apakah ia tahu bahwa punggungmu sangat sensitif ketika disentuh? Apakah-“

Cukup Jaemin tidak bisa mendengarnya lagi. Ketika ia hendak menampar wajah Mark, lelaki itu lebih dulu tersungkur sambil memegangi pipinya. Johnny berdiri di hadapannya. Meninju rahang Mark dengan cukup keras karena Jaemin mendengar Mark yang meringis kesakitan.

Johnny terlihat sangat marah tetapi ia menahan emosinya sekuat mungkin.

“Kau sudah keterlaluan Minhyung. Aku tidak akan minta maaf untuk pipimu. Dan jauhi calon tunanganku.”

Johnny kemudian menatap Jaemin dengan tatapan sendunya. Lalu menggenggam tangan mungil Jaemin dan menariknya dengan pelan mengikuti Johnny keluar dari ruang dapur. Mereka kembali ke tempat pesta tetapi Johnny tetap berjalan ke arah kakek Jaemin berada. Lelaki itu menundukkan kepalanya dihadapan Mr. Seo menarik perhatian semua orang.

“Aku izin membawa Jaemin pergi Mr. Seo. Selamat ulang tahun dan selamat menikmati pestanya,”

Tanpa mendengar balasan dari kakek Jaemin, Johnny menarik tangan Jaemin lagi. Mereka keluar dari rumah Jaemin dan menuju mobil Johnny yang terparkir dengan sempurna. Johnny membuka pintu penumpang depan, mengambil bouquet bunga lalu menyuruh Jaemin duduk. Kemudian ia menaruh bouquet bunga itu diatas pangkuan Jaemin. Gadis itu menatapnya dengan bingung.

“Untukmu,” Setelah satu kata itu, Johnny kemudian menutup pintu mobil dan ia memutari mobilnya untuk menuju kursi kemudi. Jaemin menatap Johnny dengan tatapan yang tidak bisa Johnny artikan sambil memeluk bouquet bunganya. Johnny hanya tersenyum melihat Jaemin. Ia mengusak rambut Jaemin pelan lalu menyalakan mobil. Menjalankan mobilnya menembus jalanan kota New York yang sudah diterangi lampu jalan.

Stupid Engagement Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang