•ƒυηƒ

273 97 182
                                    

Happy Reading!









Laki-laki bertubuh proposional itu, baru saja keluar dari kamar mandi. Rambut legamnya masih meneteskan air, belum sempurna kering setelah shampo-an. Badannya yang masih lembab, dibiarkan terbuka tanpa pakaian. Kentara sekali tubuh atletisnya, apalagi disaat malam hari.

Jaemin menghela nafas panjang. Mulai merasa pasrah pada teori yang ia angankan tentang beberapa kasus akhir ini. Ia memijat pelipis pelan, lalu merebahkan tubuhnya.

"Mau curiga sama Renjun, tapi tu bocil ga mungkin sekejam ini sampe bunuh makhluk," gumamnya pelan.

"Kalo Chenle, tuan muda sedingin es gitu mana mau ribet." Jaemin menggaruk alis. Ia diam sejenak.

Curiga pada teman-temannya seperti ini, sebenarnya membuat ia tak enak hati. Mengingat mereka adalah anak baik-baik.

"Haechan agak nyurigain sih, tapi otak dangkal kayak dia mana bisa mikir kayak gini," lanjutnya bergumam.

"AH!" Tiba-tiba saja ia merubah posisi menjadi duduk.

Dengan punggungnya yang tegap, serta kakinya yang kini bersila diatas kasur. Laki-laki tampan itu melebarkan mata. Lalu menjentikkan jarinya.

Tatapan tajamnya menghadap lurus ke depan, dengan menarik nafas panjang,

"Gue curiga sama Jeno."

Ting!

Pesan baru yang tampak pada layar handphone, membuatnya menoleh cepat. Satu pesan dari nomor tak dikenal. Dengan ragu, tangan kekar Jaemin meraih handphonenya di atas nakas samping kasur.

+62xxxxxxxxxxxx

Gimana? Udah ketemu blm, siapa pelakunya? Hehe >.< gue udah shareloc tempatnya. Kalo mau tau siapa pelakunya, dateng kuy. Anggota dreamies kok :)






























Malam itu sunyi sekali. Jalanan yang biasanya masih ramai walau matahari sudah berganti bulan, kini sepi. Pedagang kaki lima yang biasa stand di pinggiran jalan, kini hilang seperti tersapu angin.

Sunyi, sepi, dan dingin. Sangat menyebalkan. Namun, Jaemin lebih memilih kedinginan demi tahu siapa pelakunya, ketimbang diam dirumah dan menjadi korban selanjutnya.

Tentu ini adalah hal yang ia tungggu-tunggu. Memikirkan siapa pelakunya, membuat otaknya terisi penuh.

Nilai Fisikanya yang dulu bernilai 97, kini merosot jauh menjadi 95 karena memikirkan ini.

Saat dirasa tempat yang ia tuju sudah dekat, Jaemin memelankan langkah. Menilik sebentar, mencocokkan alamat yang diberikan Sang pelaku.

Sebuah cafe.

Jaemin mengerutkan kening, saat melihat lampu cafe ini tidak menyala. Bukankah ini menyeramkan? Ia akan menemukan pelakunya, tapi ditempat seperti ini? Terlebih dia hanya seorang diri.

"Woy."

"BUSET!" Jaemin memegang dadanya yang seketika terpompa cepat. Matanya melotot kaget.

 Namun perlahan, rasa terkejut itu memudar. Matanya berubah menjadi menatap curiga. Kedua alisnya menukik tajam. Seiring dengan keningnya yang mengkerut, semakin tampak. 

"Ngapain lo disini?" Suara Jaemin terdengar dingin. Membuat oknum didepannya menatap Jaemin bingung. Laki-laki bermarga Na itu memasukkan tangan kanannya pada saku celana.

•ʀᴇʟᴏᴀᴅTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang