•α¢нт

275 83 131
                                    

Happy Reading-!




Sekolah siang itu ramai. Tentu, karena ini masih jam istirahat.

Pemuda dengan tubuh ideal itu berjalan tenang menyusuri koridor. Sambil jalan, ia membersihkan kedua tangannya yang—

"Halo bos!" sapa seseorang saat berpapasan.

Ah, apakah se famous itu dia? Haha

"Ya, Kak?" tanya pemuda tadi ramah.

"Habis darimana, Na?" tanya seorang lainnya. "Eh, btw gue turut berduka cita atas kabar dukanya Chenle ya. Gue paham, anggota dream pasti merasa kehilangan banget."

"Habis dari kamar mandi, Kak Winwin, Kak Ten." Jaemin, pemuda tadi, tersenyum ramah. "Oh iya kak, makasih ya kak."

"Ohh, sendiri?" tanya Ten lagi. Jaemin mengangguk.

"Tumben?" tanya Winwin dengan memasang wajah cengo nya.

"Hehe, iya ni Kak." Jaemin tertawa kaku.

"Yang lain mana?" interogasi Winwin lebih lanjut.

"Gimana?"

"Temen lo yang lain, Na." Ten menyahut, membenarkan maksud Winwin.

"Ohh..." Jaemin mengangguk pelan. "Yang lain lagi di kantin Kak."

"Kok lo nggak?" Winwin menaikkan satu alis.

"A-a, emang kenapa ya, Kak?" Jaemin menggaruk tengkuk, merasa terganggu dengan pertanyaan kakak kelas nya yang beruntun dan terkesan menuntut.

Hening sejenak. Winwin yang masih menaikkan sebelah alis. Jaemin yang terlihat risih. Dan Ten yang bingung harus apa.

"Oh, gapapa kok Na. Biasalah, Winwin emang orangnya banyak tanya," ujar Ten dengan cengiran. Tangan kanannya merangkul Winwin paksa. Membuat sang empunya menoleh tak terima.

"Yaudah ya Kak, saya duluan," ucap Jaemin sopan dengan membungkukkan tubuhnya sedikit. Ten mengangguk cepat. Dan setelahnya Jaemin melangkah pergi meninggalkan dua kakak kelasnya.

"Eh, Na!" seru Winwin saat Jaemin sudah berjarak satu meter darinya.

Jaemin lantas membalikkan tubuh. Menaikkan kedua alisnya. "Ya?"

"Tolong bilangin si Renjun dong, besok ato kapan gitu bikinin jadwal buat kumpul anak China. Oke?" Winwin mengacungkan jempolnya. Senyumnya terbuka lebar.

"E-eh?" Jaemin terlihat sedikit terkejut dengan permintaan Winwin. "Iya deh, nanti aku sampein," lanjutnya ragu.

"Kalo sempet," lanjutnya dalam hati.

Dan setelahnya, Jaemin kembali melangkah pergi. Benar-benar pergi, karena Winwin ataupun Ten tidak memanggilnya lagi.

"Ish! Lo kenapa kepo banget sama urusan orang sih, Win?" Ten berkacak pinggang, ia menoyor kepala Winwin—cukup keras.

"Sakit ih Ten!" Winwin membalas menoyor kepala Ten dengan level keras yang sama.

"Kok bales sih?!" Ten memukul lengan Winwin.

"Lah, kok malah jadi mukul sih?" Winwin tak mau kalah. Ia memukul lengan Ten juga.

"Udah-udah woi! Gue cuman mau tanya!" Ten mendecak sebal. Winwin itu emang menyebalkan.

"Yaudah woi! Mau tanya aja pake nanya! Mana mukul dulu lagi!" Winwin ikut mendecak.

"Lo itu kenapa? Pake kepo-in urusan orang. Lagian kalo anak China kumpul, mau ngapain?" tanya Ten dengan nada yang sudah--sedikit santai.

•ʀᴇʟᴏᴀᴅTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang