-Adelleisa Timrita-
"Timi, kau mau pulang denganku? Sondre sudah menjemputku" Kia menawarkan tumpangan pulang.
"Tidak, kau pulang saja. Nanti aku bisa pulang dengan Aron" jawabku. Kia mengangguk dan pergi. Aku masih membantu bu Toria mengemaskan buku-buku lama yang akan diganti.
"Kenapa tidak pulang saja. Aku bisa mengurus ini" bu Toria mencoba menyuruhku pulang.
Aku menyimpan buku yang kubawa ke dalam kardus. "Tidak, lihat, hampir selesai".
Sedikit lagi, dan selesai.
"Terima kasih, Timi. Kau bisa ikut aku pulangnya" bu Toria menawarkan tumpangan. Aku menggeleng. Kami berdua keluar perpustakaan dan bu Toria mengunci pintunya.
Bu Toria melihat ke langit. "Kau yakin? Sepertinya hari akan hujan. Nanti kau kehujanan".
"Tidak, tidak perlu. Ibu akan menjemput anak-anakmu, jemputlah mereka"
Bu Toria mengangguk dan meninggalkanku. Aku berjalan melewati kelas-kelas yang ditutup dan sepi. Mungkin aku yang terakhir pulang. Aku mendengar suara hujan yang mulai deras dan dengan cepat berlari menuju halaman depan sekolah. Terlambat. Hujan sudah turun dengan deras.
Aku hanya bisa menunggu hujan reda. Aku duduk di kursi yang ada didepan ruang security. Angin dan hujan ini membuat aku kedinginan. Ponselku habis baterai dan aku tidak bisa menelpon siapapun. Aku melihat telepon diruang security, namun ruangannya terkunci.
"Bagus" aku berkata kepada diriku sendiri.
Aku tidak menyadari ada seseorang selain aku disini.
"Timi?"
Aku menoleh.
"Tobi?"
Apa yang ia lakukan disini?
Tobi melepaskan jaketnya dan memberikannya kepadaku.
"Ambillah. Kau kedinginan"
Aku menggeleng. "Tidak. Kau pakai saja".
Tobi duduk disebelahku dan menyelimutkan jaketnya kepadaku.
Wangi itu, muncul kembali. Entah dari dirinya atau jaketnya.
"Kalau aku hanya menawarkan, kau tidak akan memakainya"
Aku tidak bisa menolak.
"Terima kasih"
Jantungku berdetak cepat. Matanya yang hijau dan rambut pirangnya yang sedikit basah. Aku tidak akan berbohong. Dia tampan.
Aku menoleh kepadanya. Melihat bekas luka kecil di sebelah kanan bibirnya.
"Boleh aku tahu, luka itu?" aku menunjuk ke sebelah kanan bibirnya.
Dia tersenyum menatapku. "Luka permanen. Ibuku bilang ketika aku berumur dua tahun, aku jatuh dari tangga. Aku tidak mengerti kenapa bisa luka disini".
Aku tersenyum kecil. Tobi mengalihkan pandangannya ke dinding.
"Apa kau membawa ponsel?" tanyaku.
Tobi menggeleng. "Aku merusakkannya".
Aku menghela nafas. Memang aku harus menunggu hujan ini reda.
"Kau selalu pulang sore?"
Aku menoleh kepadanya. "Ya?"
"Apa yang kau lakukan?" tanyanya.
"Membantu bu Toria. Aku senang berada di perpustakaan. Bu Toria bilang semenjak aku datang, ia merasa terbantu. Aku senang ketika ia bilang ia senang bisa pulang tepat waktu" jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear
HumorSeorang gadis yang harus tegar karena ditinggalkan banyak orang tersayang. Semuanya berubah ketika seorang laki-laki datang ke kehidupannya dan menemaninya. -Kau akan memeluknya dan mendengarkan detak jantung didadanya. Disitulah kau tahu kau tidak...