Happy Reading :)
Mobil hitam itu berhenti di bagasi mobil. Audy turun dari mobil itu dan tentunya dengan tarikan yang masih menarik kasar tangannya. Dirinya hanya diam tak memberontak sedikitpun, sedangkan dibelakangnya kedua orang sedang bertos diam-diam yaitu, Mama tirinya dan Jesika.
Audy menatap Bik Asih yang memandang cemas dirinya, Audy menutup matanya dan tersenyum ramah. Sampailah Audy dikamarnya tanpa kata-kata, badan Audy langsung didorong ketempat tidur dan ditinggalkan begitu saja.
Audy masih diam, meski hatinya sangat teriris, mata hazel itu kini mengeluarkan air mata yang menjadi temannya. Cahaya bulan dan bintang malam menjadi saksi.
Dirinya terus memperhatikan bulan dan bintang dengan tangisan diamnya, percayalah sesungguhnya tangisan dalam diam itu lebih menyakitkan ketimbang meluaskannya.
Jika kebanyakan orang menjadikan Bulan dan Bintang sebagai saksi kebahagian mereka lain halnya bagi Audy yang menjadi saksi kesedihannya.
Audy menggapai nakas dan mengangkat sebuah buku diary yang berwarna abu-abu itu tapi bukan itu yang ingin diambilnya namun dibawah buku itulah yang ingin diambilnya yaitu, sebuah cutter.
Dia tertawa hambar dengan air mata yang mengucur deras dari kedua pelupuk matanya. Berjalan dengan tetatih-tatih karna kakinya yang terkilir menuju kamar mandi.
Dia menutupnya rapat dan duduk membelakangi pintu kamar mandi tersebut, bahunya terasa lemas. Tangannya mencapai tombol shower hingga bening-bening air terjatuh dan membasahi dirinya.
Audy menumpahkan tangisannya bahkan berteriak. Dengan cutter ditangannya dia meletakkan diatas lengannya dan mulai menciptakan suatu karya yang menjadi beberapa goresan yang lumayan panjang.
Dirinya terkekeh melihat karyanya itu, cairan merah kental itu mengalir menyucur ditangannya, derah itu bersatu dengan aliran air dari tubuhnya.Malam itu menjadi saksi malam keterpurukan seorang Audy Natalia Carla untuk kesekian kalinya. Tanpa disadari seseorang mendengarkan keluh kesah Audy dari pintu kamarnya, hatinya sedikit tergores mendengar tangisan pilu, bahkan pekikan tertahan Audy, dirinya ingin menerima Audy namun ego yang lebih menguasai dirinya. Dia adalah Yendri, ayah Audy.
🍂🍂🍂
Rasa sakit dan Air mata telah menjadi bagian dari diriku. Berusaha tampil dengan senyum terbaik dihadapan orang sungguh melelahkan.
Audy menatap pantulan dirinya, seragam lengkap dengan dasi dan dengan jaket panjang hitam polos tanpa resleting menutupi seragamnya. Dirinya sengaja menggunakan jaket karna untuk menutupi lengannya yang masih lembam.Dirinya melangkahkan kakinya dengan pelan-pelan. Audy membuka knop pintunya dan keluar bersamaan dengan Deon yang keluar dari kamarnya, tepat di samping kamar Audy.
"Jangan sekolah." Deon menatap cemas Audy. Semalam, dirinya sangat terkejut mendengar kabar dari Dokter Sandra yang mengatakan Audy telah dibawa pulang dan tidak manusiawi oleh Yendri.
"Aku gapapa bang." Ucap Audy kemudian menuruni tangga meski kakinya terasa sangat perih untuk berjalan apalagi untuk menuruni tangga.
Langkah Audy tiba di dapur, dirinya mengambil selembar roti dengan sekotak susu lalu berjalan menuju pintu.
"Audy pamit yah," Pamit Audy dengan mengulurkan tanganya meski harapan dibalas sangat kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAH, AKU ANAKMU (TERSEDIA DI SHOPEE)
Teen FictionTERSEDIA DI SHOPEE Mungkin kebahagian sedang tak bersahabat denganku Atau aku yang tak pantas untuk bahagia? Disaat anak-anak lainnya menghabiskan hari libur mereka diisi dengan kebahagiaan bersama dengan kedua orang tua mereka, lain dengan aku, ak...