•ʑῳɛı

420 123 311
                                    

Happy Reading-!


Jeno masih diam. Bungkam dalam keheningan rumah besarnya. Bokongnya masih setia pada sofa empuk di ruang keluarga.

Kucingnya yang mati, masih terkapar di dapur. Pun dengan dua kucing lainnya yang setia pula menemani.

Jeno gusar. Ia sedang takut sekarang. Ayahnya masih di kantor. Sendirian dirumah saat malam hari, adalah hal tersial.

Ting!

Satu notif whatsapp masuk. Jeno dengan sigap mengambil.






Jisung-ieee

|Jen, tugas pak jinjja pedas udah blm? bagi :)

Udh|

Bsk ae di kls|

|Ote, sayang Jeno >3

Cung|

|Hm?

Ke rmh gw, skrg|




























Rabu pagi.  Langkah kaki jenjang Jeno melangkah ringan. Sebelum kasus tadi malam yang membuatnya porak-poranda. Untung Jisung datang kerumahnya, memberi sedikit ketenangan.

 Laki-laki blasteran Surga-Korea itu mulai memasuki koridor lantai satu. Melihat banyak sekali siswa pagi itu, kening Jeno berkerut. Bukan pemandangan aneh sebenarnya, jika pagi-pagi banyak siswa. Kan ini sekolah.

Tapi, kebanyakan mereka berkumpul di mading utama. Depan ruang guru. 

"Kak Dery," panggil Jeno pelan pada salah satu seniornya.

"Eh! Halo Jenoo~~" sapa Dery riang.

"Ada apa Kak, rame-rame gini?" tanya Jeno sembari melirik kerumunan di belakang.

"Fans gue, biasalah." Dery memainkan alisnya, disertai gerlingan jahil.

"Beneraaaan," rengek Jeno menggerakkan lengan Dery.

"Iya-iya, bentar." Dery mengibaskan tangan Jeno yang menggenggam lengannya. Raut wajah yang tadinya jahil, kini berganti serius. "Guru favorit sejuta umat, ditemukan tak bernyawa di apartemennya. Dalam keadaan gantung diri. Tadi pagi," jelas Dery.

Lagi-lagi, kabar kematian.

"Siapa?" tanya Jeno tegas. 

Dery diam. Terlihat ragu pada sorot matanya. Pria berdarah Tiongkok itu menarik nafas dalam, lalu menatap Jeno dalam. 





















"Bu Im Yoona, guru bahasa inggris sekaligus wali kelas 11-4."












































•ʀᴇʟᴏᴀᴅTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang