12

8 2 0
                                    

Jika aku dapat menghilangkan sesuatu. Aku ingin menghilang ingatan yang pahit dan hanya akan mengingat kenangan yang indah bersamamu dulu.
.
.
.
.

.
Happy reading~

Yoongi tak lantas meninggalkan toko, ia malah membantu Song ahjumma dan Jina. Walaupun tidak bisa merangkai bunga, setidaknya ia bisa merapihkan tata letak bunga yang sedikit berantakan karena datangnya beberapa jenis bunga yang baru.

Tapi bukan itu tujuan utama Yoongi, tujuannya hanya satu Jina. Hanya itu, ia ingin dekat dengan Jina, entah mengapa hati kecilnya ingin berbagi cerita kepada gadis muda dengan mata yang indah itu. Hanya berbagi cerita tidak lebih.

Dan Song ahjumma melihat itu. Ia melihat bagaimana tatapan yang Yoongi berikan kepada Jina. " Apakah ia akan menggantikan tugasmu untuk menjaga Jina, Hoseok~a?" gumam Song ahjumma.

Tepukan lembut dibahunya membuat Song ahjumma menoleh kepada sosok Jina yang menepuknya. " Ahjumma aku sudah selesai, boleh aku pulang lebih cepat?. Besok ada ujian ahjumma. Mianhae".

Tersenyum lirih lantas menganggukan kepala sebagai jawaban. Jina memeluk Song ahjumma erat dan pergi mengambil tas yang ia letakan dibawah meja kasir dan satu buah payung yang diberikan seorang namja tadi siang. Jina sudah akan menggapai pintu toko sebelum suara Song ahjumma membuatnya tercenung.

" Yoongi~a tolong antar Jina pulang kerumahnya. Kau juga harus pulangkan, ini sudah sore. Nanti orang tuamu khwatir padamu. Biar ahjumma sendiri yang menutup tokonya". Ujar Song ahjumma panjang lebar dan saat mengatakan orang tuamu dihadapan Yoongi, Song ahjumma merasakan sesak karena ia tau sosok orang tua Yoongi tidak pernah ada bagi Yoongi sendiri.

Tersenyum tipis Yoongi lantas mengangguk lamat, meengambil tasnya lalu mencuri kecupan dipipi Song ahjumma dan berjalan kearah pintu toko.

" Ekhem, apa kau akan diam disana semalaman?". Mendengar suara dari Yoongi. Jina lantas sadar akan lamunannya, segera ia keluar dari toko dan mengambil sepedanya.

"Apa kau mau berteman denganku Jina-ssi?". Dan anggukan dari Jina merupakan awal dari takdir untuk mempermainkan kehidupan mereka.

" Apa kau mau aku antar pulang?". Sebuah pertanyaan dari Yoongi membuat langkah Jina terhenti. Lama tidak mendapatkan jawaban dari sang empu membuat Yoongi menggeram pelan.

" Apa kau bisu? aku bertanya padamu ". Jina menatap dalam mata Yoongi, dan Yoongi hanya diam terpaku melihat wajah cantik Jina, tanpa polesan make up seperti kebanyakan gadis lainnya. Cantik. Hanya itu yang ada dipikiran Yoongi saat melihat mata teduh milik Jina.

" Ani, Pulanglah Yoongi-ssi". Setelah mengucapkan itu Jina kembali berjalan untuk pulang sambil mengiring sepeda tuanya yang sialnya hari ini bannya kempes.

Senyum tipis terpatri di bibir Yoongi, hanya dengan kalimat yang di utarakan Jina membuat dada Yoongi bergemuruh. Jika ada orang yg lewat didepan Yoongi pasti orang itu akan berpikir bahwa Yoongi orang gila. Iya dia gila karena suara Jina.

Menggelengkan kepalanya lantas Yoongi mengambil handphonenya di saku celana seragamnya. Menunggu beberapa menit sampai sambungan telfon itu terhubung oleh orang dituju Yoongi.

" Halo? ". Saat mendengar suara deep dari orang sana,lantas Yoongi berjalan pelan menuju mobil mewahnya yang diparkir tidak terlalu jauh dari Sunflower's.

 TEARS ¦ MYGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang