Rindu

673 81 0
                                    

Hujan menawarkan gerimis, dan kamu
menawarkan senyum manis. Hujan menghadirkan rindu, dan kamu menawarkan pilu

Happy Reading!!

🌵🌵

"Lo kenapa Al? Tumben banget tadi kalah balapan," ucap Satya seusai balapan.

"Gak tau," ucap Algar mengacak rambutnya frustasi. Seolah ada sesuatu yang menghantui pikirannya.

"Lo mau nginep di rumah gue gak?" tanya Satya saat bersiap untuk pulang.

"Gak usah Sat gue mau pulang aja," jawab Algar dan diangguki kepala oleh Satya.

"Hati-hati lo," ucap Satya dan mulai melesat meninggalkan Algar.

Algar pun menghela napas dan menginjak gas, melaju dengan kecepatan tinggi.

Tak lama setelah itu, Algar sudah sampai di rumahnya. Ia pun segera masuk dan bergegas menuju kamar. Namun belum sempat sampai kamar, sebuah suara membuat langkahnya terhenti.

"Lo habis balapan ya?" tanya Jeysila menunjuk Algar.

"Iya," jawab Algar dan melanjutkan langkahnya menuju kamar.

"Dih. Tadi dicariin papa lo," ucap Jeysila membuat Algar mengernyit bingung.

"Kenapa?" tanya Algar penasaran.

"Mana gue tau," jawab Jeysila dan kembali menuju kamar.

Algar menghela napas dan membuka pintu kamarnya. Ia merebahkah tubuhnya ke atas kasur dan memejamkan mata. Wajah cantik Alura selalu terbayang. Algar merindukan semuanya tentang Alura.

--

Pukul 11.25 Algar baru saja bangun dari tidurnya. Ia terkejut saat melihat banyak notifikasi di handphone miliknya. Apa lagi dari nomor yang tak dikenal, namun satu pesan membuat Algar tercengang.

"Woy mau kemana lo?" tanya Jeysila yang melihat Algar terburu-buru.

"Ada urusan penting," jawab Algar yang sudah naik ke atas motornya.

"Lo gak mau mak-"

Belum sempat Jeysila menyelesaikan perkataannya, motor Algar sudah melaju dengan kecepatan tinggi.

"Tuh anak kenapa sih," ucap Jeysila yang bingung dengan tingkah Algar.

🌵

Algar menatap wajah cantik Alura yang masih setia memejamkan mata. Tadi pagi Saka memberitahunya bahwa Alura masuk rumah sakit. Karena Alura terus menggumamkan nama Algar, Saka jadi menghubungi Algar. Bahkan memberikan alamat Alura saat ini.

Sekarang pun Saka sudah pulang, memberikan ruang bagi Algar. Algar mengusap wajahnya frustasi, mengapa Alura bisa sampai seperti ini?

Tiba-tiba mata Alura terbuka sedikit demi sedikit, membuat Algar menggenggam tangan Alura. Alura terlihat sangat terkejut melihat Algar, hingga akhirnya air mata Alura jatuh. Tangan Algar sontak langsung mengusap air mata Alura.

"Ada yang sakit?" tanya Algar lembut, membuat air mata Alura semakin mengalir deras.

Algar memejamkan matanya kuat, ia tak sanggup melihat Alura menangis.

"Aku panggil dokter dulu ya," ucap Algar yang sudah berdiri. Namun tangan Alura menahan Algar, Alura juga tak berbohong jika ia sangat merindukan sosok Algar.

Algar pun mengurungkan niatnya untuk memanggil dokter dan membantu kekasihnya yang ingin duduk.

"Kenapa?" tanya Algar lembut sembari mengelus kepala Alura pelan.

Alura memeluk erat Algar, begitu juga dengan Algar.

"

Kamu gak boleh ada disini," ucap Alura yang memeluk Algar semakin erat.

"Aku kangen sama kamu." Perkataan Algar barusan membuat Alura semakin terisak.

Algar mencium puncak kepala Alura berkali-kali dan membiarkan Alura bersandar di dadanya.

--

"Gimana?" tanya Saka begitu mendengar kabar bahwa Alura sudah sadar.

"Alura masih istirahat," jawab Algar dan Saka hanya mengangguk.

Saat ini mereka berdua sedang berada di kantin rumah sakit.

"Btw thanks udah ngasih tau gue," ucap Algar yang merasa bersyukur mengetahui dimana Alura sekarang.

"It's okay, Seika udah nyeritain tentang pacarnya."

"Tapi kayaknya lo lagi ada problem sama Seika," ucap Saka membuat Algar menghela napas.

"Gue lagi break sama Alura."

"Dan kayaknya gue juga gak bisa lama disini."





















🌵🌵

.Tbc.

ALGAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang