Sebelas

2.8K 277 16
                                        

Lusa adalah hari pernikahan Sakura. Meski Sakura sudah menyiapkan hatinya, namun tetap masih ada perasaan mengganjal di hatinya.

Sasuke. Pria itu masih terus mengganggu pikirannya. Rasanya perpisahan malam itu kurang baik dengan akhir yang masih mengambang, karena Sakura tidak mendengar kata apa pun dari mulut Sasuke. Apa dia merasa kecewa, marah, atau apa Sakura ingin tahu.

Jika Sasuke tahu bahwa lusa dia akan menikah, apakah dia akan mengerti? Sakura merasa bahwa dia harus bertemu dan bicara dengan Sasuke. Harus!

Dengan langkah yang sedikit ragu, Sakura berjalan memasuki area Apartemen Sasuke. Memasuki lift menuju lantai lima dimana Apartemen Sasuke berada. Setelah sampai di nomor 27 dengan gemetar Sakura menekan tombol kode pintu Apartemen Sasuke. Semoga belum ganti, pikir Sakura.

Dan ternyata masih dengan kode yang sama pintu Apartemen Sasuke terbuka. Sakura menyusuri ruang tamu yang kosong lalu berjalan menuju ruang kerja yang juga kosong.

Perlahan Sakura membuka pintu kamar Sasuke dan bau wangi khas Sasuke merasuk ke paru-parunya. Namun tetap nihil, tak ada Sasuke. Mungkin dia sedang pergi keluar.

Sakura memutuskan untuk menunggu Sasuke di ruang tamu. Menyalakan televisi mengambil sebotol jus di kulkas dan setoples camilan.

Satu jam...

Dua jam...

Tiga jam...

Dan lalu Sakura tertidur di sofa dengan televisi yang masih menyala. Kau dimana Sasuke?

☘️☘️☘️


Sentuhan hangat di pipi Sakura membuat Sakura berusaha membuka kelopak matanya yang terasa berat. Sakura menoleh ke samping dan wajahnya langsung bertemu dengan wajah Sasuke.

Sasuke duduk di lantai, meletakkan dagunya di tepi sofa tepat di samping kepala Sakura. Tangan kirinya dia gunakan untuk menopang kepalanya dan tangan kanannya dia gunakan untuk membelai lembut wajah Sakura. Sepasang emerald Sakura bertemu pandang dengan sepasang onyx Sasuke.

"Hai," sapa Sasuke, suaranya serak.

Sakura mengangkat tubuhnya untuk duduk.

"Kau baru pulang?" Tanya Sakura sembari mengusap matanya yang masih terasa sedikit buram.

Sasuke mengangkat tubuhnya dan ikut duduk di sofa di sisi kiri Sakura.

"Akhir-akhir ini aku sibuk. Kebetulan setelah perpisahan dwngan mu malam itu aku baru pulang sekarang."

"Maafkan aku Sasuke," Sakura menunduk merasa menyesal atas perbuatannya yang sangat tidak sopan terhadap Sasuke.

"Untuk apa? Untuk meninggalkan ku?" Sasuke menarik wajah Sakura agar Sakura menatapnya. Emerald Sakura bergetar siap mengeluarkan air matanya.

"Maaf," Sakura hanya sanggup mengeluarkan kata maaf.

"Aku mencintaimu Sakura."

DEG!

Satu tetesan air mata lolos dari sudut mata Sakura. Mata hijaunya memandang lurus wajah Sasuke. Memastikan ekspresi wajah Sasuke dan akan memukulnya jika dia mulai mengerjainya lagi.

"Ini bukan saatnya untuk bercanda, Sasuke, " Suara Sakura lirih penuh rasa sakit.

Ya dia sedang sakit di dalam hatinya. Sakit karena dia berusaha untuk menjaga hatinya dari Sasuke, tapi ketika mendengar ungkapan cinta Sasuke hatinya tergoda untuk menerimanya.

"Aku tidak bercanda. Aku serius Sakura. Aku bersumpah aku mencintaimu. Ketika malam itu kau meninggalkanku dengan kata-kata terakhir bahwa kita tidak akan bertemu lagi, itu sangat menyakitiku."

Sakura menarik tangan Sasuke dari kedua pipinya. Jantungnya berdetak begitu cepat. Lusa dia akan menikah, dan hari ini ada seorang pria sempurna menyatakan cinta kepadanya. Seseorang yang dengan setengah mati Sakura cegah agar tidak memasuki hatinya. Namun hari ini, dia berhasil lolos masuk ke dalam relung hatinya. Entah mengapa Sakura semakin terluka karena sadar bahwa dia tak ingin berpisah dengan pria di hadapannya ini. Ternyata Sakura juga mencintainya.

"Sasuke, aku... Aku..." Sakura membekap mulutnya sendiri. Menahan segala rasa yang ingin dia keluarkan dengan kata-katanya. "Oh, Sasuke maafkan aku..." Sakura beranjak ingin meninggalkan Sasuke namun dengan sigap Sasuke meraih lengan Sakura dan membawa tubuhnya kedalam dekapan hangat Sasuke.

Sakura meremas kemeja Sasuke membalas pelukannya dan menangis sejadi-jadinya. "Maafkan aku Sasuke..."

"Berhentilah meminta maaf," bisik Sasuke.

"Aku harus..." Sakura menarik tubuhnya dari pelukan Sasuke. "Aku harus pergi Sasuke. Maaf sudah membuatmu tersakiti atas perkataan ku malam itu. Tapi sungguh aku tak ingin luka lebih dari ini lagi. Aku benar-benar berterima kasih atas kehadiranmu. Namun, aku harus melupakan semua tentangmu... Maafkan aku..."

Sakura pergi meninggalkan Sasuke dengan air mata yang tak kunjung berhenti membanjiri pipinya.
Seandainya pernikahan ini tak pernah ada, mungkin Sakura akan sangat bahagia menerima cinta Sasuke. Tapi, dalam keadaan ini justru pernyataan cinta Sasuke malah menyakitkan untuknya. Bukan karena Sakura tidak mencintainya, tapi justru karena Sakura juga mencintainya dan tidak bisa bersamanya.

Sasuke, kenapa kau katakan di saat seperti ini? Kenapa kau mengacaukan hatiku? Aku juga mencintaimu Sasuke. Tapi aku akan menjadi milik orang lain. Milik pria asing yang entah dia lebih baik dari mu atau bahkan lebih buruk.

☘️☘️☘️

Sakura meremas buket bunga di tangannya. Sejak pagi jantungnya memompa melebihi detakkan seharusnya. Entah bagaimana nantinya saat pertemuan pertamanya dengan pria yang dalam beberapa menit akan menjadi suaminya. Telapak tangannya basah oleh keringat dingin yang terus merembes keluar di setiap pori-pori nya.

Ino dan Hinata senantiasa berada di sampingnya sebagai bride maid Sakura. Mereka terus mengagumi kecantikan Sakura yang luar biasa. Meski hati mereka juga merasakan perih karena sahabatnya ternyata melakukan pernikahan atas dasar tekanan dan rasa bakti terhadap orang tua dan kakak laki-lakinya.

Semaksimal mungkin Sakura menahan air matanya yang siap jatuh kapan saja akibat rasa aneh yang menderu di hatinya. Hatinya terus menerus berdesir yang membuat Sakura merasa tidak nyaman.

"Tenanglah Sakura, kau pasti bisa," kata Hinata menenangkan Sakura. Sakura hanya meringis seperti seseorang yang sedang menahan sakit.

"Jangan menangis, oke? Kau harus kuat. Jika laki-laki yang jadi suamimu nanti sampai berani menyakitimu, dia akan berhadapan denganku. Dan aku akan meminta Sasuke untuk membawamu pergi darinya," kata Ino berkobar-kobar.

Sasuke. Ya, pria itu. Mendengar Ino menyebut namanya membuat jantung Sakura mencelos. Tiba-tiba rasa sesal marasuki nya. Mengapa dia tidak meminta Sasuke untuk membawanya kabur saat dia menyatakan cintanya kepada Sakura. Seperti kata Ino, Sasuke pasti mampu membawanya pergi ke ujung dunia, bahkan ke bulan sekalipun. Astaga, kenapa?

Suara ketukan di pintu membuat ketiga gadis itu terlonjak. Jantung Sakura semakin berdetak cepat, lebih cepat dari sebelumnya. Lalu saat pintu di buka, muncullah sosok Sasori yang sudah berdandan rapi dengan tuxedo hitam. Dia terlihat sangat tampan.

"Kau siap Sakura?" Kata Sasori mengulurkan tangannya kepada Sakura.

Dengan gemetar tangan sakura yang terbalut dengan sarung tangan putih menyambut tangan Sasori. Kakinya serasa lemas sulit untuk melangkah.

"Calon suamimu sudah menunggu di Altar," lanjut Sasori.

Tuhan. Semoga apa yang kau garis kan adalah yang terbaik untukku. Aku percaya padamu .....

To Be Continue...

soulmate [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang