hari senin, pukul tujuh pagi tepatnya. gerbang natraprira telah dibuka menyambut para muda-mudi yang hendak menuntut ilmu. disambutnya oleh. pak adi, sang kepala sekolah. menimbulkan benak tanya dikepala mereka.
tumben katanya.
pak adi yang terkenal galak ini sekarang tengah menyimpul kurva sembari menyapa muda-mudi yang baru datang.
"buset, itu pak adi lagi senyum? can? mata gue kagak salah liat kan," alka menyapu netranya berkali-kali, melihat pemandangan didepannya sungguhlah langka. bahkan ia sampai ternganga dibuatnya.
acan menggeleng sirah, tak percaya. hastanya ia tepukkan. "gila, ini kalau di mobile legend bahasanya epic abis." alka mengangguk setuju dibuatnya, sampai suara dari pak adi terdengar. "nak alka kemari sebentar," titahnya.
membuat alka diam sejenak. hingga sebuah hasta menepuk pundak. "ka, itu dipanggil," ia tersadar, lalu segera mendekat.
"ada apa, pak?" tanyanya sopan, "ini loh, kamu bawa kameranya?" ucap pak adi menyuarakan maksud. "bawa pak, memangnya buat apa ya?"
pak adi menggeleng, lalu menyimpul kurva. "nanti tolong fotoin saya,"
astaga, ternyata meminta di fotokan padahal tinggal bilang saja. "iya pak tenang aja nanti bakal saya fotokan,"
"selamat pagi pak!" sapa acan. sembari menyusul alka, ia menyempatkan salim, padahal tadi niatnya ingin langsung kekelas. namun melihat pemudi dengan jelita tak biasa, membuat jadi berbalik arah.
adi menyimpul kurva. kemudian memberi perintah. "selamat pagi juga, nak. abichandra, cepat masuk nanti bisa telat." katanya, membuat pemuda itu lantas memberi gestur hormat sebelum pergi.
setelah menjauh barulah ia berpikir dalam benak. "ini abah kerasukan salah satu temennya bian kali? aneh banget." pikirnya, hingga membuat hipotesis sendiri.
ah, sudahlah jika dipikirkembali. akan membuat mu pusing.
"lo lagi ngomong sama siapa, can? sama temen gue?" bian bertanya, entah dari mana datangnya pemuda ini yang pasti sudah membuat acan kaget jadinya. "anjing," umpatnya. berhasil membuat bian jadi tertawa dibuatnya.
"muka lo di kondisikan," kekehnya sembari menyambil hasta dipundak pemuda itu, dan sekali lagi pemuda yang asmanya abichandra itu melontarkan umpatan. "asu lo!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ruang radio tadinya sudah disibukkan dengan beberapa anggota terlibat disana, semuanya amat sangat sibuk mulai dari nyiapin siaran atau mungkin beradu lidah karena tak sama pendapat
bahkan sampai-sampai yang tak terlibat pun menjadi terlibat, seperti jelly yang sibuk membela jenar karena menitipkan pesan rahasia dan juga arya yang membela chandra karena menurutnya pesan rahasia sama saja seperti pengecut. kalau ini sih sudah pasti perkataannya membuat kaum bersembunyi dibalik tembok perasaan jadi keki sendiri.
"apa-apaan banget kak chandra! pesan rahasia itu bukan berarti kuno!" protes jelly yang diangguki jenar, "tau, kalian kalau ga paham mending diem aja dari pada ngomong doang ga guna,"
arya mengernyit sendiri jadinya, memangnya apasih yang membuat surat itu jadi istimewa di mata para pemudi ini, "emangnya apasih yang bikin istimewa? kalau sukamah mending langsung bilang, iya gak chan?"
pemuda yang di senggol hastanya itu mengangguk sirah sembari melanjutkan aksara, "iya, kalau begini mah pasti gabakal ketauan sama cowo yang kalian suka—"
belum selesai aksara itu dikeluarkan, pemudi yang asmanya jelly itu langsung maju begitu saja sembari mengeluarkan cubitan mautnya yang menyambar hasta milik pemuda prasetaji itu, membuat semuanya jadi riuh seketika.
"a-aduh sakit,"
"ngomong apa coba kak barusan?" bukannya melepas, pemudi itu malah semakin memperkeras cubitannya. membuat chandra mengaduh dibuatnya. jenar dan arya lantas saja langsung memisahkan mereka berdua.
"jell, udah lepasin kasian itu chandranya," ucap jenar sambil menahan raga pemudi itu. yang langsung disahuti oleh arya. "iya, udah atuh jell, da kita mah bercanda ya, chan?"
chandra meringis sesaat sebelum mengangguk kemudian.
indy yang melihat ini langsung pening seketika, astaga. tugas menyusun surat saja belum selesai dan sekarang ia sudah di hadiahi sebuah pentas mengadu pendapat. "duh, ini kalau mau pada adu pendapat di luar aja deh. puyeng tau!"
semua netra lantas langsung tertuju kepada pemudi yang asmanya indy itu, selesai ia mengucap kata. jelly lansung melepas cubitan dari hasta milik chandra, sembari memberi tatap yang tajam. ia berucap, "awas kak chandra ngomong begitu lagi!"
sudah seperti singa yang mengamuk saja.
ia pergi sembari menitipkan sebuah surat kepada indy, "kak, aku titip surat ini buat dibacain!" jelasnya yang langsung mengundang tanya dari para muda mudi yang ada di dalam ruang itu. sejak kapan pemudi ini gemar menitip surat.
jenar yang berada disamping jelly pun turut serta, menitipkan surat untuk dibaca.
"ndy, titip ya buat dia!" ia menyimpul kurva, membuat indy pun membalas senyum. perihal dia yang dimaksud memang sudahlah pasti untuk pemuda yang mengisi RAMGGA siapa lagi jika bukan Hadinata Indradewa.
sang pemuda yang jenar selalu damba sejak saat bertatap netra, ah. bisa dibilang ini adalah cinta pertama.
"oke sip, tenang surat ini bakal dibacain!"
selepas itu kedua pemudi itu langsung melangkah pergi keluar dari ruangan. hingga hanya menyisakan arya, indy, dan chandra di dalam ruang. chandra jadi heran sendiri perihal tingkah laku pemudi itu.
"adenya alka galak banget, emang tu surat isinya apasih?" ia pernasaran. membuat arya berceletuk, "paling isinya cuman ungkapan kasih buat yang dicinta."
chandra memangur rupanya sembari melirik amplop didekatnya itu, ia ingin menggapai namun tak sampai. saat hastanya sudah menyentuh kertas disitu lah indy berucap, "kepo banget ni jantan satu, sana mending turun lo pada,"
"iya-iya kanjeng, turun lah yok chan. dari pada di amuk anaconda, sia mau?" cibir arya sembari merangkul chandra. ia bergedik, "embungabdi mah."
belum puas beradu pendapat dengan jelly, nampaknya mereka juga ingin kembali memulai beradu pendapat dengan indy.
"pergi atau gue gebuk pakai sapu!" ucapnya galak, sembari menenteng sapu. yang siap sedia melayang ketika mereka kembali berceloteh tak penting. keduanya langsung ciut dan mengambil langkah seribu.
"di gertak dikit aja takut, dasar cowo," cibirnya sembari membuka surat yang ditulis jelly, ia tersenyum simpul dibuatnya ingin tertawa ketika melihat untuk siapa surat ini. astaga jadi selama ini pemudi yang asmanya jelly itu menyukai temannya.
ia terkekeh, "astaga, jell. kok bisa suka sama acan?"
benar-benar sebuah cerita yang tak terduga. astaga, semesta-semesta skenario mu memang benar-benar ya?