Hari sudah mulai sore, Arlan sebelumnya juga sudah menghubungi bibi dan pamannya perihal ia tidak pulang semalaman. Arlan kembali memasak atau lebih tepatnya menghangatkan makanan yang ia masak tadi untuk makan malam mereka. Lalu Revan datang ke dapur dan di sambut senyuman manis Arlan, jantung Revan mau melompat dari posisiny, ia tidak tau perasaan apa ini. Rasanya sangat aneh, melihat Arlan seakan melihat orang yang sangat ia rindukan.
'Perasaan apa ini? Apa aku sedang jatuh cinta? Tapi kenapa dengan laki-laki dan itu dia...haih..." Seru Revan dalam hati.
"Kau sudah mandi? Aku sudah siapkan makan malam. Makanlah dulu, semua tugasmu sudah selesai. Selesai makan dan membereskan semua, aku akan pulang." ujar Arlan.
Revan duduk dan mulai makan, tetapi mendengar kata pulang, seolah selera makannya sirna. Ia menghentikan aktivitas makannya. Lalu Arlan berbicara lagi. "Kenapa tiba-tiba murung?"
"Tidak apa-apa... Makanlah aku akan mengantarmu pulang." ujar Revan.
Arlan tau sebenarnya Revan tidak ingin Arlan pulang, tanpa Revan memberitahunya Arlan sudah paham dengan suasana hati Revan.
"Sattan, selain aku apakah ada orang yang pernah masuk ke appartementmu ini? Kecuali ayah dan ibumu." ujar Arlan sambil menyuapkan makanan kemulutnya.
"Tidak ada, baru kau saja. Angela bahkan tidak pernah aku bawa kemari, karena ini adalah tempat privasiku. Dan hanya kau saja yang aku ijinkan masuk kamari dan tau privasiku." ujar Revan dengan muka datarnya.
Aktivitas makan itu selesai, lalu Revan mengajak Arlan masuk kedalam kamarnya. Lalu Arlan menuju kejendela dan duduk disana sambil menikmati pemandangan kota di malam hari. Revan duduk disebelah Arlan dan lengan mereka saling berdempetan.
"Nerd, boleh aku bicara sesuatu padamu?" ujar Revan.
"Katakan saja, aku akan mendengarnya." ujar Arlan.
"Kau ingin tau kenapa aku lebih memilih tinggal disini dari pada di rumahku, jawabannya karena aku membenci ayahku. Ibuku meninggal karena ibuku memergoki ayahku sedang selingkuh, ibu terkena serangan jantung dan meninggal pada saat usiaku masih berumur tujuh tahun. Selang satu tahun kepergian ibuku, ayahku menikah lagi. Walau ibu tiriku baik, aku masih belum bisa menerimanya. Disaat aku membutuhkan ayahku, ayahku sibuk dengan pekerjaannya. Aku tidak menginginkan ini semua, yang aku inginkan hanya perhatian orang tua saja. Tapi aku tidak mendapatkannya," ujar Revan.
Arlan tau Revan meneteskan air matanya, lalu Arlan memeluk Revan. Arlan tidak mengucapkan satu kata pun, ia hanya memeluk Revan dan membiarkan Revan Tenang sejenak. Arlan menghapus air mata Revan, lalu Revan berbicara. "Maaf, ayo aku akan mengantarmu pulang."
"Aku masih ingin disini," ujar Arlan.
Revan menoleh kearah Arlan yang tengah asik memandang bintang di langit, disaat lampu-lampu di kota padam, cahaya bintang kelap kelip akan tampak jelas di langit hitam kelabu. Revan juga ikut memandang kearah bintang dimana Arlan memandangnya. Kemudian Arlan menoleh ke arah Revan dan berbicara.
"Hari sudah larut malam, sebaiknya pergi tidur. Aku akan kekamarku, selamat malam." ujar Arlan.
Saat Arlan ingin pergi dari sana Revan menarik tangan Arlan lalu Revan berbicara. "Tidur disini saja, dan jangan pergi jauh-jauh dariki."
Arlan mengerutkan keningnya sehingga membuat kedua alisnya tertaut. Lalu Revan menariknya ke tempat tidur dan menyuruh Arlan tidur berbantal lengannya dan mengahadap ke arah Revan.
"Heh bodoh, maksud kau apa? Aku bukan Angela pacarmu, lepaskan." ujar Arlan.
"Dengarkan kataku dan ikuti saja, aku nyaman tidur sambil memelukmu begini." ujar Revan sambil mempererat pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BL- Nerd and Bad Boy.
Teen FictionRevan dan Arlan adalah musuh bebuyutan di sekolah mereka. Revan Adiguna Wijaya adalah seorang anak konglomerat atau anak orang terpandang yang kurang kasih sayang atau perhatian orang tuanya selalu bertindak sesuka hatinya. Pertemuannya dengan Arlan...