12 - Ego

156 14 4
                                    

Bak peliharaan yang selalu diberi makan. Tumbuh sehat hingga tak terkendali. Bagian dari diri yang kerap kali menjelma menjadi tuan. Teman setia yang sering muncul walau tak dibutuhkan, dan terkadang lepas saat longgar pengendalian.

Perkenalkan, 'ego' namanya.

Setitik rasa dari perwujudan ekspresi jiwa, kita manusia. Melihat hanya dari jendela yang ingin kita lihat, berkata hanya berdasarkan dengan apa yang kita kira. Semua hanya tentang sudut pandang satu arah. Menyederhanakan sesuatu dengan paksa, serta menganggap biasa lalu meremehkannya.

Ego itu benar adanya, marah sudah pasti pernah, pun emosi tidak jarang terjadi. Itulah mengapa kita masih disebut sebagai manusia. Ego memang dibutuhkan tetapi kadarnya harus disesuaikan. Dengan situasi, kondisi, dan juga persepsi. Karena di dunia ini kita tidak hanya hidup sendiri.

Orang lain menjadi egois demi dirinya, dan kita menjadi egois dengan mengatasnamakan kebahagiaan sendiri. Selayak siklus predasi dalam sebuah ekosistem. Menjadi pemangsa atau dimangsa, membunuh atau dibunuh, merasakan takut padahal kita merupakan salah satu pelakunya.

Kebahagiaan diri itu memang penting, tapi tidak dengan menghancurkan yang lain menjadi sebuah keping. Dirimu punya caranya sendiri untuk memancarkan sinar. dan memadamkan yang lain bukanlah salah satunya. Perlakukanlah sebagaimana kamu ingin diperlakukan, terlepas bagaimanapun tanggapannya jangan pernah berhenti untuk menjadi berarti.

Bumi berputar, kehidupan berjalan, dan waktu mengalir bukan hanya untukmu. Dunia terlalu sibuk jika untuk menyuapi egomu. Saat sesuatu terjadi diluar kendali, kita senantiasa menyalahkan. Karena, oleh, dan untuk ego. Bukan ego, melainkan diri kitalah yang seharusnya diberi pengertian, tentang bagaimana pola pikir dalam menetapkan sebuah keputusan. Kitalah yang mempunyai hak kendali mutlak atas diri kita sendiri. Bukan dia ataupun mereka.

Seiring berjalannya waktu kita akan mengerti dan menumpuknya pengalaman yang menjadikan kita dewasa dengan sendirinya. Lambat laun kita akan sadar bahwa yang diperlukan adalah untuk terus memperbaiki diri. Mulai berhenti terlalu peduli dan terlibat jauh dalam kehidupan orang lain. Mereka akan berkembang dengan caranya sendiri dan kebahagiaan semua orang bukanlah tanggungjawabmu.

Berkas luka, hentak langkah, detik waktu, dan kilas balik masa lalu yang perlahan akan membentuk kita menjadi pribadi dimasa depan yang mungkin tak serumit sekarang. Hargai apa-apa yang membersamaimu dalam setiap langkah perjalananmu. Karena tidak ada yang tahu kapan waktu akan merebutnya darimu.

Besarkan sabarmu, kendalikan egomu, redam emosimu, dewasakan pola pikirmu, perbaiki kepribadianmu, dan mantapkan setiap langkah dalam pengambilan keputusanmu. Dari, oleh, dan untuk dirimu sendiri.

Sulit? Memang.
Karena menggapai sesuatu yang berharga itu tidaklah mudah.

SELFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang