Tak Sendiri

646 75 0
                                    

Kita dan rasa yang memudar di penghujung hari. Menuju masa di mana aku dan kamu yang tiada lagi berhubung kata "kita". Engkau menuju pulang lalu perlahan menghilang. Hingga yang tersisa hanyalah rasa rindu yang kemudian menikam di pekatnya malam.

Happy Reading!!

🌵🌵

"Gila tuh anak pede banget nembak di tengah lapangan," ucap Satya melihat ada seorang laki-laki yang sedang mengungkapkan perasaan di tengah lapangan.

"Iya lah harus pede kagak inget lo dulu malahan Algar nembak pas upacara," ucap Kevin kembali mengingat dulu saat Algar mengungkapkan perasaannya kepada Alura.

Flashback on

"Upacara selesai semua pasukan dibubarkan."

Semua guru sudah bubar menuju ke ruang guru. Pemimpin upacara juga sudah bersiap membubarkan pasukan sebelum ada suara yang menyita semua perhatian peserta upacara.

"Ehem gue mau minta perhatiannya sebentar," ucap Algar yang sudah ada di mimbar.

"Alura Seika Maharani silahkan ke depan." Alura membulatkan matanya, apa yang akan dilakukan Algar kali ini?

Sementara semua murid sudah bersorak menyuruh agar Alura maju ke depan dan melihat pertunjukkan yang akan Algar tampilkan kali ini. Dengan malu Alura maju dan berdiri di hadapan Algar.

Algar memberikan kode kepada para sahabatnya yang sudah bersiap di tempatnya masing-masing.

Boom!

Tiba-tiba bertaburan kelopak bunga mawar dari atas. Alura mengalihkan pandangannya ke arah langit. Melihat ada sebuah drone yang menaburkan kelopak bunga mawar merah. Alura menatap Algar penuh tanda tanya.

Belum selesai di situ, tiba-tiba ada sebuah spanduk besar yang bertuliskan '143 Alura'. Alura bukan perempuan polos, ia tahu arti dari '143'. Alura terkejut saat Algar sudah ada di depannya dengan menggenggam kedua tangan Alura.

Algar mendekatkan mulutnya ke telinga Alura dan membisikkan sebuah pertanyaan.

"Alura, mau ya jadi ceweknya Algar?"

Wajah Alura bersemu merah, bercampur antara senang dan malu tentunya. Tak butuh waktu lama, Alura menjawab pertanyaan dengan anggukkan kepala.

Algar tersenyum lebar dan bersiap untuk mengumumkan hal ini.

"Mulai sekarang Alura ce-"

"ALGAR! KAMU NGAPAIN?!"

Suara Bu Gendyt memotong perkataan Algar.

"JANGAN LARI KAMU, BERSIHIN SEMUA INI!"

Algar mendecak kesal sebelum akhirnya menarik tangan Alura dan berlari menghindar dari Bu Gendyt yang saat ini tengah marah.

Flashback off

"Algar urat malunya udah putus."

"Itu karena dia merjuangin buat dapetin cintanya," ucap Kevin dengan penuh penekanan.

"Gak ngerti lagi gue dulu Algar kerasukan apa," ucap Rangga menggeleng-gelengkan kepalanya mengingat Algar dulu.

"Balik kagak lo pada?" ucap Algar yang kesal karena ejekan dari para sahabatnya.

"Balik lah," ucap Satya menyusul Algar yang sudah berjalan terlebih dahulu menuju parkiran.

"Gimana kabar lo sama Riesa Ga?" tanya Rangga di tengah perjalanan menuju parkiran.

"Biasa aja," jawab Arga mengendikkan bahu acuh.

"Gak lo tembak?" tanya Kevin sembari merangkul bahu Arga.

"Mau gue lamar langsung," jawab Arga membuat semua sahabatnya berhenti berjalan dan menatap Arga dengan tatapan terkejut.

"Ga lo sehat kan?"

"Lo perlu gue bawa ke rumah sakit?"

"Gue panggilin Riesa gimana?"

"Kayaknya Arga udah dapet pencerahan dari gue," ucap Kevin langsung mendapat pukulan ringan dari Arga.

"Gue dukung Ga tenang," ucap Satya memberi dukungan kepada Arga.

"RAKA MAU KEMANA KAMU? MAU NIRU KELAKUAN ALGAR?!"

Algar menoleh ketika namanya disebut. Ternyata ada Bu Gendyt yang tengah mengejar Raka, siswa yang barusan mengungkapkan perasaan di tengah lapangan.

"Kenapa dia?" tanya Algar mengernyit bingung.

"Katanya dia ngambil toa di ruang seni tapi belum izin," jawab Satya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah adik kelasnya itu.

"Beneran bakal jadi penerusnya Algar," ucap Rangga menepuk pundak Algar.

Algar hanya terkekeh kecil, dalam hatinya kembali teringat kenangan dengan sang kekasihnya. Alura.

🌵

"Lo gapapa?" tanya Algar yang sudah turun dari motornya.

Saat mengendarai motor, tak sengaja Algar menyerempet seorang perempuan yang tengah mengayuh sepeda.

"Algar?"

Algar mengernyit bingung saat perempuan di depannya ini mengetahui namanya.

"Lo lupa sama gue?" tanya perempuan itu yang melihat ekspresi Algar.

"Feya?!" ucap Algar ketika akhirnya mengingat siapa sosok perempuan di depannya ini.

"Lo kok bisa di sini?" tanya Algar.

"Gue habis pulang kerja," jawab Feya. Algar pun menganggukkan kepalanya, ia teringat bahwa Feya dulunya tinggal di panti asuhan.

"Lo jarang ke panti ya sekarang?" tanya Feya.

"Iya, sorry banget gue lagi sibuk."

"Mau mampir gak? Bunda kangen sama lo katanya," ucap Feya disusul kekehan kecil.

"Boleh."

Tak butuh waktu lama, Algar dan Feya sudah sampai di sebuah panti asuhan bernama 'Kasih Ibu'.

"Bunda Feya pulang," ucap Feya saat masuk ke dalam disusul oleh Algar.

Tak lama muncul seorang perempuan yang sudah cukup berumur. Feya segera menyalami tangan Gita, perempuan yang dipanggil 'bunda'. Atau bisa disebut pemilik sekaligus penanggung jawab di panti asuhan kasih ibu.

"Algar, kamu apa kabar?" tanya Gita setelah Algar menyalami tangannya.

"Algar baik bun, bunda sendiri gimana?"

"Alhamdulillah bunda baik, apa lagi Feya sering ngebantu di sini."

"Maaf bun Algar jarang ke sini," ucap Algar merasa bersalah. Padahal dulu Gita lah yang merawatnya sewaktu masih kecil.

"Iya gapapa, bunda tau kok kalau kamu sibuk. Oh iya, kamu gak sama Alura?" tanya Gita yang menyadari Algar datang sendiri.

"Alura masih pergi bun, belum balik lagi."














🌵🌵

.Tbc.

ALGAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang