Fernando sangat dewasa dan manis, hal itu semakin membuat Arlan tidak tahan. Kemudian mereka pun pergi dari pantai. Fernando mengantarkan Arlan kerumah, tetapi rasanya Fernando tidak ingin pisah dan pergi dari sana. Arlan menatap Fernando lalu ia berbicara.
"Kak Fer kenapa? Kakak gak pulang?" ujar Arlan.
"Rasanya aku tidak ingin pergi dari sini, bolehkah aku duduk disini sebentar?" ujar Fernando.
"Boleh kak silahkan, kebetulan Arlan di rumah sendirian, paman sama bibi Arlan sedang pergi untuk beberapa hari ini. Mari masuk kak," ujar Arlan.
Fernando masuk dan mengamati rumah Arlan yang sederhana, lalu Arlan membuatkan minuman untuk Fernando. Arlan pergi berganti pakaian miliknya, setelah selesai Arlan mengajak Fernando ke rumah pohon miliknya, ternyata Fernando juga sangat suka dengan rumah pohon.
"Jadi kamu punya rumah pohon juga?" ujar Fernando.
"Iya dok, eh kak. Jangan-jangan kakak juga punya ya?" ujar Arlan.
Fernando tersenyum, senyum manisnya membuat siapa saja yang melihatnya akan meleleh. Lalu Fernando berbicara. "Iya punya, tapi dulu saat aku masih kecil, rumah itu di hancurkan oleh ayah, padahal disana banyak kenangan almarhum ibu."
"Maaf, kalau hal ini membuat kakak sedih." ujar Arlan.
Fernando memeluk Arlan, entah kenapa Fernando nyaman dengan Arlan. Lalu ia berbicara. "Tidak apa-apa. Arlan?"
"Mnp?" sahut Arlan.
"Wajar kalau Revan tidak mau kehilangan mu, karena berada di dekatmu merasa nyaman dan tidak tau kenapa, rasanya tidak ingin beranjak pergi dari sisimu." ujar Fernando.
"Mungkin karena aku imut, hihihi" Sahut Arlan sambil nyengir.
Fernando tertawa karena mendengar ucapan Arlan. Lalu Arlan ikut tertawa, Arlan berbaring sambil menatap dedaunan pohon beringin yang tidak besar dan tidak tinggi, tetatapi memiliki cabang yang banyak sehingga bisa membuat rumah pohon. Fernando ikut berbaring di sebelah Arlan lalu, Arlan mengubah posisinya menghadap ke Fernando, Fernando pun sama menghadap ke Arlan. Arlan tersenyum geli saat mereka saling tatap, hal itu justru membuat hati Fernando menjadi hangat saat melihat senyum Arlan.
Drrr drrr
Drrr drrPonsel Arlan bergetar, lalu ia mengangkat telponnya. "Halo..."
"Benarkah ini Arlan Gueterez?" ujar suara di seberang sana.
"Oh iya benar dengan saya sendiri, ada yang bisa saya bantu?" sahut Arlan.
"Oh iya kebetulan sekali, Saya Miranda Smith, pimpinan redaksi dari Vogue Megazine, saya ingin anda menjadi cover majalah kami edisi minggu depan, bisakah anda datang ke kantor kami? Nanti akan saya share lokasi via whatsapp." ujar Orang yang bernama Miranda itu.
"Oh baiklah, saya akan segera kesana. Terimakasih sudah menghubungi saya." sahut Arlan.
Orang di seberang sana pun sudah membalas perkataan Arlan, lalu Arlan mendapat Whatsapp lokasi kantor Majalah Vogue itu. Arlan lalu berbicara kepada Fernando. "Kak Fer, aku baru saja mendapat telpon dari VOGUE Megazine, aku harus pergi kesana kak untuk pemotretan untuk cover majalah edisi minggu depan. Dan untuk Fashion VOGUE..."
"Aku akan mengantarmu, dan bila perlu aku akan menjadi managermu, agar setiap kamu ada job ada yang mengatur segalanya untukmu, dan aku akan selalu mendukungmu." ujar Fernando.
"Kakak, aku jadi merepotkanmu." ujar Arlan.
"Aku senang di repotkan olehmu." ujar Fernando.
KAMU SEDANG MEMBACA
BL- Nerd and Bad Boy.
Fiksi RemajaRevan dan Arlan adalah musuh bebuyutan di sekolah mereka. Revan Adiguna Wijaya adalah seorang anak konglomerat atau anak orang terpandang yang kurang kasih sayang atau perhatian orang tuanya selalu bertindak sesuka hatinya. Pertemuannya dengan Arlan...