Lima

3.2K 276 18
                                        

Wajah Sakura kembali muram setelah menonton film di apartemen Sasuke. Sasuke memberikan kebebasan kepada Sakura untuk melakukan apa pun. Sementara Sasuke langsung mengurung diri di ruangan kerjanya setelah sampai di apartemen.

Sakura yang melihat koleksi DVD Sasuke yang begitu banyak, memutuskan untuk menonton tanpa memperdulikan Sasuke yang sedang sibuk di ruangannya. Dan sial nya, Sakura memilih film romantis untuk di tonton. Menceritakan kisah seorang gadis miskin yang bertemu dengan pria kaya lalu jatuh cinta. Namun kisah cinta mereka di tentang oleh orang tua si pria. Hingga membuat si pria berjuang mati-matian untuk mendapatkan restu sang orang tua. Lalu di akhir cerita mereka bersatu.

Kisah yang memilukan. Tapi setidaknya, mereka bisa memilih cinta mereka. Sedangkan Sakura? Yeah, begitulah. Tragis. Jika Sakura punya keberanian untuk memperjuangkan cintanya, mungkinkah pernikahannya bisa di batalkan. Namun, Sakura memperjuangkan cinta untuk siapa? Itu lah yang belum ada jawabannya. Pasalnya, hingga detik ini, tak seorang pun pria yang singgah di hatinya. Bodoh.

" Aku penasaran, kenapa kau selalu memasang wajah seperti itu? " Tanya Sasuke tiba-tiba membuat Sakura sedikit terlonjak karena terkejut. Lamunannya buyar.

" Tahu apa kau dengan perasaan seorang gadis sepertiku? "

" Aku tidak terlalu paham dengan perasaan perempuan. " Kata Sasuke sembari berjalan menuju dapur. Membuka lemari pendingin lalu mengambil sekaleng soda dan meneguknya.

" Kalau memang ada masalah cerita saja. Akan ku dengarkan. Tapi aku tidak bisa janji besok aku masih mengingat curahan hatimu. " Lanjutnya saat berjalan ke arah Sakura. Sasuke melempar tubuhnya ke sofa di samping kanan Sakura.

" Huft, " untuk apa aku bercerita kalau kau hanya mendengarkan lalu besok kau lupa? Sungguh pria yang menyebalkan.

" Yeah, kalau kau mau. Kalau kau ingin menyimpannya sendiri juga tidak apa-apa, " kata Sasuke.

" Aku hanya iri dengan film itu. " Sakura mendengus pelan. Menunjuk layar televisi dengan dagunya. Meratapi kisah cinta nya yang mengenaskan.

" Kenapa harus iri? "

" Ya karena aku ingin kisah cintaku berakhir bahagia. Bayangkan saja, bertemu dengan seorang pria, lalu mereka saling jatuh cinta, berpacaran dan akhirnya menikah. Ughh, sempurna sekali, " Sakura memeluk jari-jarinya di depan dada, merasa gemas dengan kisah cinta yang menurutnya sangat sempurna itu.

" Kau pasti akan mendapatkan kisah seperti yang kau inginkan. Apa kisah mu dengan kekasihmu tidak semenarik di film itu? "

" Hey, jangan bicara sembarangan. Asal kau tahu, aku belum pernah pacaran, " jawab Sakura tak mau kalah.

Sasuke terkikik kecil mendengar ucapan sakura. Seolah tak percaya dengan ungkapan yang barusan terdengar di telinganya.

" Gadis sepertimu belum pernah berpacaran? Sulit di percaya. "

" Terserah kau saja kalau memang kau tidak percaya. Tapi serius, aku belum pernah pacaran. "

" Kenapa? "

" Karena aku ingin fokus belajar sampai aku lulus SMA. Aku hanya tidak ingin mengecewakan kakakku yang susah payah bekerja untuk pendidikan ku. "

Sasuke manggut-manggut menyetujui alasan Sakura. " Sungguh adik yang berbakti, " Sasuke mengacak rambut Sakura pelan. Dengan wajah cemberut Sakura menepis pelan tangan Sasuke. Sasuke kembali terkekeh.

" Tapi dulu aku pernah berharap. Jika suatu saat, akan ada seorang pria yang mencintaiku dan memintaku untuk hidup bersamanya. Lalu mengajakku menikah karena dia sangat mencintaiku. " Mata Sakura berbinar-binar penuh harap. " Bisa ku bayangkan, ada seorang pria yang menanti ku di Altar, meraih tanganku lalu mengucap janji suci di hadapan Tuhan untuk memohon agar aku di ijinkan Tuhan menjadi istrinya. Lalu kami bertukar cincin. Dan lalu, ciuman ini... " Sakura meraba pelan bibirnya dengan ibu jarinya sendiri. " Hanya untuk dia... Pria yang mencintaiku. Pria yang ku cintai. Pendamping hidupku. "

Sasuke menyentil dahi Sakura dengan jarinya. Mata onyx nya menatap lekat pada emerald Sakura.

" Mimpimu terlalu indah. " Kata Sasuke. Sakura langsung menutup dahinya yang sakit akibat sentilan kecil Sasuke dengan kedua telapak tangannya.

" Biar saja. Boleh lah sedikit berangan. "

" Hn. "

Matanya mendelik pada Sasuke yang sudah kembali meneguk soda nya.

" Apa kau hanya tinggal bersama kakakmu? "

Sakura mengangguk.

" Dia belum menikah? "

" Dia terlalu fokus untuk hidupku hingga dia tidak memikirkan untuk menikah. Menghidupi ku selama lima tahun sendirian pasti sangat berat untuknya. Aku ingin dia segera menikah dan menemukan kebahagiaannya. Jika masalahku selesai, dia akan menikmati hidupnya sendiri dengan tenang. Tanpa ada aku sebagai beban untuknya. "

" Apa kakakmu tidak memiliki kekasih? "

" Entahlah. Dia tidak pernah membawa pulang perempuan. Lagi pula aku jarang bertemu dengannya. Karena dia selalu berangkat pagi sebelum aku sanggup membuka mataku dan pulang larut saat aku sudah tertidur. "

" Lalu masalah apa yang ingin kau selesaikan? "

" Bukan urusanmu. "

Sasuke mengangkat bahunya, tidak perduli kepada Sakura yang tidak menjawab pertanyaannya.

" Apa kau selalu di rumah sendiri? "

Astaga, pria ini kenapa sih? Ingin tahu sekali dia.

" Iya, selalu. "

" Kau bisa main ke sini jika kau bosan di rumah. "

" Kalau setiap hari aku ke sini dan hanya untuk menjaga rumahmu aku tidak mau. " Sakura melipat lengannya.

" Kau bisa bersih-bersih. "

" Kau pikir aku apa? Asisten rumah tanggamu? " Sakura melempar bantal ke wajah Sasuke yang dengan sigap di tangkap oleh Sasuke.

" Kau bisa jadi nyonya di rumah ini kalau kau mau, " Sasuke menarik hidung Sakura hingga memerah.

Sakura kembali memukul kepala Sasuke dengan bantal. Kali ini benar-benar mengenai kepala Sasuke. " Jangan bercanda. "

" Kan ku bilang kalau kau mau, " Sasuke membalas Sakura dengan melempar bantal ke wajah Sakura. " Kalau tidak mau juga tidak apa-apa. "

Sakura menggeram kesal. Membuang mukanya agar tidak memandang wajah Sasuke yang menyebalkan tapi tampan.

" Pergi sana, jangan ganggu aku. " Usir Sakura.

" Hey ini rumahku. "

Sakura mendecih membenarkan ucapan Sasuke. Dan akhirnya Sasuke beranjak meninggalkan Sakura lalu kembali ke ruang kerjanya.

Meski baru mengenal Sasuke, tapi cara Sasuke berinteraksi dengan Sakura seolah mereka sudah mengenal lama. Walau pada awalnya dia terlihat kaku sekali. Dalam hati Sakura merasa menemukan sosok Sasori meski dengan orang yang berbeda.

Dulu, sebelum orang tua Sakura meninggal, dan Sasori masih memiliki waktu banyak dengannya, Sasori selalu seperti ini dengannya. Bercanda, saling mengejek hingga berkelahi yang ujung-ujungnya Sakura menangis karena pukulan Sasori yang mengenainya terlalu keras. Setelah itu, Sasori akan di marahi ibunya habis-habisan. Suasana seperti itu yang di rindukan Sakura.

Kini, untuk ngobrol dengan Sasori pun sangat sulit. Hanya jika beruntung saja Sakura bisa bertemu dengan Sasori. Jika pun mereka bertemu, paling lama hanya lima belas menit.

Sasori bekerja sebagai sekertaris pribadi sebuah perusahan terbesar di jepang. Dan kemana pun bos nya berada, Sasori harus selalu ada di sampingnya. Perjalanan bisnis kemanapun, Sasori selalu mengikutinya. Kasihan sekali Sasori, karena kesibukannya, dia belum menemukan pasangan hidupnya. Walau begitu, Sakura tetap bangga dengan kakak laki-laki nya. Dan Sakura bersumpah demi ayah dan ibunya, dia akan membalas perjuangan Sasori dan membuatnya hidup bahagia.

To Be Continue...

soulmate [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang