Suara kicauan burung terdengar dari dalam hutan. Angin sepoi melewati tiap helai rambut. Dan suara hewan - hewan kecil seakan ingin ikut mewarnai suasana agar gadis kecil itu tak merasakan kesunyian.
Shia mengedarkan pandangannya ke arah didalam sebuah hutan. Gadis kecil itu menunggu seseorang keluar dari sana. Ia merasa tak tenang, sosok yang ia tunggu tak kunjung keluar. Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya.
Tiba - tiba terlihat dedaunan yang bergoyang dari tanaman - tanaman liar di sana. Suara langkah kaki yang menginjak ranting - ranting kecil mulai terdengar. Shia mulai mengembangkan senyum simpulnya.
Dan keluarlah seorang anak laki - laki bertubuh gendut disusul dengan 3 anak laki - laki yang lain. Mereka berada di belakang bocah itu layaknya bodyguard. Shia memicingkan kedua matanya. Dimana sosok yang ia cari, kenapa yang keluar hanya orang - orang ini.
"Dimana dia?" Tanya Shia pada sosok bocah yang merasa sebagai ketua geng tersebut.
Bocah itu menatap Shia dari atas ke bawah. Lalu ia melihat ke temannya yang di belakang. Dan kembali menatap Shia dengan tajam.
"Ga tau. Cari aja sendiri." Jawab ketus bocah itu.
Dan akhirnya mereka mulai berjalan pergi meninggalkan Shia.
"Hei dia kalian apakan lagi?" Shia berteriak ke arah mereka.
"Ga usah berteman sama anak pembawa sial!" Jawab anak itu sambil terus berjalan pergi tanpa melihat sedikit pun ke arah Shia.
Setelah beberapa menit, sosok yang ia cari tak kunjung datang. Shia pun berencana masuk ke hutan mencari orang tersebut. Shia melangkahkan kakinya sambil melihat sekitar. Tak lama kemudian, ia menemukannya. Shia segera berjalan ke arahnya.
"Shia , kamu menemukanku. Terimakasih, kamu memang yang terbaik. Lihat! Aku mendapatkan ini, akan aku pasangkan untukmu." Kata bocah laki laki itu sambil tersenyum memberikan bros kecil dengan lengannya yang dipenuhi dengan luka.
Bocah itu tetap mengembangkan senyumnya meskipun ia terluka. Terlihat jelas luka yang ada di bagian lengan, kaki dan pipinya yang belum mengering dan masih dilapisi darah segar yang baru saja keluar dari kulitnya.
Shia sedih dengan apa yang ia lihat, luka - luka pada tubuh bocah itu adalah pemandangan yang tak asing bagi Shia, tapi tetap saja walaupun Shia sering melihatnya, ia tetap tak tega melihat bocah itu yang selalu terluka karena di bully oleh teman - temannya. Ah mereka tak bisa di sebut sebagai teman, karena memang mereka tak pernah mau berteman dengan bocah itu.
Shia memeluk bocah itu erat sambil meneteskan air matanya, ia terus menangis dipelukan bocah itu.
".... kamu kenapa lagi? Masih diganggu anak anak nakal itu?! Maaf aku tak bisa menjagamu." Ucap Shia dengan isak tangisnya sambil terus memeluk erat bocah itu.
Bocah itu sedikit bingung, lalu ia melepaskan pelukan Shia dengan lembut. Ia menatap mata Shia.
"Hey Shia, kenapa menangis. Lihat! aku baik baik saja, ini hanya luka kecil. Aku ini laki-laki, ini tak ada apa apanya dibandingkan dengan RASA SAKIT YANG KAU BERIKANNNNNNN!!!!!"
Tiba tiba suara bocah itu menjadi mengerikan dan suaranya berubah menjadi teriakan yang sangat marah dengan mulut menganga lebar dan bola mata yang hitam gelap seperti dipenuhi dengan kebencian.
"Aaaaaaaaa." Shia berteriak sangat keras.
Shia terbangun dari tidurnya. Jantungnya berpacu dengan sangat cepat.
"Haaah cuma mimpi." Shia menghela napas panjang dan segera bangun dari kasurnya untuk duduk dan melihat ke arah jam yang terletak di meja kecil sebelah tempat tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One only
RomanceKatanya cinta itu sederhana dan mudah dirasakan. Namun nyatanya untuk mengatakan sebuah kalimat "aku cinta kamu" Itu terlalu sulit. Entah itu ditahan ego, gengsi atau rasa takut akan penolakan.