Bab 11

5.6K 559 77
                                    

Arlan pergi dengan kesalnya, tanpa sengaja ia bertemu dengan Revan di lift saat Revan dan Gracia akan masuk ke dalam, Arlan juga hendak keluar. Revan melihat dan memandang Arlan penuh tanya, tetapi beda halnya dengan Arlan yang memberi kode kepada Revan agar tak menegurnya. Revan mengerti lalu Arlan pergi tanpa menoleh kebelakang sedikitpun. Arlan pergi mengendarai sepeda motornya itu, lalu tidak berapa lama akhirnya Arlan pun sampai dirumah paman dan bibinya.

"Kamu sudah pulang nak? Ada tamu yang mencarimu itu, temen sekelas kamu. Hengki," ujar pamannya Arlan.

"Oh, iya paman." ujar Arlan.

Arlan pergi menemui Hengki lalu Arlan menyapa Hengki. "Hai, malam. Udah lama Heng?"

"Belum kok, kau ini. Kalau sebut namaku itu yang benar kenapa, Hengki." ujar Hengki kesal dengan tingkah temannya itu.

"Hahaha, maaf. Ngomong-ngomong kau ngapain kesini?" ujar Arlan.

"Aku mau ajak kau jalan-jalan lah, kan malam minggu ini, kemana kek." ujar Hengki.

"Ya udah ayo kita pergi, aku juga suntuk banget ini." ujar Arlan.

Hengki mengangguk, lalu mereka pun pergi ke suatu tempat. Hengki memiliki mobil pribadi, meski tak semahal mobil Revan. Di sepanjang perjalanan Arlan hanya diam dan menatap kearah jendela mobil dan menikmati pemandangan luar. Hengki yang melihatnya langsung berbicara.

"Kau kenapa? Gak suka pergi denganku ya?" ujar Hengki.

"Eh, gak kok. Hanya saja aku ingin pergi kepantai malam ini." ujar Arlan.

Hengki diam lalu ia berbicara lagi. "Mau ngapain kamu kepantai, mau jadi Ratu pantai selatan kamu?"

"Ahahhaha, bodoh. Pemandangan pantai itu bagus banget kalau malam. Udah ikuti aja apa kataku, tapi sebelumnya beli cemilan dan minuman ya," ujar Arlan dengan mata puppiesnya.

"Mnp... Singkirkan mata jelekmu itu. Menjijikkan." ujar Hengki.

"Ahahha, jijik... Tapi suka kan?" ujar Arlan asal.

Deg...

Hengki hanya tertawa, sebenarnya dalam hatinya menjawab iya. Bahkan apapun akan Hengki lakukan agar ia bisa melihat sahabat yang ia cintai tersenyum. Mereka pun sampai di sebuah supermarket, lalu Hengki dan Arlan membeli beberapa makanan dan minuman. Kemudian mereka menuju pantai yang di maksud oleh Arlan. Setelah beberapa menit mereka pun sampai di pantai yang di sebutkan oleh Arlan. Arlan dan Hengki keluar dari mobil, lalu Hengki dan Arlan duduk tepat di depan mobil mereka hanya beralaskan pasir. Arlan menikmati pemandangan pantai yang sangat indah, lebih tepatnya bintang-bintang yang berpendar di pantai itu.

"Kau sering kemari?" tanya Hengki.

"Tentu saja, ini adalah tempat favorite ku di malam hari kalau gak bisa tidur." ujar Arlan.

"Apa? Malam-malam sendirian di tempat sepi kayak gini? Gak takut di culik?" ujar Hengki.

"Ppppppffff, hahahahha. Lagian siapa yang mau nyulik aku si miskin ini. Ada-ada aja," ujar Arlan.

Hengki juga ikut tertawa, lalu Arlan berbicara lagi. "Hengki, kau gak malu berteman sama aku yang miskin ini?"

Raut wajah Hengki langsung berubah, lalu ia berbicara. "Aku gak malu, please jangan katakan hal itu lagi. Kaya atau miskin sama saja buatku, aku tidak pernah memilih atau memandang kasta seseorang untuk berteman."

"Terimakasih..." ujar Arlan.

Mereka terus berbicara dan mengobrol banyak hal, tertawa dan bercanda tanpa terasa hari sudah pukul 01.00 waktu setempat. Angin berhembus sepoi-sepoi menerpa Arlan dan Hengki. Kemudian mereka berdiri lalu berkejar-kejaran di tepi pantai. Tubuh Arlan sedikit lebih mungil dan ramping di bandingkan Hengki. Perawakan Hengki yang tinggi besar dan atletis membuatnya terlihat gagah, ditambah ketampanan wajahnya khas eropa dengan manik coklat.

BL- Nerd and Bad Boy.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang