Di saat semua wanita menatap dan memperhatikan segala pria yang mereka anggap berparas tampan, kenapa aku hanya bisa menatapmu. Kenapa aku hanya menganggap bahwa kamu lah makhluk yang mengindahkan duniaku.
~Shia natasyi roe~
*****
"Tadi teman kalian udah presentasi tentang drama. Kalian sudah mengerti semua kan?" Tanya Ibu Ani guru Bahasa Indonesia.
"Sudaahhh!" Jawab kompak semua murid.
"Ada yang mau ditanyakan?" Tanya Bu Ani sekali lagi.
"Tidakk." Jawab kompak semua murid XI IPS 1.
"Nah sekarang kalian buat kelompok. Minggu depan kalian tampilin drama kalian. Langsung ambil nilai ya. Temanya terserah. Oh iya kelompoknya campur ya laki laki perempuan, jangan perempuan semua atau laki laki semua. Sudah jelas kan?"
Mendengar hal ini Shia dan Kina menghela napas panjang. Memang sedari tadi hanya Shia dan Kina yang tidak pernah menjawab pertanyaan buk Ani. Siswa yang lain memang menjawab pertanyaan dari bu Ani, tapi mereka hanya mengiyakan dengan terpaksa.
Dan memang banyak yang tidak menyukai bu Ani, bukan karena apa - apa. Hanya saja bu Ani tidak pernah menjelaskan materi kepada mereka, bu Ani selalu menyuruh mereka presentasi, latihan dan ulangan. Menurut mereka bu Ani lari dari tanggung jawabnya sebagai seorang guru. Bahkan jika murid ribut dan tidak memperhatikan orang yang lagi presentasi, bu Ani hanya diam dan cuek saja.
Tapi saat pelajaran bu Ani ini lah waktu yang tepat bagi sebagian siswa perempuan untuk melihat pemandangan indah di luar jendela. Mereka lebih memilih untuk melihat cogan - cogan yang ber-olahraga, apalagi jika mereka mengeluarkan keringat dan dengan tangan yang seolah menyisir rambutnya ke belakang.
"Yahhhh bukk, gimana bu, ga ngerti." Dion mengeluh tak mengerti.
"Tadi katanya tidak ada yang mau ditanyakan, katanya udah ngerti semua. Sekarang kalian cari aja kelompoknya. Kalau masih kurang mengerti, kan jaman sekarang canggih. Cari aja di internet. Udah 5 menit lagi istirahat, saya keluar dulu. Assalamualaikum."
Buk Ani segera berjalan keluar kelas.
"Waalaikumsalam." Jawab semua murid.
*****
Akhirnya waktu istirahat tiba, para murid segera menuju kantin untuk memuaskan perut mereka yang kosong. Tetapi berbeda dengan Gimy dan teman satu geng-nya yang masih berada di dalam kelas dikarenakan mereka membawa bekal makan sendiri dari rumah untuk menghemat uang saku agar bisa membeli skin di game yang mereka mainkan.
"Gim, lo kok bisa kenal sama si Cinta? Gue dulu pernah deketin dia, tapi dia cuek banget, gue dijauhin woiiii. Dikira gue-"
"Eh Gim, lo dicari adek kelas nih. Di depan kelas tuh dia." Potong Raka yang datang dari pintu kelas menuju meja Gimy dan Tio.
Raka langsung duduk menghadap ke belakang di bangku yang berada di depan Gimy dan Tio
"Ah motong motong aja lu kambing." Celetuk Tio.
"Siapa?" Tanya Gimy.
"Ga tau gue."
Raka menaikkan bahunya tanda tak tahu. Lalu ia pindah posisi duduk ke tempat duduk sebelah Tio yang baru saja di duduki oleh Gimy. Raka langsung mengambil dan memakan sosis yang berbentuk cumi - cumi milik Tio.
"Aaaahhh maling, gilaa maling woi. Cumi - cumi gue lo abisin. Kadu mak gue lo nanti." Rengek Tio.
"Ini sosis ayam bukan cumi."
KAMU SEDANG MEMBACA
One only
RomanceKatanya cinta itu sederhana dan mudah dirasakan. Namun nyatanya untuk mengatakan sebuah kalimat "aku cinta kamu" Itu terlalu sulit. Entah itu ditahan ego, gengsi atau rasa takut akan penolakan.