1. Alone

13K 746 62
                                    

Kamu harus mati!

Maafkan bunda..

Aldo..

KAKAK!

AKU INI BUNDA KAMU!!

KAMU BUKAN BUNDA AKU HIKS PERGIIIII!

Seorang remaja itu terbangun dari tidurnya ditengah malam. Keringat bercucuran di pelipisnya, nafasnya tersenggal-senggal. Lagi, lagi dan lagi mimpi itu datang. Dan lagi, lagi ia ketakutan di atas king size nya sambil merengkuh dan meremat-remat kuat selimutnya. Remaja itu menangis, menangis ketakutan. Ingatan itu kembali, ingatan dimana ia harus kehilangan seseorang dan juga kehilangan kasih sayang. Ia benci sendirian, ia takut kegelapan.

Semua orang menghindarinya.

Semua orang egois.

"Bunda," lirihnya memanggil sang bunda yang tiada gunanya. Semuanya percuma, bundanya tak akan kembali, bundanya menghindarinya tanpa alasan yang jelas. Bukan hanya bundanya saja, tapi semua orang. Bahkan sahabatnya juga.

Remaja itu adalah Devaldo Putra Arliando atau Aldo. Remaja berumur 15 tahun, mempunyai mata yang begitu indah. Warna mata coklat kehitaman, mata yang teduh. Namun, jika dilihat lebih dalam lagi, mata itu penuh pandangan kosong dan banyaknya luka di dalam sana. Warna kulit yang pucat memberi tau bahwa dia jauh dari kata baik. Yang ia butuhkan hanyalah kasih sayang.

Dia rindu pelukan hangat sang bunda.

Dia rindu kata-kata penenang sang ayah.

Dia rindu kedua kakaknya yang selalu membuatnya tertawa.

Dia rindu kakak kembarnya.

Dia rindu keluarganya...

Bayang-bayang keluarga yang begitu harmonis dulu membuat hatinya menghangat. Ia tersenyum. Begitu senangnya dulu Aldo mendapat kecupan di dahi karena nilai sekolahnya bagus. Begitu senangnya Aldo mendapat cup cake disaat sakit. Semua itu dulu, tidak sekarang. Ia benci kehidupannya sekarang yang hanya diisi dengan kegelapan. Gelap, sunyi dan kekosongan. Begitulah kehidupannya sekarang.

Tes...

Tes..

Darah mengalir begitu saja dari hidung Aldo, membuat Aldo spontan memegang hidungnya. Kepalanya mengadah ke atas supaya darah tak lagi mengalir, ia mencoba bernafas lewat mulut. Kepalanya berdenyut hebat, sekujur tubuhnya juga terasa sangat sakit. Sendi-sendinya mulai melemas.

leukemia limfoblastik akut

Itu penyakitnya, penyakit yang begitu ganas. Apalagi menyerang seorang anak dibawah umur, dan tanpa adanya dukungan dari keluarga. Kadang Aldo berfikir. Kenapa tidak menyerah saja? Itu lebih menyenangkan bukan?

Tapi, tidak bagi Aldo. Ia tak akan menyerah. Biarlah semuanya menghindarinya, biarlah semua egois, biarlah semuanya tak lagi mempedulikannya. Tak masalah, yang ia mau hanya berjuang untuk hidup. Jika sudah saatnya, pasti Aldo akan menyerah. Ia akan menunggu sampai kapan pun

"Aldo butuh bunda," lirihnya, ia menunduk karena darah tak lagi mengalir, Aldo menatap sendu sisa darah yang ada di tangannya. Aldo selalu berharap, disaat penyakit ini menyiksa dirinya. Bundanya akan ada memeluknya. Hanya itu.

Aldo beranjak dari ranjang, mulai berdiri dengan berpegangan dengan apa yang ada di dekatnya, tubuhnya selalu melemas jika sakitnya kambuh. Itu hal yang ia benci. Aldo membasuh wajahnya di wastafell membersihkan sisa darah di tangan dan hidungnya. Setelah selesai ia menatap dirinya di cermin, menyedihkan. Batinnya. Aldo mulai berjalan menuju king size nya. Ia merebahkan dirinya di ranjang sembari menyibak selimut menutupi tubuhnya sampai ke leher.

Devaldo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang