Chapter 4

196 27 1
                                    

Hari minggu adalah waktunya untuk bersantai. Begitu juga dengan sembilan pria ini, berkumpul di dapur dorm untuk memasak sesuatu yang bisa dimakan. Mereka membagi tugas masing-masing. Arthur, Arven, dan Niel bagian kompor atau lebih tepatnya bagian memasak. Leo, Azazel, dan Bara bagian potong-memotong atau mempersiapkan bahan-bahan. Dan tiga pria lainnya, Zean, Eden dan Vijay bagian menata tempat makan, atau lebih tepatnya bagian makan karena mereka lebih banyak bersantai dan malah merecoki satu sama lain.

Arthur yang memang sudah biasa menjadi koki di dorm, sangatlah pandai memasak. Dia hanya mengarahkan Arven dan Niel apa saja yang harus mereka lakukan.

"Arven, itu udangnya dimasukin aja langsung tapi jangan terlalu lama direbus" perintah Arthur lalu kembali fokus ke panggangan Berbeque nya.

Arven menurut saja, dia memasukkan beberapa udang yang sudah dipotong dan dibersihkan ke dalam air yang sudah mendidih di dalam panci.

Niel telah selesai dengan adonan kuenya. Lihatlah dia sekarang, apron bahkan sampai mukanya dipenuhi oleh tepung. Arven terkekeh melihat Niel yang begitu lucu dengan muka cemongnya.

"Perlu bantuan?" tawar Arven pada Niel.

"Gak usah kak, ini tinggal dimasukin ke oven" jawab Niel dengan muka imutnya.

Arven membersihkan beberapa noda tepung yang ada di wajah Niel menggunakan tangannya. Mereka saling menatap sedekat ini. Pandangan mereka seolah terkunci agak lama.

"Ekhem" Arthur yang melihat adegan keduanya hanya berdehem keras membuyarkan pandangan mereka.

Arthur mengambil adonan kue yang telah dibuat Niel tadi untuk dipanggang di oven di sebelah pojok dapur. "Gas terus ven" ucapnya pada Arven yang sekarang malah salah tingkah.

Setelah semuanya selesai, mereka menata semua hidangan di atas meja bundar lalu mereka duduk di sekelilingnya menggunakan karpet yang telah disediakan.

"Selamat makan" ucap mereka serempak lalu memakan makanan masing-masing dengan tenang sesekali berbincang dan bercanda.

"Kak Jay laper?" tanya Leo yang melihat Vijay makan dengan lahap seperti tidak makan tiga hari saja. Vijay hanya menanggapinya dengan cengirannya. Dasar memang Vijay, banyak makan bukannya menambah tinggi malah menambah cebol.

Tok.. Tok.. Tok..

Ah, itu pasti kekasihnya. Pikir Arthur. Karena memang Arkha bilang ingin mengunjunginya hari ini sekalian berkenalan dengan teman-teman Arthur.

Arthur langsung berdiri lalu membukakan pintu, dilihatnya pria mungil nan imut tengah berdiri sambil memegang sebuah keranjang piknik.

Pria manis itu langsung berhambur ke pelukan Arthur, "Kak Arthur, aku kangen" sudah sangat lama rasanya Arkha tak bertemu sang pujaan hati, begitu juga dengan Arthur, dia rindu dengan pria manis yang tengah memeluknya sekarang.

Arthur membalas pelukan Arkha lalu mengelus rambutnya sayang, "Kakak juga" Arthur lalu mengajak Arkha untuk duduk bersama ke-delapan temannya.

"Ha-halo kak. Kenalin a-aku Arkha, emm pa-pacar Kak Arthur" ucapnya terbata-bata merasa gugup saat berkenalan dengan orang baru, apalagi itu adalah calon idol yang akan debut.

"Hai Arkha, gausah gugup gitu. Anggap aja kita temen lo sendiri. Salam kenal ya" ucap Zean.

Arkha mengangguk lucu. "Ah iya, Arkha bawa beberapa kue untuk kalian, buatan Arkha sendiri. Gak tau deh enak apa gak. Semoga kalian suka." ucapnya lalu mengeluarkan kresek berisi kue lalu ditaruh di atas meja.

"Wah makasih banyak loh, kha" ucap Vijay dengan mata berbinar melihat kue-kue cantik itu, dasar perut karet.

"Oh iya, minggu depan kalian debut kan? Semangat ya semoga lancar. Nanti Arkha nonton kalian paling depan kok hehe" kata Arkha dengan senyuman manisnya.

"Amiinn. Makasih kha" ucap Bara diikuti ke-delapan pria lainnya.

Arthur sangat gemas akan manusia uwu di sebelahnya ini, ia mengacak rambut Arkha pelan. "Ish kakak. Kan jadi berantakan rambutku" kesalnya sambil mengerucutkan bibir lucu. Rasanya Arthur ingin menerkam Arkha saat itu juga. Namun dia masih ingat jika ini di dorm dan akan dilihat oleh ke-delapan pria semprul ini.

"Ekhem" Arven berdehem keras membuat yang lain fokus padanya sekarang.

Arven membalikkan badannya ke samping menghadap Niel yang berada di sampingnya yang tengah asyik memakan kue.

Arven mengeluarkan bunga mawar yang telah dibelinya tempo lalu, ia menatap intens mata Niel yang masih terkejut, "I don't know what to say. I don't know what this feeling is. But i'm comfortable with you. I know, i'm not the best, but i'll trying to be the best for you."

Arven menghela nafasnya pelan. Lalu kembali menatap Niel. Sebenarnya dia juga merasa gugup sekarang. "Kalo Niel masih nungguin dia, gapapa kok. Niel mau nolak kakak juga gapapa, yang penting kakak udah bilang perasaan kakak ke niel. Kakak gak maksa Niel buat bales perasaan kakak, karena cinta gak bisa dipaksakan. Kakak masih bisa jadi kakak nya Niel. Mari sama-sama membantu melupakan yang lalu. Menjadi teman memang menyenangkan. Akan lebih membahagiakan jika kamu menjadi milikku. Jadilah teman ceriaku, teman bercandaku, teman sedihku, dan jadilah teman hidupku. Will you be mine?"

Sontak semua yang ada di ruangan itu bersorak tidak percaya apa yang dikatakan Arven. Wajah Niel sudah merah padam sekarang. Lalu dia menatap balik lawan bicaranya sambil tersenyum. "E-Eum ya, Niel pernah patah hati, sepengalaman Niel hal itu berawal dari jatuh. Pengalaman yang sama, Niel berusaha agar tidak terulang. Namun karena kakak, Niel sengaja menjatuhkan diri lagi dengan senang hati"

Arven dibuat speechless dengan perkataan Niel tadi, ia tak menyangka Niel bisa berbicara semanis itu. "Jadi?" tanya Arven memastikan lagi.

Niel menganggung sambil menunduk menutupi wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus sekarang.

"Makasih Niel" ucap Arven lalu menarik pria manis didepannya ke dalam dekapannya lalu mengelus surai itu lembut.

"Ekhem. Yang baru jadian pejenya dong" ucap Vijay membuat kedua insan yang sedang berpelukan itu melepas pelukannya.

"Kaga ada peje ya kampret" jawab Arven.

Yang lain hanya bersiul sambil bersorak sorai melihat kedua temannya malu-malu kucing.

"Inget ven. Lo boleh berhubungan tapi jangan sampai ketahuan publik, bisa abis kita diamuk media." jelas Arthur.

"Iya gue juga tau kampret"


──────────────────────────

Maaf kalo masih absurd wkwk😂 Jangan lupa voment ya

Forbidden FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang