Bab 12

5.4K 524 77
                                    

Arlan menjadi cover majalah fashion terkemuka dan terkenal di mana-mana. Majalahnya sudah terbit,  hanya dalam hitungan jam majalah itu langsung habis ludes terjual. Terbitan 2019 paling laris saat itu, kemudian saat Arlan masuk sekolah semua memandang Arlan tajam dan takjub. Tetapi Arlan tetaplah Arlan, saat sekolah ia berpenpilan seperti biasanya tidak saat di majalah atau saat ia sedang pemotretan.

"Note: gambarnya Arlan jadi cover aku buat di atasnya aja ya. Jaringan lemot jadi ga bisa masuk di ff phtonya."

Sesampainya di kelas, Revan melototi Arlan. Terlebih ada photo Arlan tengah berpose berdua dengan Nando menggunakan Fashion yang keren. Arlan mengabaikan Revan, sementara teman-teman yang lain sibuk mengintrogasi Arlan dan meminta tanda tangan. Tidak ketinggalan Hengki yang mengucapkan selamat.

"Selamat ya, sobatku jadi model Fashion terkemuka. Tidak tanggung-tanggung langsung jadi cover majalahnya." ujar Hengki senang.

"Biasa aja, aku cuman satu hari ini aja kok. Besok-besok gak lagi, karena hanya jadi model dadakan saja." ujar Arlan.

Guru sudah masuk ke kelas, jam pelajaran pun sudah dimulai. Hari ini mereka ujian kenaikan kelas, Arlan selesai lebih dulu. Di susul Hengki, lalu Revan. Arlan dan Hengki duduk di kantin menunggu pelajaran berikutnya lalu Revan datang tiba-tiba menarik tangan Arlan. Hengki berdiri lalu menarik tangan Arlan juga. Mereka berdua saling tarik menarik tanpa memperhatikan Arlan kesakitan.

"Cukuup... Sakit bodoh." ujar Arlan.

Hengki melepas tangannya begitu juga Revan. Revan berbicara kepada Hengki. "Kau tidak usah ikut campur urusan kami berdua!"

"Oh, kau pikir kau hebat ha? Apa yang menjadi urusan sahabatku, kini menjadi urusanku juga. Aku tidak akan membiarkan orang sepertimu macam-macam dengannya." sahut Hengki.

Buuuuukkk

Revan memukul Hengki, tetapi Hengki tidak membalas. Arlan berteriak dan berbicara. "Hentikan... Kalian berdua apa-apaan ha? Sattan, aku sudah bilang padamu jaga dan kontrol emosimu. Lebih baik kau pergi sekarang aku tidak mau melihatmu lagi!"

"Nerd... Kau..." ujar Revan.

"Ayo Heng, kita pergi." Arlan membawa Hengki pergi.

Dari sudut bibir Hengki mengalir dara segar akibat tinju dari Revan. Revan terdiam dan wajahnya semakin kesal, seharusnya Arlan memilih atau membelanya bukan Hengki. Tetapi dari kejauhan Agustian menyaksikan aksi itu tadi, lalu ia tersenyum licik.

"Oh jadi si Arlan tidak akur dengan Revan? Baiklah, kalian lihat aku akan membuat Arlan semakin membencimu, orang kaya sombong." ujar Agustian kepada dirinya sendiri.

Arlan sampai di ruang UKS bersama Hengki, Arlan kemudian mengobati memar yang di akibatkan oleh Revan.

"Aduh pelan-pelan Ar... Perih," ujar Hengki.

"Ututututu... Tahan sedikit, masak cowok gak bisa nahan sakit? Cemen..." ujar Arlan.

"Sakit ini gak seberapa Ar, aku lebih sakit kalau lihat kau di sakitin sama setan itu. Lebih sakit lihat kau sedih, lebih sakit kalau kau sakit." ujar Hengki.

Arlan meringis lalu menyentuh dahi Hengki. "Gak panas? Tapi apa otak kau geser ya gara-gara tadi? Kita kerumah sakit yuk, di ronsen kali ada yang geser."

BL- Nerd and Bad Boy.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang