Bab 10

6K 602 92
                                    

Setelah sampai di tempat itu, Revan dan Arlan langsung duduk di tepi danau. Arlan menyandarkan kepalanya di bahu Revan, melihat perlakuan Arlan seperti itu semakin membuat cinta Revan kepadanya menggebu-gebu. Arlan memejamkan matanya, menikmati semilir angin sepoi-sepoi dan menikmati suara gemuruh air terjun yang deras.

"Nerd, sayangku..." seru Revan.

"Mnp..." sahut Arlan.

"Aku tidak tahu, aku akan kuat menjalani ini atau tidak. Rasanya aku ingin lari dan tidak ingin kembali lagi." ujar Revan.

Mendengar ucapan Revan seperti itu Arlan bangun dan menoleh ke arah Revan. Lalu ia berbicara, "Tetaplah bertahan, Sattan. Meski ini berat untuk mu atau kita berdua, aku yakin kamu bisa melaluinya. Meski takdir nanti berkata lain, entah kepada siapa hatimu berlabuh aku akan tetap ada untukmu."

"Terimakasih, kau selalu menyemangatiku." ujar Revan sambil ingin mencium bibir Arlan.

Tetapi belun sempat mencium bibir Arlan, Arlan memasukan Cokelat ke mulut Revan.

"Nerd..." ujar Revan.

"Ahahhah, aku bawa cokelat yang kau kasih tadi di sekolah. Lagian besar banget cokelatnya, jadi kau harus membantuku memakannya." ujar Arlan.

"Baiklah, sini..." ujar Revan.

Mereka berdua menikmati cokelat itu hingga habis, lalu saat Arlan melihat Revan belepotan karena cokelat Arlan hanya tertawa. Lalu Revan ikut tertawa karena melihat Arlan tertawa. Arlan mengusap cokelat yang belepotan di bibir Revan dengan lembut dengan jarinya yang ramping dan mulus. Beda dengan Revan, ia membersihkan cokelat yang belepotan dibibir Arlan dengan binirnya...

Arlan melotot kaget saat Revan melakukan itu, lalu mereka berdua berbaring di rerumputan hijau memandangi langi yang biru. Arlan memandangi Awan yang bentuknya beda-beda, ia berbicara kepada Revan tetapi Revan justru hanya memandang wajah Arlan. Revan mengeluarkan ponselnya, lalu mereka berdua berswa photo. 

"Ih sattan, muka aku jelek.. hapus ganti buruan." ujar Arlan protes.

"Ya sudah ayo lagi, tapi kamu kurang dekat, sini dekatan lagi." ujar Revan.

Arlan bergeser dan wajah mereka sangat dekat lalu mereka berselfie ria. Revan menyimpan photo itu dengan baik, lalu ia mengirimnya ke ponsel Arlan dan menjadikan photo itu wallpaper di ponsel Arlan.

"Ini anak main ganti-ganti photo orang aja. Kamu juga tu pasang kalau berani." ujar Arlan.

"Aku berani-berani aja Nerd sayang, ni lihat." ujar Revan mengganti photo di ponselnya.

"Sattan, hari sudah sore. Yok kita pulang, aku akan ke appartement kalau kamu kesana juga. Tapi Grace lagi disini." ujar Arlan.

"Kamu pulang kerumah bibi saja, aku pulang kerumah papa." ujar Revan.

"Ya sudah, ayo pulang." ujar Arlan.

Mereka berdua pulang ke rumah masing-masing. Revan mungkin sudah sampai dirumahnya, tetapi Arlan saat masih di jalan, ia di hadang sebuah mobil Maserati warna biru. Arlan berhenti, lalu keluar sosok pria dewasa yang familiar. Pria itu adalah Adiguna Wijaya. Arlan turun dari sepeda motornya lalu menyapa Adiguna.

"Om Adi, apa kabar Om?" Sapa Arlan.

"Baik nak, kamu dari mana udah mau maghrib begini?" ujar Adiguna.

"Habis jalan-jalan sore Om, habisnya suntuk dirumah." sahut Arlan.

"Arlan, mnp.... Mau kah kamu menemani Om makan malam?" ujar Adiguna.

Arlan nampak berpikir, ia mau saja tapi motornya? Sebelum Arlan menjawab, Adiguna berbicara. "Biar supir Om yang bawa sepeda motor kamu. Kamu sama Om naik mobil."

BL- Nerd and Bad Boy.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang