"SAKURA...!"
Teriakan membahana terdengar dari ponselnya. Yeah, Sakura tahu pemilik suara cetar itu. Siapa lagi kalau bukan milik Ino, sahabatnya.
"Hei, biasa saja. Kau membuat gendang telingaku nyaris pecah," gerutu Sakura. Terdengar suara tawa di seberang sana.
"Sakura, aku merindukanmu," kata Ino manja.
"Aku juga. Hei. Kau pulang?" Sakura merasa bersemangat mengingat Ino yang tiba-tiba menghubunginya, tentu saja dia pasti pulang dari Jerman.
"Iya. Aku dan Hinata pulang pagi tadi. Kami sedang liburan selama dua minggu. Dan rencananya aku ingin kita hangout besok malam, bagaimana?"
"Ehm, boleh juga. Aku mau sekali."
"Baiklah. Besok di Konoha resto jam tujuh malam. Jangan lupa ajak kekasihmu. Aku dan Hinata ingin mengenalkan mu dengan kekasih baru kami."
"Hei, bisakah kita pergi bertiga saja?" Protes Sakura marah.
Bagaimana dengan dia? Dia tidak memiliki kekasih! Sangat seru sekali kalau dia datang sendirian sedang kedua sahabatnya bersama kekasih masing-masing. Bisa-bisa dia hanya jadi kambing congek.
"Ayolah Sakura. Jangan katakan kau belum memiliki teman kencan!"
"Memang belum," jawab Sakura jujur.
"Oh Sakura yang malang. Apa perlu aku meminta kekasihku mencarikan mu teman kencan? Dia ada beberapa-"
"Tidak perlu! Aku akan mengajak seseorang," sergah Sakura.
"Oh baiklah. Sampai jumpa besok malam Saki. Jangan terlambat, oke?"
" Oke," Sakura menutup teleponnya.
Satu nama yang terbesit di pikiran Sakura. Sasuke. Ya, hanya dia yang bisa dia andalkan. Sakura yakin Sasuke akan mau menemaninya, mengingat selama ini Sasuke tak pernah absen saat Sakura mengajaknya pergi.
Sebelum terlanjur naik taksi akhirnya Sakura memutuskan kembali ke Apartemen Sasuke. Ketika Sakura masuk ke Apartemen, Sasuke masih di posisinya tadi dan sedang membaca buku yang dia gunakan untuk memukul kepala Sakura. Sasuke mengernyit kebingungan dengan Sakura yang tiba-tiba kembali.
"Kau ini lagi PMS ya?" Tanya Sasuke masih dengan tampang kebingungan.
Sakura mendengus lalu berjalan mendekati Sasuke dan duduk di sisinya. Sakura memandangi Sasuke sembari tersenyum yang kentara sekali sangat di paksakan. Sasuke yang melihat tingkah aneh Sakura berpura-pura merasa ngeri.
"Kau ini seperti orang sinting," kata Sasuke menggeleng pelan.
Mimik wajah Sakura berubah menjadi suram. Matanya melirik kesal pada Sasuke yang terkekeh. Namun sedetik berikutnya, Sakura mengulas senyum yang di buat semanis mungkin.
"Ehm, Sasuke. Temanku mengajakku untuk pergi besok malam. Mereka mengajak pasangan mereka masing-masing. Mau kah kau menemaniku?" Tanya Sakura dengan suara yang di buat-buat manja.
"Kau ingin aku berakting menjadi kekasihmu?"
"Bukan. Bukan begitu."
"Jadi?"
"Hanya menemani saja. Aku juga akan memperkenalkan mu sebagai temanku, bukan kekasihku," kata Sakura salah tingkah.
"Kalau begitu aku tidak mau," kata Sasuke datar.
Sakura menunduk kecewa. Lalu siapa lagi yang bisa dia ajak selain Sasuke? Sasori? Tentu tidak mungkin. Jika Sakura datang sendiri sudah pasti dia akan benar-benar menjadi kambing congek. Memandang kedua sahabatnya bermesraan akan menyiksa batinnya. Huft, apa harus dia meminta Sasori menyampaikan pesan pada calon suaminya untuk menemaninya jalan? Arrghhh, tentu saja itu sangat tidak mungkin. Sakura tidak ingin bertemu dengan calon suaminya sampai hari pernikahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
soulmate [SasuSaku]
Fanfiction21+ ✓ Selesai di PDF Menikah karena perjodohan bukanlah sesuatu yang di impikan oleh Sakura. Tapi keadaan yang memaksa Sakura menerima perjodohan yang di lakukan oleh almarhum ibunya dengan sahabatnya. Ketika Sakura gelisah dengan pernikahannya yang...