DUABELAS

2 0 0
                                    

-Adelleisa Timrita-

Ujian selesai, pesta juga selesai, sekarang libur. Libur hingga tiga minggu kedepan. Pulang dari pesta aku hanya tidur sampai pagi. Sekarang teman-temanku dan aku berada di rumah Fara, membantunya berkemas dan ya, menghabiskan waktu bersamanya. Bukan untuk terakhir kali, dia akan kembali, entah kapan.

"Kenapa barang perempuan sangat banyak sekali" Aron mengangkat kardus dari kamar Fara. "Untuk mengemaskan barang dikamarmu saja, sudah memakan waktu lebih dari dua jam".

"Dua jam karena kau sibuk bermain ponselmu itu dulu baru kau mengemasi barangku. Barangku tidak banyak, kau saja yang lemah" Fara menertawai Aron yang sudah duduk lemas bersandar di dinding.

"Lihatlah lengannya, bahkan tidak ada otot sedikitpun" cetus Kia dengan memasukkan peralatan dapur rumah Fara ke dalam kardus.

Aron menggeleng. "Kalian harus tahu, aku pergi ke pusat kebugaran setiap hari. Aku mengangkat beban lebih dari 45 kilo dan kalian mengejekku. Bagus".

"Lalu mengapa kau begitu kelelahan mengemasi barang-barangku? Terlalu berat?" tanyaku dengan nada mengejek. Aku menutupi meja makan Fara dengan kain besar.

Fara menaikkan kursi ke meja makan yang sudah kututupi. "Dia memiliki dendam pribadi denganku".

Aron terbaring di lantai. "Kalian berdua terus mengejekku. Kia, katakan sesuatu. Kau pendukungku, kan?".

Kia menoleh ke Aron. "Kenapa? Mereka benar. Kau kelelahan mengangkat beberapa kardus tetapi kau bilang kau ke gym setiap hari. Kau mungkin ke gym didalam mimpimu" Kia mengangkat kardus berisi peralatan dapur dan membawanya ke ruang tamu.

Fara dan aku saling tos. Aron melihat kami dengan kesal.

"Kenapa kau melihat kami seperti itu?" tanyaku sambil tertawa kecil.

Aron memejamkan matanya dan tidak menjawabku.

Digar mendatangi kami dengan baju dan tubuhnya yang sedikit kotor. Dia duduk menyandar di kitchen set.

"Kau kotor sekali" Fara mengambil sebotol minuman jeruk dari kulkas dan memberikannya kepada Digar.

Aron membuka matanya dan melihat Digar membuka botol minuman itu. "Ok, aku mengangkat tiga kardus besar dan dua kardus kecil dari kamarmu dan kau tidak memberiku minuman. Jika bukan karena aku, barangmu tidak akan siap dipindahkan".

Kia datang dan melemparkan sebotol air putih kepada Aron. Ia menangkapnya. "Dia mengemas ruang bawah tanah dan garasi dan dia tidak mengeluh akan meninggal sepertimu, lemah" cetus Kia.

Aron duduk dan membuka botol airnya. "Digar mendapatkan minuman jeruk dingin dan aku hanya air putih biasa" dia meminum airnya.

Kia duduk disebelah Aron. "Hei, aku menyelamatkanmu dari dehidrasi. Apa kau tidak mau berterimakasih kepadaku?" tanya Kia dengan menyenggolkan sikunya ke Aron.

"Aku VIP dan nikmati saja airmu, sepupu" Digar menertawai Aron yang dari tadi membandingkan dirinya sendiri.

Fara dan aku duduk di depan Digar. Kami sama-sama kelelahan setelah mengemasi barang-barang dengan cepat. Ternyata Fara tidak pindah besok, tetapi hari ini. Lebih tepatnya sekitar satu jam lagi.

"Kau akan kembali kan?" tanya Digar pelan tanpa memandang Fara.

Fara mengangguk. "Ya, mungkin. Aku tidak tahu". Fara menutupi wajahnya dengan tangan dan mulai menangis. "Aku..aku tidak ingin pergi..hanya, aku harus" ucapnya terbata-bata.

Kia berpindah dan duduk disebelah kiri Fara. Kami berdua merangkul Fara, mencoba menenangkannya. Aku tahu, aku juga merasa sedih karena Fara harus pindah. Aku melihat Digar yang tidak sedikitpun melihat kami, dia hanya melamun melihat lantai.

My DearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang