Bab 2

10.5K 1K 141
                                    

Warning Typo bertebaran...

Jangan lupa vote dan komennya ya... Happy reading... 😗😗😗
.
.
.
.

Sesampainya di perpustakaan, Arlan di buntuti oleh Revan. Arlan mengambil sebuah buku lalu membaca di meja paling ujung dekat jendela, lalu tiba-tiba bukunya di tarik oleh Revan. Saat melihat siapa yang melakukan hal itu, Arlan hanya diam dan tidak bisa berkata apa-apa, sementara pelakunya hanya meringis di depannya.

"Kau, sudah ku bilang. Aku tidak suka di abaikan." ujar Revan.

"Apa mau mu? Kalau kau minta aku ganti rugi bajumu, kau salah orang." ujar Arlan.

(Note: kata Loe, aku ganti...)

Revan mengangkat alisnya sebelah, lalu membaca buku yang di baca Arlan, lalu ia berbicara. "Hei Nerd, kau suka membaca buku yang tidak ada gambarnya begini. Hah, membosankan."

"Apa perdulimu, Satan? Suka hati ku mau membaca buku yang tidak ada gambar kek, mau ada gambar kek, apa perdulimu?" sahut Arlan.

"Kau barusan memanggilku apa? Coba ulangi lagi," ujar Revan.

"Tidak ada siaran ulang, balikin bukunya aku belum selesai membaca." ujar Arlan.

Braaaak

Revan menggebrak meja, lalu petugas perpustakaan melotot ke arah Revan dan Arlan, lalu menunjuk ke arah tulisan. (Dilarang ribut saat sedang di perpustakaan)

Arlan meringis lalu, datang Jonathan, Beny and Viko.

"Kami cariin dimana gak taunya malah disini, sejak kapan kau doyan keperpustakaan?"  seru Viko.

"Ada apa kalian kemari?" tanya Revan.

"Latihan basket, ayok udah terlambat ini." ujar Beny.

Revan menoleh ke arah Arlan, tetapi diam-diam Arlan sudah pergi dan tidak ada disana. Revan nampak kesal lalu pergi bersama kedua sahabatnya itu. Revan dan kedua sahabatnya di susul Angela si gadis gesrek kesayangan Revan pun menyusul ke lapangan basket. Lalu Arlan dan Hengki pun berjalan kearah kantin hanya sekedar minum jus. Revan melihat Arlan yang tengah berjalan di koridor, dengan sengaja ia melemparkan bola basket kearah Arlan dengan keras. Tetapi Arlan tau kalau ada bola meluncur ke arahnya, dengan sigap ia menangkap bola itu, lalu melemparkannya ke arah ring basket. Dan....

Baaaaam...

Bola itu masuk ke ring walau dengan jarak yang jauh, lalu dengan cuek Arlan dan Hengki berjalan kembali dengan santainya seolah tak terjadi apa-apa. Sementara semua orang yang menyaksikan aksi Arlan itu bengong dan tak bisa berkata apa-apa. Hengki yang melihat aksi itu juga takjub.

"Gila, keren banget tadi gaya kau saat melempar bola itu dan tepat sasaran lagi. Jangan-jangan kau dulu anak basket juga ya di sekolah kau yang lama?" ujar Hengki.

"Hahahaha, tadi itu cuman kebetulan aja." sahut Arlan.

Saat  tengah asik bercanda dan berjalan tanpa melihat kedepan, sifat cerobohnya kambuh. Ia menabrak seseorang yang tinggi, tampan, dan hidung mancung. Kakak kelas yang selalu menjadi idola, dia adalah model yang bersekolah disana.

"Maaf kak, aku gak lihat." ujar Arlan.

"Lain kali kalau berjalan hati-hati, gunakan matamu dengan baik." ujar Nando si model tampan itu.

Nando pergi begitu saja, dengan kesal Arlan menggerutu. "Untung ganteng, kalau gak udah aku bejek-bejek tu orang."

"Terimakasih, kau seribu orang yang bilang kalau aku ganteng, sini aku traktir kau es cream." sahut Nando.

BL- Nerd and Bad Boy.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang