20. Tiga Fakta

5.9K 462 32
                                    

Seperti Devaldo bilang, ia lelah menghadapi segalanya, dan Devaldo memilih untuk pergi. Tak peduli dengan hari yang malam ataupun mereka yang masih terbangun, berpesta di lantai bawah. Ia tak peduli. Hatinya telah hancur, harapannya telah pupus, hidupnya tak berarti. Lalu untuk apa tetap tinggal? Devaldo mengambil tas sekolahnya. Memasukan beberapa baju yang akan ia butuhkan nanti. Entah apa yang akan terjadi keesokkan harinya. Devaldo tak peduli. Karena yang ia inginkan, hanya ingin pergi dari tempat ini. Sekalipun ia menjadi anak jalanan. Devaldo tak pernah peduli. Yang terpenting, ia terbebas dari ruang rasa sakit di sini. Lagipula, ia pergi. Mereka tak akan peduli, bukan?

Setelah siap. Ia menggendong tasnya. Lalu melangkah ke arah pintu balkon. Devaldo menunduk. Akan sulit jika ia turun dari sini. Tetapi Devaldo tak ingin sang kakak tau jika ia benar-benar akan pergi. Tak ada pilihan lain. Ini adalah jalan satu-satunya. Ia menarik nafasnya dalam, lalu membuangnya secara perlahan.

Dengan segala keberanian. Ia duduk di pagar pembatas balkon. Dari balkon kamarnya ke halaman depan tak begitu tinggi. Namun butuh kehati-hatian. Setelah itu, ia turun lagi ke atas atap jendela di ruang bawah. Dengan sangat hati-hati, dan pelan-pelan. Devaldo turun lagi ke atas atap jendela di ruang lainnya. Setelah itu, Devaldo lompat dari sana. Merasa apa yang ia lakukan aman dan tak terlihat oleh siapapun. Devaldo berjalan pelan-pelan ke arah pintu pagar sebelah kanan rumahnya. Karena jikalau ia lewat pintu pagar depan. Mungkin Devaldo akan ketahuan.

Perjalanannya belum usai. Ia masih harus memanjat pagar rumahnya, ralat, rumah orang tuanya yang terlalu tinggi. Devaldo mulai memanjat besi pagar satu persatu. Sampai pada puncak pagar. Ia kembali memanjat besi pagar satu persatu. Lalu berhasil.

Devaldo memandang rumah penuh rasa sakit ini. Rumah keluarganya. Eh, keluarga? Apa itu? Devaldo tak pernah tau apa arti keluarga yang sebenarnya. Karena ia, tak mempunyai keluarga. Di sini, kenangan buruk juga kenangan manis tercipta. Tentu itu sangat berat tuk dilupakan. Namun, bukan 'kah tempat ini yang membuatnya sangat terluka? Lalu buat apa dipikirkan? Devaldo menggeleng. Memilih tak peduli lalu berjalan menjauh dari tempat yang disebut rumah.

Kenapa kehidupan itu sangat kejam? Kenapa kehidupan berkali-kali menjatuhkan dirinya? Apa salah Devaldo? Apa salah jika ia menginginkan kebahagiaan? Apa salah jika Devaldo hanya ingin dipandang sebagai manusia? Apa itu salah?

Hidup itu perjuangan. Sedetik kita hidup di dunia penuh fana ini. Sedetik itu pula beban kita bertambah. Maka dari itu, kehidupan sering kali dikata kejam. Sebenarnya, kehidupan itu simple. Hanya manusia yang menyulitkannya. Rasa dendam sesama sahabat ataupun saudara. Rasa dengki terhadap sesama teman dekat. Dan akhirnya menciptakan luka mendalam, membuat korbannya merasakan kepahitan hidup. Korbannya bukanlah salah satu dari mereka yang terlibat suatu masalah. Namun, seseorang yang berkaitan pada salah satu dari mereka.

Maka selama Devaldo masih hidup. Ia hanya ingin merasakan kebahagiaan. Bagaiamana tawanya tak perlu disembunyikan. Bagaimana kehangatan selalu tercipta. Tentu saja, semua itu tak akan terjadi. Karena dia tercipta, sebagai korban dari dua orang yang terlibat suatu masalah pelik. Ya, itulah Devaldo.

Memikirkan sepanjang hidupnya. Memikirkan siapa dia. Membuat Devaldo tak menyadari jika ia mulai jauh dari tempat awal ia kabur dari rumah. Ia menatap sekitar. Di sini sepi, gelap. Dan suara remang serangga malam. Juga pepohonan tinggi.  Dia di mana? Devaldo menghendikkan bahunya. Memilih tak peduli jika ia tersesat nanti. Toh, Devaldo hanya ingin pergi dari tempat itu dan tak terlihat lagi.

Sampai pada di pertigaan jalan di depan sana. Secara tiba-tiba tangan kirinya dicekal oleh seseorang. Ia menoleh ke kiri, seorang wanita. Memakai baju serba hitam, wanita itu memakai topi dan masker hitam. Devaldo tak tau dia siapa.

"Kita bertemu lagi ya... Devaldo," ucap wanita itu. Tubuh Devaldo mendadak merinding. Suara itu, ia ingat betul suara itu. Seseorang yang sudah lama menghilang, kini kembali lagi.

Devaldo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang