SEMBILAN |9.5|

1 0 0
                                    

-Jan-

"Kau akan memakai apa?"

"Aku tidak akan datang"

"Pestanya tinggal 4 jam lagi"

"Kau harus memilih pakaianmu"

"Baik. Aku akan menggunakan celana jeans..."

"Jangan dan tidak. Aku tidak akan membiarkanmu memakai itu"

Aku mendengar percakapan mereka dari luar pintu kamar Timi. Adikku itu tidak akan datang kesana, namun Kia berhasil membawanya dengan dukunganku. Setelah pesta itu, dia akan libur kan. Dia bisa tidur selama yang dia mau dirumah.

Aku lalu masuk ke kamarku dan duduk di kasur. Hari ini aku tidak bekerja karena rasanya badanku tidak enak. Aku berbaring di kasur dan memejamkan mata. Kemudian aku memikirkan adikku, Timi.

Apakah anak itu punya pakaian untuk pesta?

Terakhir aku membelikannya dress, dia tidak mau memakainya karena berwarna pink. Kemudian dia memaksaku untuk tidak membelikannya lagi. Jadi dia memakai dress ibu kami atau Kia memaksanya memakai dressnya.

Aku beranjak dari kasur dan keluar. Aku menghidupkan mobil kemudian pergi ke toko pakaian.

"Selamat datang. Apakah kami bisa membantumu?" tanya pelayan toko itu.

Aku melihat sekeliling. "Kau tahu dress untuk anak SMA sekarang?" tanyaku. Pelayan itu membawaku ke sebuah rak gantungan. "Semua disini".

"Tapi aku memilihkan ini". Dia mengambil sebuah dress satin lengan pendek berwarna mocca sepanjang lutut.

Dia tidak akan memakai ini.

"Hmm..baik, yang itu saja". Dia mengangguk dan membawa dress itu. Aku melihat ke sebuah rak. Sepatu sneakers hologram. Aku mengambilnya dan membawa ke kasir.

"Apa ini punya ukuran lain?".

[...]

"Hai". Timi masuk ke kamarku dan duduk disampingku.

Aku memberikan kotak sepatu kepadanya. "Ambillah".

Dia mengambil kotak itu. "Jan, kau tidak perlu..."

"Tidak, kau harus punya itu. Ingat, kau tidak mau memakai dress pink itu. Maka kau harus memakai ini". Dia membuka kotak sepatu itu. Aku berdiri kemudian berjalan menuju lemari. Aku membukanya dan mengambil koper fiber hitam. Itu adalah koper Tatiana dan beberapa barangnya yang tidak ku kembalikan kepada orangtuanya.

"Jan, kau..."

Aku meletakkan koper itu di kasurku. Aku membukanya dan mengambil sebuah dress panjang. Lengan pendek, berwarna biru dongker dan motif floral kecil.

"Pakailah". Aku memberikan dress itu kepadanya.

"Jan.."

"Pakailah".

Dia mengambil dress itu, kemudian pergi ke kamarnya. Lalu dia kembali dengan mengenakan dress itu.

"Kau tahu, pertama kali aku bertemu Tatiana, dia menggunakan itu. Memakai ankle boots cokelat dan gelang anyaman. Ketika dia memakainya, panjang baju itu agak tinggi diatas mata kakinya". aku tersenyum ketika melihat adikku dengan dress itu, seakan aku melihat Tatiana berada tepat didepanku.

Dia tersenyum, namun ada raut sedih diwajahnya. "Jan, jika ini mengingatkanmu...".

Aku memegang tangannya. "Aku senang. Tatiana juga akan senang. Dia pasti senang melihatmu memakai ini".

Dia tersenyum kemudian memelukku.

"Kau akan pakai dress ini, sepatu tadi dan jaket jeansmu". Aku mencium keningnya.

"Terima kasih, Jan"

Aku tersenyum. "Kau tahu, kenapa ketika kau memakai ini, dress nya menutupi mata kakimu? Karena kau pendek".

Dia melepaskan pelukannya. "JAN!".

"Hei, apa yang kau tunggu? Cepat bersiaplah". Aku menyuruhnya bersiap. Dia tersenyum lebar dan lari ke kamarnya membawa kotak sepatu tadi.

Aku merindukanmu, Tatiana. 

My DearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang