Hari keenam syuting M/V berakhir dengan lancar. Mereka berencana untuk mengadakan party kecil-kecilan di dorm, tepatnya di kamar Trio Kampret.
Sebelum itu, mereka harus ke supermarket untuk membeli beberapa minuman kaleng dan juga makanan ringan.
Sesampainya di dorm, mereka menggelar karpet lalu duduk diatasnya dan mulai berbincang-bincang kecil sambil bercanda tawa bersama mengingat masa-masa trainee dulu.
"Kak Eden mau makan ini?" tanya Leo yang saat ini tengah dirangkul Eden. Eden langsung saja mencomot snack dari tangan Leo. Kedua insan itu memang cukup dekat bahkan sebelum masa trainee. Leo yang terlalu imut membuat Eden tak tahan dibuatnya. Namun mereka hanya sekedar dekat, tidak lebih.
"Gue jadi inget masa gue ke-eliminasi dulu, haha" ucap Eden sambil tertawa mengingat masa itu.
"Aku juga" timpal Azazel, yang juga sempat ter-eliminasi bersama Eden.
Semuanya kembali mengingat masa itu. Dimana mereka berderai air mata karena tidak rela kedua temannya pergi. Saling memeluk dan menangis. Ah, rasanya kebersamaan mereka sangatlah berharga.
"Tapi gue bersyukur, Ceo JIP masih ngasih kesempatan kita berdua buat debut bareng kalian" lanjut Eden, matanya sedikit berkaca-kaca.
"Gue yang paling gak mau kehilangan lo, bang" timpal Arven. "Gue juga kaget waktu kita latihan bertujuh, tiba-tiba kalian dateng dan gue seneng banget akhirnya kalian masih bareng kita" lanjutnya.
"Yah, gue juga. Apalagi di kamar cuma berdua sama Bara, gak ada yang bisa gue nistain gak ada lo haha" ujar Zean.
"Sialan lo bang" umpat Eden.
"Kita juga gak mau kehilangan Kak Azazel, iya kan Kak Leo?" tanya Niel dengan imutnya. Sementara Arven yang melihat ekspresi Niel sangat ingin menghantamnya sekarang juga. Tahan Arven, tahan.
"Iya, gak ada temen curhat-curhatan sama nge-aegyo bareng hihi" jawab Leo. Dasar kamar 2 perkumpulan para uke:) Duh gemas.
"Yang penting kita bisa sama-sama lagi sekarang" tambah Bara lalu meneguk minuman kalengnya.
"Beberapa minggu lagi kita debut" ujar Arthur. "Gue gak tahu karier kita akan sukses gak nantinya, gue cuma mau bilang walaupun nantinya kita harus berpisah, kita masih ingat satu sama lain, ingat perjuangan kita dari awal trainee sampai debut, apapun yang terjadi" lanjutnya.
Seketika atmosfer ruangan menjadi haru. Jujur saat ini mereka merasa nyaman dan saling menyayangi satu sama lain. Mereka sudah menganggap sebagai rumah, tempat berpulang, berbagi cerita, melewati suka dan duka bersama.
Ya, Arven juga merasakan hal itu sekarang. Apalagi dengan kedua teman sekamarnya, sudah banyak hal yang mereka lakukan bersama. Dan Arven tidak ingin mereka berpisah.
"Ayo kita berjanji buat selalu sama-sama, apapun yang terjadi" ucap Leo, si tupai ceria moodmaker semua orang disana.
Mereka duduk membuat sebuah lingkaran di atas karpet lalu saling menggenggam tangan satu sama lain. Mata mereka terpejam memanjatkan doa agar mereka tidak bisa dipisahkan dan akan selalu bersama, apapun yang terjadi. Lalu mereka saling memeluk satu sama lain dan berderai air mata.
"Udah hei, kok malah jadi acara mewek-mewekkan gini" ucap Vijay mencoba mencairkan suasana.
"Yaudah mending kalian tidur di kamar masing-masing ya. Good night semua" ujar Arthur lalu menggiring member-membernya menuju pintu keluar lalu menutupnya.
Kini menyisakan tiga pria yang tengah bergelut dengan pikirannya masing-masing.
Arven menjatuhkan tubuhnya di atas kasurnya yang empuk, matanya menatap ke atas. Dua pria disampingnya juga belum tidur.
"Thur, Jay" panggil Arven.
"Hm?" ucap keduanya bersamaan.
"Jujur, gue gak tahu perasaan apa ini. Gue ngerasa nyaman sama kalian. Bukan nyaman dalam artian cinta, tapi sahabat. Kalo inget masa-masa kita dulu dari awal trainee dan saling debat masalah kasur di kamar ini haha. Udah banyak hal yang kita lakuin bersama. Kekonyolan kita, canda tawa, bahkan berbagi air mata. Gue gak tahu kedepannya bakal gimana. Tapi gue minta sama kalian buat gak ninggalin gue, apapun yang terjadi, kita masih sama-sama" jelas Arven panjang lebar. Matanya mulai berkaca-kaca lagi.
"Bahasa lo kayak mau mati aja ven" celetuk Vijay membuat suasana yang tadinya haru kini hilang sudah karena perkataan konyolnya.
"Sialan lo jay" Yah, begitulah kedua teman kampretnya itu. Lagi serius-seriusnya juga malah diajak bercanda. Tapi dia sangat sayang kepada dua temannya, apapun sifat mereka.
"Udah ah ven mending tidur. Perawan gak baik begadang, apalagi sambil nangis" timpal Arthur lalu berbaring membelakangi Arven.
"Siapa yang lo bilang perawan, hah?!" Arven melemparkan satu bantalnya tepat di punggung Arthur, senjata andalannya jika sedang kesal.
"Ampun adinda" ucap Arthur lalu melemparkan kembali bantal pada sang empunya.
Arven tak menggubris lagi, dia perlahan memejamkan matanya yang sudah terasa sangat berat.
──────────────────────────TBC. Jangan lupa vote dan comment ya-!
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Feeling
FanfictionKisah tentang persahabatan 3 pria yang berbeda sifat dan latar belakang. Ketika sebuah persahabatan diuji dengan rasa terlarang yang dinamakan cinta. Akankah kisah mereka berjalan dengan baik? Atau sebaliknya? "Maaf, gue harap lo gak benci gue" "Se...