12. What Do You Feel?

29 4 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Assalamu'alaikum, Rewrepers!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Assalamu'alaikum, Rewrepers!

Masih semangat ngeriset nggak, nih? Hehe.
Yuk, saling menyemangati. Biar bisa lanjut ke work fiksi nantinya.

Oh iya,  kali ini aku mau bahas tentang emosi nih, Rewrepers. Coba, dalam satu bulan terakhir ini, hal apa yang membuat Rewrepers emosi banget nget nget nget? Komen, yaa. Hehe

Nah, berikut ini beberapa jenis emosi beserta proses biologis tubuh yang turut terjadi, di antaranya :

1. Marah
     Pertama, kita bahas dulu seputar emosi yang satu ini nih, Rewrepers! Yup, marah.

Coba, kalau Rewrepers lagi marah, apa nih, yang biasanya dilakukan? Pakai mode syar'i atau barbar?

• Mode syar'i, be like : Ambil wudhu, duduk, baca istighfar, minum air putih.

Atau ...

• Mode barbar : Masuk kamar, banting pintu lalu kunci. Berantakin meja rias terus acak-acak rambut sambil terngiang fx, "Kumenangiiisss ... membayangkan ... "

Wkwk..

Yaa Allah, kalau mode barbar kayaknya nggak usah deh, ya.

Hmm, oke. Mungkin setiap orang berbeda-beda reaksinya ketika emosi, ya, Rewrepers.

Jadi, emosi ini berhubungan erat dengan kebencian, mudah marah, dan rasa frustasi. Emosi ini disimpan di dalam hati dan jantung empedu, yang mana keduanya berfungsi untuk memproduksi dan menyimpan cairan empedu.

Seseorang akan marah, umumnya ketika suatu kehendak atau harapan terhadap suatu hal tidak dapat terpenuhi karena adanya hambatan tertentu. Nah, bila rasa marah tidak dikendalikan dengan baik, maka dapat menjadi destruktif dan merusak diri sendiri serta orang lain, lho, Rewrepers.

Saat marah, kita mengalami penurunan cortisol dan peningkatan produksi hormon testosteron. Nah, hormon testosteron ini memiliki andil dalam membentuk perilaku agresif, terutama pada kaum pria. Selain itu, produksi hormon cortisol juga mempengaruhi pada saat lingkungan memaksa kita mengubah cara pandang, pemikiran, dan perilaku secara cepat, yakni suatu kondisi yang memunculkan stress pada diri kita. Dalam keadaan stress inilah, peningkatan hormon cortisol tidak terkendalikan, sehingga membuat kita cemas dan rentan akan depresi.

REWREPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang