TIGA

2 0 0
                                    

-Adelleise Timrita-

"Semalaman aku tidak tidur karena khawatir Sondre akan menghabiskan dumpling itu. Untunglah dia hanya memakan satu" Kia dan aku hampir sampai disekolah. Biasanya Kia menemaniku jalan kaki ke sekolah, tapi terkadang dia ikut dengan Sondre.

Sesampainya di sekolah, seluruh siswa membicarakan tentang seseorang.

"Dia tampan! Aku tidak percaya"

"Aku harap dia tidak tergoda dengan ratu gosip itu"

"Dia adalah suamiku!"

"Siapa namanya tadi? Gila, aku lupa menanyakannya"

Kia dan aku saling bertatapan. Kami berdua baru sampai di sekolah dan orang-orang sudah membicarakannya. Aku tidak terlalu berminat.

"Baiklah, nanti saja mencari tahu. Aku akan ke kelas dulu. Jam pertama bu Wendari, terlambat sedikit saja dia akan menghukumku. Sampai jumpa!"

Kia berlari menuju kelasnya. Aku berjalan menuju kelasku dan berpapasan dengan grup gosip itu. Claudette menengok ke arahku sambil berkata "Murid baru itu tidak akan tertarik dengan gadis itu, dia hanya akan bersamaku".

Siapa peduli dengan murid baru itu, pikirku.

[...]

"Apa kalian bertemu dengan murid baru itu?" tanya Kia sebelum ia memakan makan siangnya.

Fara, Aron, Digar dan aku menggeleng.

"Bagus, aku juga tidak"

Aron mengambil apel dari piring Kia. "Tidak penting siapa dia, maksudku, apa kalian tidak sadar orang tampan yang sedang berbicara dengan kalian?" tanya Aron.

Tidak ada yang mempedulikannya.

"Baiklah, sekarang Claudette dan Mafia dan satu lagi, sedang berjalan kesini"

Kia menaikkan alis. Fara menatapku dan menaikkan bahu. Digar dan Aron kembali makan makanan mereka.

Claudette berdiri di kursi. "Haloooww semua! Murid baru itu akan masuk ke kelas sehabis istirahat! Awww... dan aku akan menjadi pasangannya. Beri tepukan tangan untukku".

Semua orang bertepuk tangan dengan ekspresi tidak menyenangkan. Fara, Kia, Aron dan aku hanya makan. Digar ikut memberikan tepuk tangan. "Kenapa kalian tidak bertepuk tangan?".

Kia menoleh ke arah Digar. "Untuk si gila itu? Tidak akan!"

"Aku harap dia tidak menjadi anggota cheerleader" ujar Fara.

Kia, Aron dan Digar saling bertatapan. Aron menoleh ke Fara dan aku. "Dia itu ketua tim cheerleader A"

"Tidak!"

"Ugh!"

Kia meminum air di botolnya. "Aku berharap suatu saat ketika sedang berlatih, dia akan buang gas dihadapan anggota timnya dan dia merasa malu sehingga tidak menjadi tim cheerleader lagi".

Aron tersedak mendengar harapan Kia.

"Hey! Kalian yang di ujung sana!"

Kia memberi isyarat, jangan menoleh kesana.

"Hey! Apa kalian tuli, huh!"

Kia memberikan kode dengan menepuk dadanya. Serahkan padaku.

"Teman-teman, apakah ada yang bicara tadi? " tanya Kia dengan suara lantang.

Semuanya hening.

"Kau! Beraninya kau..." Navia belum selesai bicara dan Kia sudah memotongnya.

"Baiklah, tidak ada. Mungkin hanya hantu yang menanyakan jalan pulang"

My DearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang