Prolog

247 28 26
                                    

Penulis menyatakan bahwa karya ini murni milik penulis. Dilarang menjiplak, apa lagi melakukan plagiat, mengingat bahwa terdapat Undang-Undang nomor 28 Tahun 2014, tentang Hak Cipta.

***

"Farel, kamu bela dia dari pada aku?" gadis itu menunjuk dirinya.

"Aku cuma minta, supaya kamu jaga sikap. Sudah, itu saja."

Suasana perkemahan musim panas membuat keduanya juga memanas. Namun, Farel berusaha agar tetap berkepala dingin terhadap gadisnya itu.

"Kamu enggak pernah mengerti bagaimana aku, Rel."

"Bukan begitu, Sayang. Ak--"

"Halah!"

"Hei!"

Gadis itu menyeret tasnya, ia pergi meninggalkan pasangannya dari tempat perkemahan. Rasa kesal begitu memburu di dadanya. Saking marahnya, ia terus berjalan tanpa memperhatikan alurnya.

"Benar-benar tidak pengertian!" ketusnya berjalan cepat.

Ia berjalan di pinggir sungai, dekat dengan kawasan hutan pinus yang lebat. Samar-samar ia mendengar suara dari kejauhan. Langkahnya terhenti, mencoba untuk menyimak lagi. Benar, itu sebuah nyanyian. Ia melirik ke seluruh tempat guna mencari sumber suara itu.

"Siapa di sana?" teriaknya.

Suara itu pun kian jelas, membuatnya terpaku akan keindahan nyanyian tersebut. Hingga, terdengar jelas lirik demi lirik yang terlontar.

***

Wahai hati yang terbakar ....
Oleh kemarahan yang besar.

Jiwa tenang menantimu di sini ....
Oleh kehidupan yang damai.

Maukah kau meninggalkan amarahmu?
Bersediakah kau melupakan segalanya?
Dan menenangkan jiwamu?

Padamkan api kemarahan itu.
Tukarlah ia dengan kedamaian.

Oh, hati yang terbakar ....
Kemarilah ... Ssssshhhh!

***

Mata gadis itu berpendar merah, makhluk berbadan setengah manusia dan setengah ular menghampirinya sembari terus melantunkan nyanyian. Namun, itu tidak berpengaruh baginya. Kini, ia dalam pengaruh sihir jelmaan itu, yang ia lihat hanyalah sosok berwajah tampan yang kini berdiri tepat di depannya.

"Siapa, kau?" tanyanya.

Pandangan gadis itu terpaku kaku, sedikit sadar akan pengaruh sihir. Sosok itu kian mendekat, memegangi dagu gadis itu.

"Aku ... Akan menenangkan hatimu."

Wajahnya mendekat, seketika bibir keduanya bertemu dan cahaya putih tiba-tiba memenuhi pengelihatan.

Bersambung ....

===============

Halo semua!
Ini kali pertamanya Mila bikin Novel genre Fantasi :> semoga kalian suka, ya.

Karya ini lebih ke romantis, sih. Namun, karena ada unsur yang tidak ada di dunia nyata, makanya Mila pakai genre fantasi.

Adanya novel ini tentu karena dukungan geng ijo :v semula karena kami dapat julukan ular dan kebetulan emot ular kan warnanya ijo, ya kan? Hehehe, apaan sih.

Ular-ularku, berkat kalian Novel ini pun tercipta. So, thanks to :
Kak Nisya, ular yang paling lincah :v
Bli Rata, ular yang paling licik. Haha.
Kak Juni, ular yang licin, kali ya? Biar pas gitu pake huruf 'L' semua. Ular kan emang licin, toh?

Hahaha, pokoknya itulah.

Terima kasih juga kepada pembaca yang menyempatkan diri untuk menengok karya yang tidak sempurna ini.

Mohon dukungannya :)

The SerpentesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang