Menepi. Saat yang aku lihat bahagiamu bersama dia. Entah aku harus ikut bahagia atau pura-pura bahagia. Tapi yang pasti, aku terluka saat tawamu dibagi dengannya.
Jangan takut. Aku tidak akan mengusik. Juga tidak akan mengganggu. Aku senang melihatmu bahagia walaupun aku menangis.
Aku masih bertanya, pada bintang yang mulai meredup cahayanya. Aku heran, bukankah seharusnya aku turut bahagia? Lalu mengapa sekarang aku menangis tersedu-sedu.
Ingin rasanya, ku layangkan sebuah pertanyaan padamu. Pada sebuah rasa yang kau hadirkan dan tak mampu aku jelaskan. Lalu kepastian yang kau berikan, tetapi bukan untukku.
Ingin rasanya, memaki dan memukul sekuat tenaga. Tapi, ternyata aku lemah. Melihat matamu, seketika membuat ku bungkam. Diam tanpa pergerakan. Aneh bukan? Aku pun tak mengerti.
Katamu, senyumku yang paling kau suka. Maka sekarang aku berjanji, senyum itu tidak akan hilang dari pandanganmu. Namun sekarang berbeda, senyum yang kau lihat tidak lagi sama. Senyum ini hanya sebagai bentuk menutupi luka yang telah kau gores.
Bahagia ya, sama dia. Tidak usah memikirkan keadaanku. Mungkin aku memang terluka tapi aku tak mampu membalas. Hanya mencaci maki saja yang bisa aku lakukan.
Jangan pernah mencariku lagi.
Walaupun kau terluka begitu hebat karenanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/231043603-288-k855253.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Rasa
PoezjaTidak ada rasa yang tidak bisa disampaikan lewat kata-kata. Selama kita bisa berbicara, satu bait puisi pun mampu tercipta. Start : August 17th, 2020 Finish : -