Tiga

3.6K 292 6
                                        

"Bagaimana bisa seperti itu?" Sasori berkata frustasi atas keinginan adiknya. Menikah tanpa mengetahui apa pun tentang lelaki yang akan menjadi suaminya? Keputusan macam apa itu? Sakura benar-benar sinting, pikir Sasori.

"Apa kau ingin aku kabur jika saat bertemu dengannya ternyata aku tidak menyukainya?"

"Apa bisa ku jamin, ketika kau berjalan menuju altar kemudian melihat calon suami mu dan ternyata kau tidak menyukainya kau tidak akan kabur?" Mata Sasori mendelik menatap emerald milik Sakura. Menanti reaksinya.

Sakura menerawang, membuat sedikit bayangan tentang sosok laki-laki menggunakan tuxedo rapi berdiri di altar menanti pengantin perempuan, yaitu dia. Wajahnya hitam bertubuh pendek, berkepala botak, dengan seringai mengerikan. Arrg.. sial! Bayanganku mengerikan sekali!

"Tidak. Aku tidak akan lari," kata Sakura ragu.

"Ayolah Sakura, berkencan lah dengannya. Kau perlu tahu siapa dia," desak Sasori.

"Tidak," sahut Sakura sengit.

"Baiklah. Nanti malam akan ku sampaikan keinginanmu pada mereka." Sasori mengecup puncak kepala Sakura dan beranjak dari tempatnya.

"Katakan bahwa aku tidak akan menyesal," sambar Sakura sebelum Sasori menghilang dari ruangan.

"Kau tak akan menyesal." Senyum Sasori mengembang meyakinkan hati adiknya agar membuang rasa ragu dan resah nya atas pernikahan ini.

Sakura kemudian menuju kamarnya. Duduk di tepi ranjangnya. Melamun, mengosongkan pikirannya. Dalam beberapa menit Sakura membatu. Seolah pikirannya di renggut dari otaknya dan yang berada di sana hanya jiwa kosong tanpa raga. Sedetik kemudian Sakura menguasai kesadarannya. Mendesah pelan, membuang rasa yang mengacaukan hatinya. Dia berusaha berpikir positif bahwa semua akan baik-baik saja.

Dia punya Sasori yang menyayanginya. Jika Sasori berkata dia tidak akan menyesal, itu berarti dirinya memang tidak akan menyesal. Karena Sakura percaya, Sasori selalu tahu apa yang terbaik untuk adiknya.

"Sakura." Terdengar suara Sasori bersama dengan ketukan di pintu kamarnya.

"Ya," sahut Sakura dari dalam kamarnya. Dia beranjak dari duduknya lalu melangkah membukakan pintu untuk kakaknya. "Ada apa?"

"Aku akan keluar. Mungkin aku akan pulang sangat larut."

"Baiklah."

"Jaga dirimu."

Sakura mengangguk dan melayangkan senyumnya.
Sakura merebahkan tubuhnya. Mata emerald nya memandang lurus ke arah langit-langit. Kembali menerawang dengan pikiran kosong. Lalu tiba-tiba saja mulutnya bergumam " Sasuke . " Pria yang telah menolongnya semalam melintas di benaknya. Mata hitam yang menatap dirinya semalam baru terasa menggetarkan hati Sakura. Sosoknya tiba-tiba saja terpampang jelas di kelopak matanya. Tubuhnya yang tegap, dengan otot kotak-kotak di perutnya. Rambut raven yang indah. Bibir yang menggoda. Segala yang ada pada dirinya, begitu indah di pandang oleh mata Sakura.

Meski hanya sebentar, Sakura tetap mensyukuri keberuntungannya yang telah bertemu dengan makhluk seindah Sasuke. Senyum simpul tergaris di bibir Sakura. Membuang banyak waktunya untuk membayang kan tatapan mata elang milik Sasuke. Seandainya Sakura tidak terikat oleh perjanjian pernikahan yang akan segera laksanakan, mungkinkah dia bisa memiliki Sasuke? Ahh, rasanya tidak mungkin. Sasuke terlalu tinggi untuk di jangkau olehmu Sakura! Teriak Sakura dalam hatinya.

soulmate [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang