PART 2
"Woi!"
Seseorang menyenggol siku Syafa, membuat dagunya jadi terpentok tembok pembatas.
"Ihh, sakit. Ngapain sih?" marah Syafa.
"Sorry. Lagian, lo ngelamun mulu. Kenapa sih? Dibawah ada apaan lagi sampe ngelihatnya ke arah sana terus."
"Fey! Awas jatuh."
Syafa menarik kuncir rambutnya. Karena gadis bernama lengkap Feytrina Amelia yang merupakan teman sekelas sekaligus sahabat Syafa itu mencondongkan tubuhnya, hampir-hampir terjatuh kebawah sana yang merupakan aspal lapangan utama sekolah mereka.
Refleks, Fey menepis kasar tangan Syafa.
"Aduh!!! Sakit!!!" pekik Fey. "Kalo mau nolongin bisa pelan-pelan, kan, Fa?"
Syafa menampilkan cengiran khasnya, sembari menggaruk pipi yang tidak gatal. "Iya, iya, maaf."
Fey tidak menggubrisnya lagi selain dengan anggukan. Kekepoannya jauh lebih dominan ketimbang hal kecil tadi.
"Ngelihatin Langit lagi, kan?" tebak Fey. Yang sudah pasti benar.
"Kayaknya, gue emang nggak pernah bisa bohong sama lo deh, Fey." Syafa tertawa kecil.
"Hm... Fa, kenapa sih lo masih mau bertahan sama Langit? Dia kan udah berubah, bukan lagi Langit yang lo kenal waktu MPLS. Yang bikin lo kagum karena pinter ngaji, rajin sholat dan baik. Sekarangkan, Langit kelihatan kayak orang yang beda, semua yang lo suka dari dia lenyap termasuk perlakuannya yang malah lebih sering nyakitin diri lo. Sadar nggak sadar, semakin lo memilih buat bertahan, semakin lo ngehancurin hati lo sendiri, Fa." Fey bertopang dagu, tapi matanya tidak lepas dari Syafa. Sebelah tangannya naik ke pundak Syafa, meremasnya pelan.
Seketika, air wajah Syafa berubah pasi. Bibirnya dia lipat kedalam sambil matanya lurus, menatap Langit yang mulai berjalan. Pembahasan yang Fey pilih, diam-diam kembali membuka luka di hatinya. Suatu kenyataan yang kadang sulit untuk Syafa terima, namun bisa menamparnya ketika seseorang membahas mengenai itu.
"Lo bisa bohong sama semua orang kalo lo baik-baik aja ngelihat pacar lo lebih akrab sama sahabatnya, ketimbang pacarnya. Sayangnya, lo nggak akan bisa bohongin gue. Kita sahabatan udah mau setahun, gue cukup cepet buat tahu karakter orang dan lo termasuk orang-orang yang nggak bisa bohong, Fa."
Fey menahan suaranya begitu Langit dan keempat temannya melintas dibelakang mereka. Letak mushola memang berada di koridor kelas 11 dekat gedung IPA dan Bahasa, sudah jelas Langit pasti akan melewati kelas Syafa untuk sampai kesana.
Fey kembali melanjutkan ucapannya yang sempat terhenti. "Pasti pernah, kan, Fa, ngerasa iri sama Abel karena seharusnya lo yang ada di tempat itu. Duduk diboncengan Langit, dipeluk Langit, dielus kepalanya, dirangkul atau yang lain deh. Iya, kan, Fa?"
"Ah, enggak, tuh," kilah Syafa. Yang kemudian berbalik, hendak masuk ke kelas. "Lagian, itu hal yang lumrah kali Fey. Malahan gue seneng karena Langit nggak berubah sedikitpun sama sahabatnya, bahkan setelah dia udah punya pacar. Kan, kebanyakan cowok yang punya sahabat cewek pasti langsung deh tuh jaga jarak sama sahabatnya demi ngejaga perasaan pacarnya. Tapi Langit enggak dan itu jadi yang istimewa buat gue, soalnya dia beda."
Seketika, Fey memanyunkan bibirnya. Panjang lebar loh Fey ngomong dan mata Syafa belum terbuka untuk melihat kenyataan di dunia, kalau Langit itu nggak lagi mencintai dia.
Astaga, pening kepala Fey kalau sudah berurusan dengan kisah cinta Syafa.
Antara aku, pacarku dan sahabat pacarku, gumam Fey dalam hati. Anjai, cocok jadi judul FTV.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] [WAJIB SPAM KOMEN, MINIMAL 10 KOMEN UNTUK 1 ORANG DALAM 1 PART] [WAJIB KLIK BINTANG DIPOJOK KIRI BAWAH] *** LANGIT Ada 3 ketakutan Langit di dunia : 1. Identitasnya terungkap sebagai k...