•ʂɛƈɧʂ

259 92 185
                                    

Sorry late up :" part ini bakal agak panjang ya <3

Happy reading-!





















"Kita beneran masuk sini?" ujar Jeno saat langkah pertamanya memasuki cafe.

"Hm, lagian kita disuruh kesini kan?" Jaemin menjawab tenang. Laki-laki itu tampak tenang-tenang saja melangkah masuk cafe. "Permisi," ucap Jaemin sambil mengetuk salah satu meja.

"Ah, kalian sudah datang." Terlihat seorang perempuan muncul dari belakang meja bar. Perempuan itu tersenyum tipis, lantas menundukkan tubuhnya sedikit. "Silahkan," lanjutnya, menujuk satu meja dekat jendela.

Jaemin membalas senyum, lalu segera berjalan kearah meja yang ditunjuk. Dan diikuti yang lainnya.

"Beuh, malem-malem gini Jisung laper bangeeet," rengek Jisung. Anak laki-laki itu menempelkan pipinya diatas meja. Bibirnya sengaja dibuat melengkung. Memberi kode agar salah satu dari mereka memesan makanan.

"Banya mau lo bayi," Renjun menoyor pelan kepala Jisung.

"Silahkan menikmati." Satu nampan berisi berbagai makanan, ditaruh secara perlahan oleh penjaga toko. Sosok yang tadi menyambut mereka diawal.

"Tapi kita belum pes-"

"Menu dan biaya, semua sudah ditanggung." Ucapan Jaemin terputus. Penjaga tadi tersenyum, menundukkan tubuhnya. Lantas pergi meninggalkan sekumpulan anak muda itu.

"Yeay! Dikabulin dong," Mata Jisung membulat. Melihat satu porsi steak daging yang masih panas didepannya.

"Gue makan, ya." Jeno menyerobot sup jamur. Jisung disampingnya juga langsung mengambil pisau garpu untuk menyantap steak. Chenle, sosok yang terakhir datang, dengan santai mengambil satu tusuk sate keong.

Ketiga laki-laki itu melahap cepat makanan dihadapannya. Sampai lima gelas minuman dengan warna berbeda tiba di meja mereka. Kompak, Chenle, Jeno dan Jisung mengambil gelas itu tanpa aba.

"Lo ga ambil, Na?" Renjun menyenggol pelan lengan Jaemin.

"Eum,, gue masih ga percaya aja. Bisa jadi kan, dimakanan sama minuman ini ada apa-apanya." Jaemin mengedikkan bahu.

"Percaya aja dong, tadi kakaknya yang nganter ga keliatan jahat kok," sahut Jisung setelah menegak minumannya.

"Hm, lagian lo pasti pengen kan?" Jeno ikut menyahut.

"Tuh kan. Have fun aja, Na!" Renjun tersenyum lebar. Jaemin tersenyum kaku.

Kali ini, senyum Renjun terlihat janggal.

Setelah mengatakan itu, Renjun bersiap berdiri. "Eh, mau kemana lo?" Jaemin menahan lengan laki-laki berdarah China itu.

"Ah, eum.. gue mau angkat telpon." Renjun menunjukkan handphonenya. "Gue keluar dulu ya, Na," ucap laki-laki bermarga Hwang itu, seraya berjalan kearah luar cafe.

Jaemin mengkerutkan kening, memandangi Renjun yang berdiri diluar dari jendela. Lantas ia teringat sesuatu. 

Bukankah Renjun ingin mengangkat telpon? Tapi, daritadi tidak ada nada dering yang masuk.

Na mengedikkan bahu acuh. Lalu segera mengambil gelas kaca berisi soda dingin.

Jeno ditempatnya mengernyitkan dahi. Tangan kekarnya memijat pelipis pelan.

Pening.

Kenapa ia merasa pening, perut mual, dan rasa kantuk berat?

Dengan mata yang sudah terlihat sayu, ia melihat satu persatu temannya mulai tertidur.





































•ʀᴇʟᴏᴀᴅTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang