•ʋɨɛʀ

285 103 154
                                    

Langit yang mulai menggelap, membuat langkah laki-laki itu sedikit tergesa. Angin yang semakin terasa kencang, juga membuatnya merapatkan jaket. Beberapa kali, suara burung yang bertengger di pohon terdengar. Sedikit membuat bulu kuduknya berdiri.

Kembali datang ke sekolah saat sekolah sudah sepi, adalah hal yang paling ia benci. Mempercepat langkah, laki-laki itu segera memasuki gerbang sekolahnya.

Jeno berlari memasuki area sekolah. Semoga saja, kelasnya belum dikunci. Buku paket kimianya tertinggal di laci. Itulah yang membuat laki-laki bertubuh bongsor ini kembali ke sekolah.

Tapi sejenak, langkahnya terhenti. Kepala Jeno menoleh, memandangi tong sampah biru didepan sekolah. Ia memicingkan mata, melihat ada benda familiar terbuang disana. Setelahnya, ia mendengus dan menyunggingkan senyum.

Entah untuk apa.





























































"HUWAAAAA!!!!" Laki-laki berkulit tan itu, berteriak kencang. Yang mendengar, sontak menutup telinga.

"APASIH, CHAN?! TERIAK MULU!!!" Chenle berteriak tak kalah kencang dari Haechan.

"Ini apa?!" Haechan melempar benda dari dalam lacinya. Membuat Chenle mendekat ikut melihat.

"Ewh, Chan. Jijik gue." Chenle bergidik. Ia menjulurkan lidah, menampakkan bahwa ia benar-benar jijik.

Jeno diam ditempatnya. Tidak ingin menggubris kedua temannya yang heboh. Renjun disampingnya juga hanya sekadar menilik.

"Echan, ada apa sih? Teriak kenceng banget, dari luar aja kedengeran loh," suara Jaemin menyeruak diantara mereka. Diikuti Jisung dibelakangnya membawa dua lolipop di kedua tangannya.

"Akhlakless," ujar Renjun dingin. Membuat Haechan langsung menegakkan tubuh tidak terima.

"Ini loh Na," Haechan memungut kembali benda yang tadi ia lempar. Memberikannya pada Jaemin.

"Uhuk!" Jisung tersedak, melihat benda yang dibawa Jaemin, ia membulatkan mata. Jaemin pun begitu. Keduanya saling tatap. Dengan alis yang sama-sama berkerut.

"Kenapa?" tanya Haechan saat menyadari perubahan ekspresi dari Jaemin dan Jisung.

"I-ini," ucapan Jisung terbata, membuat Haechan mengerutkan dahi. Renjun dan Chenle jadi ikut mendekat.

"Kemaren kita udah buang ini ke tong sampah," kata Jaemin dengan melempar benda tadi keatas meja Haechan. Chenle membelalakkan mata, Renjun dan Haechan sama-sama menoleh. Terkejut dengan ucapan yang dilontarkan Jaemin.

Jeno ditempatnya juga tersentak kecil. Tapi laki-laki bertubuh bongsor itu tidak memberi reaksi berlebih.

Jaemin mendengus kecil, lalu menatap sosok yang diam saja dari tadi. "Kemaren lo ngapain?" Pertanyaan Jaemin lontarkan pada Jeno. Membuat Jeno sedikit gelagapan.

"A-a, ha?"

"Ngapain?" tegas Jaemin.

"G-ga. G-gue, gak ngapa-ngapain," jawab Jeno masih dengan gelagapan.

Jaemin mendengus, lalu menyunggingkan senyum tipis. "Kalo ga ngapa-ngapain, kenapa grogi." Ia kembali memandang benda diatas meja Haechan.

"Wah-wah, ini pasti kerjaan lo kan Cung?" Haechan menuding Jisung dengan telunjuknya.

"Ih, kok gitu sih?" Jisung menggeleng tidak terima.

"Yang punya boneka Anna ya cuman lo kali," Chenle ikut menyahut. Ia mendudukkan dirinya diatas meja, lalu mengangkat kaki kanannya.

•ʀᴇʟᴏᴀᴅTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang