ii, alur pertemuan.

2.8K 302 38
                                    

perhatian, ditulis menggunakan huruf kecil


...

saat ini kantin purnama sedang ramai dengan para manusia nataprira yang keluar untuk mengisi perut atau sekedar mencari perhatian dari sang pujaan.

sama seperti mereka yang kemudian terjerat balutan bernama persahabatan karena sama-sama berdiri di barisan tidak lengkap.

"oalah, jingan lo! ngapain keluarin plus empat, ah. lo mah bikin gue kalah aja," seru raden sembari mengambil empat kartu uno. sebagai hukuman.

bian yang mengeluarkan plus empat itu lantas tertawa kencang sembari mengocok ulang kartu uno yang sudah berantakan karena ulah raden.

"jadi gimana? tuan raden pasti lo masih inget kan, apa perjanjian kalo lo kalah?!" sindir bian.


ah, kalau begini jadinya. mending raden cabut ke ruang osis dan menumpang tidur disana daripada disini dengan para setan neraka yang menjelma jadi manusia.

memang sepertinya pemuda berdarah ningrat ini sedang apes.

"engga inget tuh," elaknya.


langit yang sedari tadi selesai duluan bermain uno lantas langsung tersenyum miring. "masa lo gak inget, fen? kan yang bikin taruhan lo sendiri."

sukmanya berteriak sehinga para pemuda di sekelilingnya tertawa puas melihat temannya
raden frustasi sambil mengacakkan kepala nya.

"iya, inget-inget. cari pacar terus tembak di radio abis itu di putusin yang gagal nari poco-poco!" tuturnya sambil menatap sinis para temannya itu.

pemuda fusena itu tertawa puas. "mending lo nyerah dan nari poco-poco pakai sarung di tengah lapangan daripada nembak cewe." saran langit.

"iya, dari pada ribet nembak cewe." sahut pemuda di samping langit yang bernama arya.

netranya terangkat melihat bian dan langit tertawa puas. "bego! lo pikir harga diri gue setara sama bintang?!"

"apa-apaan, lo bawa-bawa nama gue!" satu lagi datang,  sang adipurusa berbadan tinggi besar menarik kursi di samping Raden.

"tadi kata raden cewe lo mau di rebut, ntang."

bintang, pemuda itu lantas langsung membulatkan netra
nya yang di iringi dengan umpatan. "gendeng lo!"

"jenar!" pemudi yang di panggil lantas langsung menolehkan kepala nyan dan kemudian tersenyum lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"jenar!" pemudi yang di panggil lantas langsung menolehkan kepala nyan dan kemudian tersenyum lebar.

ada sebuah alasan tertentu mengapa Jenar langsung tersenyum lebar, itu semua di karenakan zati membawakan cilor pesanannya yang sudah ia tunggu-tunggu dari tadi.

maklum saja, ia lapar.

"ih, zati. baik banget deh, makasih ya!" ucapnya sembari mengambil cilor pesanannya.

"iya, sama-sama. jen, lo liat yang lain gak?"

gadis berkulit pucat itu lantas balik bertanya kepada zati tentang siapa yang di maksudnya. "maksud lo siapa?" zati lantas langsung mengalihkan pandangannya mencari-cari seseorang.

"ah, itu nares!"

pemuda yang sedang berjalan dengan temannya itu lantas menengok ke arah zati dan kemudian menghampirinya sambil membawa sketchbook di genggamannya.

"ada apa? tumbenan lo manggil?" nares lantas langsung bertanya perihal apa ia di panggil.

"engga, gue cuman mau kasih tau. kalo besok lo harus datang ya kita mau nyorat nyoret tembok sekolah kasian tembok nya dari pada di diemin. ohh, iya jangan lupa bilangin yang lain juga!" jelas Zati.

jika zati dan nares sedang sibuk membahas masalah mural lain dengan jenar yang sibuk memperhatikan pemuda di samping nares yang sedang membawa gitar di tangannya. jenar sangat terpana dengan gitar yang di pegang pemuda itu sampai-sampai ia menatap nya begitu lekat.

sang empu yang merasa di tatap lantas balik menatap Jenar, dengan kilat Jenar lantas langsung menunduk dan berseteru di dalam hati nya.

pemuda itu hanya tersenyum kecil melihat tingkah lugu jenar, zaman sekarang masih ada ya gadis seperti ini? pikirnya.

"res, gue cabut ya. mau ke ruang penyiaran dulu kasian acan sama yang lain udah pada nunggu."

nares yang tadi nya sibuk berbincang dengan zati lantas langsung menengok. "tungguin, gue juga mau cabut. zat, gue balik dulu nanti gue kasih tau ke yang lain."

"iya, udah sana balik lo,"

sedetik kemudian para adipurusa itu berbalik arah menuju ke ruang penyiaran. dan saat itu juga lantas jenar menegakkan pandangannya dan menghela nafas.

"zati, yang tadi di samping nares namanya siapa?" tanyanya dengan hati-hati.

"namanya indra, anak ramgga. memangnya kenapa?"

jenar langsung menggeleng dan tersenyum. "oh, engga ada apa-apa kok." ah, semesta jadi pemuda pemilik gitar cantik itu namanya indra?

lagi-lagi jenar di buat tersenyum pasti sangat keren apabila pemuda itu memainkan gitarnya.

...

note :

nanti akan ada banyak yang muncul kok! jadi sabar dulu yaa.

sedikit informasi, kalau krea itu gitarnya indra ya.

nestapa asa, kelahiran dua ribu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang