17. Kehidupan itu lucu

4.5K 415 30
                                    

Part-nya pendek:) gomen. For 10k reads. I love you❤

***

Butiran kristal bening itu terus menetes di atas pipi. Sudah lebih dari tiga jam yang lalu Anaya berada di rumah sakit. Dan selama itu dia menangis. Aroma obat-obatan juga menyeruak. Di ruangan putih ini, Aldo terbaring lemah di atas brankar. Dengan nasal cannula yang terletak di hidungnya. Bahkan Anaya tidak pergi ke sekolah. Anaya tak peduli. Dia hanya ingin melihat Aldo sadar. Perkataan dokter tadi masih terngiang di benaknya. Seperti kaset rusak. Kata-kata itu terus saja berulang.

"Ada yang salah dengan kondisi tubuh adik kamu. Saya sudah mengambil sempel darahnya, dua hari lagi hasilnya akan keluar. Dan kamu datanglah kemari."

Itu jelas membuatnya benar-benar ketakutan sekarang. Walau belum tentu adiknya mengidap penyakit separah itu. Tapi tetap saja itu membuatnya ketakutan. Apalagi ia melihatnya sendiri bagaimana darah itu mengalir. Air mata itu terus mengalir deras. Sesekali ia terisak. Rasa takut kehilangan itu tiba-tiba saja hinggap dalam hati. Membuatnya merasa sesak sekarang.  Anaya sudah kehilangan salah satu adiknya. Apa harus dia kembali kehilangan? Tidak, ia tau Aldo itu kuat. Terbukti bagaimana Aldo sejauh ini bertahan di tengah-tengah rasa sakit. Aldo itu kuat. Anaya tau itu.

"Setelah ini, kamu pasti bahagia," ucap Anaya. Matanya kembali mengabur. Hatinya pun berdenyut sakit, juga rasa khawatir yang ia rasakan. Begitu membuatnya tersiksa. Mulai sekarang, Anaya berjanji akan membuat semua anggota keluarganya bungkam. Dengan segala sesuatu yang tak pernah mereka ketahui. Ya, dia pastikan hari itu tiba.

Anaya menghapus jejak air matanya. Walau sesekali terisak. Lalu terdiam, memikirkan segalanya. Memikirkan bagaimana ia bisa mengungkap kebenaran. Jika dipikirkan kembali. Anaya harus mengungkap penculikkan itu. Siapa pelakunya, apa motivnya, dan apa yang diinginkan sang pelaku. Anaya harus mengungkapnya. Tapi bagaimana caranya? Ia menghela nafas. Sangat sulit mengungkap semua ini. Bahkan polisi pun belum bisa membuktikan semua ini.

Cukup lama Anaya terdiam dengan segala pemikirannya. Sampai ia mendengar lenguhan kecil. Sontak Anaya menatap Aldo yang mulai membuka matanya perlahan. Dengan cepat ia bangkit dari duduknya. Tersenyum kecil pada Aldo seraya menghelus rambut sang adik. Ia tau Aldo itu kuat. Bahkan sangat kuat. Aldo pasti bisa melewati ini semua.

"Kamu udah sadar hm?" tanyanya. Aldo hanya mengangguk lemas. Kepalanya masih pening sekarang.

"Aldo, kata dokter. Sempel darah kamu udah diambil, dua hari lagi hasilnya keluar."

Ucapan Anaya jelas membuat Aldo menegang. Jantung berdegup kencang. Oh tentu saja akan ketahuan. Ini rumah sakit, apalagi kala ia pingsan darah mengalir di hidungnya. Sepandainya kita menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium jua. Ya, sebentar lagi semua yang ia sembunyikan akan terungkap. Apa setelah semuanya tau, hidupnya akan kembali?  Bagaimana kalau tidak? Diam-diam Aldo meremat sprei rumah sakit. Entalah, rasanya begitu menyesakkan. Aldo tak mampu membayangkan jika semuanya akan memburuk. Jikalau semuanya terjadi, Apa boleh ia menyerah? Hatinya lelah merasakan sesak, tubuhnya lelah merasakan sakit. Intinya, ia lelah. Apalagi penolakan Aurora. Sungguh benar-benar menyakitkan.

"Aldo jangan takut ya. Di sini ada kakak. Setelah ini kamu bakal bahagia. Oke?" ucap Anaya seraya tersenyum.

Entah mengapa. Ia ragu tentang itu. Benar 'kah ia akan bahagia setelah ini? Satu pertanyaan ini sudah sangat membuatnya pusing. Tak ingin lagi memikirkan. Ia memejamkan matanya erat. Terlalu lelah, sudah biasa. Aldo tak ingin menangis lagi.

Sekali lagi, ia ditolak dengan sesuatu yang sangat menyakitkan. Kapan semua ini berakhir? Entahlah. Aldo pun tak tau. Satu harapan saja. Kenapa sangat sulit untuk terwujud? Kenapa semuanya sudah sangat sulit untuk bahagia? Ah entahlah. Aldo tak tau. Sekarang, ia hanya ingin pasrah atas segalanya. Biarlah ia tak dianggap lagi, biarlah Aldo tak pernah merasakan kebahagiaan. Biarkan. Aldo ikhlas sekarang. Bukan menyerah, namun pasrah. Entah apa yang akan terjadi di hari esok. Aldo hanya pasrah.

"Kehidupan itu lucu." Aldo terkekeh pelan setelah berbicara seperti itu dalam hati. Kehidupan ini lucu, benar-benar lucu. Dulu, mereka ada untuk segalanya bagi kita. Namun, seiring perjalannya waktu. Mereka jugalah yang membunuh kita secara perlahan. Benar-benar lucu.

~Karina Rahayu~

—TBC—

Dihancurkan karena keluarga
Dipatahkan karena cinta
Dikhianati karena teman

Haha, kehidupanku itu lucu. Benar-benar lucu.

Maaf pendek:)

Beberapa part ke depan bakal ending.

Sad ending atau happy ending?

Devaldo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang