Cahaya sang mentari menembus kaca jendela milik Audy, ia segera membersihkan tempat tidurnya kemudian bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Setelah bersiap-siap Audy menuruni anak tangga yang menuju dapur dan dia melihat ayahnya yang tidak disana, pasti ayahnya sudah berangkat lebih dulu. Saat itulah mama tirinya beserta saudara tirinya akan menjelma sebagai iblis jika ayahnya tidak ada.
Audy menghelah nafasnya lalu memasangkan sepatunya hendak pergi tanpa menoleh sedikitpun kepada ketiga orang yang ada disana, sedang menikmati sarapan.
“Kamu gak ada sopan santun sama sekali huh, dasar Anak murahan," sinis Farah dengan sarkas.“Aku pamit duluan ma, Jes, bang Deon,” ucap Audy tanpa memperdulikan ucapan Farah.
“Gue bukan mama lo!” jawab Farah dengan kesal dan mendatangi tempat berdirinya Audy, sedangkan Audy hanya menghelah nafas dan membatin.
'Lagi dan lagi sarapan yang menyakitkan' batin Audy.
“Iya nyonya maaf, Audy lupa,” ucap Audy dengan embel 'Nyonya' karna Farahlah memintanya jika suaminya telah berangkat kerja maka Audy harus memanggil dengan sebutan 'nyonya'.
“Sudah sana pergi kamu, muak saya lihat muka kamu, pergi!” Farah mendorong tubuh Audy hingga tersungkur dilantai.
“Udah sana pergi,” ucap Deon yang tak disangka membantu Audy berdiri membuat mama dan adiknya menganga karena terkejut melihat perlakuan Deon untuk Audy.
“Makasih bang,” ucap Audy kemudian melangkah kakinya kesekolah.“Deon, apa yang kamu lakukan!” ucap Farah dengan murka karena tidak suka melihat Deon yang baik kepada Audy.
“Cuma membantunya, apakah itu salah?” tanya Deon dengan santai sambil menyampirkan tasnya kebahunya.
“Kenapa kamu bantu dia?suka kamu sama dia hah?” tanya Farah.
“Mungkin,” jawab Deon dengan tak kalah santainya, dia tidak ambil peduli dengan ucapan mamanya itu.
“Abang gak boleh ngebantuin dia, apalagi suka sama dia,” ucap Jesika yang sedari tadi hanya diam menyaksikan perdebatan diantar abangnya dan mamanya.
“Hmm, ma Deon pamit,” ucap Deon menyalimi tangan mamanya.“Bang Deon aku nebeng ya, males bawa mobil,” ucap Jesika dengan wajah memelas. Deon menghentikan langkahnya dan menatap adiknya itu.
“Gue gak bisa, gue bareng Hans di depan kompleks,” ucap Deon.
“Yah kok gitu sih bang, udah sama aku aja ya,” ucap Jesika.
“Iya lebih baik kamu sama adek kamu daripada sama orang lain,” ucap Farah.
“Gak bisa, Deon udah janji,” balas Deon kemudian pergi meninggalkan kedua wanita berbeda umur tersebut.
“Ma, bang Deon kok berubah gitu ya?” ucap Jesika dengan curiga.
“Iya, mama juga gak tau,” timpal Farah memperhatikan sifat putranya yang bertingkah aneh akhir-akhir ini.
🍭🍭🍭Audy sampai di sekolahnya tepat waktu sebelum bel sekolahnya berbunyi, dengan nafas yang masih terengah-engah, Audy melangkahkan kakinya menuju kelasnya yang disambut dengan senyum ramah oleh Elie.
“Kenapa sih Dy, kamu gak pernah mau kalo dijemput? kamu pasti capek,” ucap Elie kesal terhadap sahabatnya itu. Elie mengeluarkan sapu tangannya dan mengapus keringat Audy didahinya.
“Elie, aku gak capek kok, udah ayo belajar tuh Bu Tari udah datang,” ucap Audy dengan tersenyum menyakinkan, Audy dan Eliepun belajar seperti biasanya hingga bel istirahat berbunyi.
“Baiklah anak-anak, ibu pergi dulu. Jangan lupa bukunya dibaca dirumah,” ucap Bu Tari kemudian meninggalkan kelas mereka.“Audy kantin yuk,” ucap Elie menggandeng tangan sahabatnya itu yang diangguki oleh Audy. Mereka berjalan dengan santai dan sesekali diiringi canda tawa.
“Eh jalan pake mata dong,” ucap Elie kesal ketika orang-orang berlarian dan tidak sengaja menabrak bahu Elie yang membuat Elie kesal, ingin rasanya Elie mememarahi mereka namun segera di tahan oleh Audy.
“Kok perasaan gue gak enak ya Dy, udah kita gak usah kantin aja deh,” ucap Elie yang melihat banyak orang yang berlari menuju mading sekolah dan menatap mereka lebih tepatnya Audy dengan tatapan jijik. Elie merasa tidak enak, takut akan firasat buruk yang menghantuinya.“Sudahlah ayok, kita husnuzhon aja dulu Li,” ucap Audy menenangkan sahabatnya itu, ya, walaupun Audy merasakan hal serupa dengan Elie rasakan saat ini.
Orang-orang yang berlarian kearah mading sekolah tersebut yang dikerumi oleh banyaknya murid lainnya dan berbisik-bisik, menatap Audy dengan tatapan jijik hingga terdengar oleh Audy dan Elie.“Gak nyangka gue ternyata muka aja yang polos ternyata anak HARAM.”
“Astaga si Audy ternya anak haram, gak nyangka banget ya.”
“Dan juga mamanya itu pelakor, gila banget gak sih.”
“Kita harus hati-hati nih.”
Dan masih banyak lagi bisik-bisik yang menggunjing Audy. Elie tampak marah dan geram melihat mereka yang menyebut nama Audy dan bahkan mencacinya, Elipun maju untuk melihat lebih detail apa yang tertempel dimading dan membuat mereka menggunjing sahabat nya itu.
Matanya melebar setelah melihat lebih detailnya tentang apa yang telah tertempel disana. Elie pun mengepalkan tangannya dan berguman kasar. Ternyata dimading tersebut tertempel foto Audy yang wajahnya dicoret serta tulisan-tulisan yang menyakitkan. Tulisan bertinta merah tebal itu terpasang dengan jelas yang bertuliskan.
'AUDY ANAK HARAM. DASAR ANAK PELAKOR ANAK GAK BENAR, HATI-HATI DIA ITU SAMA KAYAK IBUNYA, MURAHAN!!'
Dan banyak lagi tulisan-tulisan yang menyakitkan untuk Audy, Elie yang menyadari keadaan sahabatnyapun menatap sahabatnya yang mencoba menahan air matanya yang segera tumpah.
“Dy,” panggil Elie yang disambut senyuman yang seolah mengatakan 'tidak apa-apa' oleh Audy.
“Audy, kamu mau kemana?” ucap Elie mengejar Audy yang tiba-tiba berlari keluar dari kerumunan.
“Biarin aku sendiri dulu Li,” lirih Audy yang tak dapat lagi membendung air matanya.
“Kalo kamu ada apa-apa, segera hubungi aku ya,” ucap Elie yang diangguki oleh Audy.
Elie yang masih geram pun kembali kekerumunan sampah itu. Elie menarik dengan kasar kertas-kertas tersebut dengan wajah emosinya hingga habis tidak menyisakan satupun kertas yang mencaci Audy tersisa.
“Siapapun yang berani ngehina Audy berurusan sama gue!!” sarkas Elie dengan penuh penekanan, membuat sebagian orang mengangguk karena takut dengan Elie apalagi mengingat jika Elie adalah anak orang kaya yang bisa melakukan apapun.
“Eli, lo sadar gak sih, dia itu anak haram, sadar Li. Lo udah dimanfaatin sama dia,” ucap Seorang gadis dengan pakaian ketat yang bernama Weni membuat Elie geram ingin segera mengajarnya.
“Jaga ucapan lo bangsat! Dimata gue lo lebih hina daripada Audy!” sinis Elie menarik kerah Weni dengan kesal kemudian mendorong tubuh Weni.
Elie segera keluar dari kerumunan tersebut untuk menemui seseorang yang merupakan dalang dibalik kejadian ini.
See you in next part:)
Oh ya berhubung ini cerita yang udah end tapi aku republish, aku cuma mau bilang buat kalian gak usah khawatir aku bakal tammatin kok tapi dengan sedikit berbeda dari awal dan tentunya lebih enak bacanya yang sekarang daripada kemaren" 😂😂Aku bakal up cerita ini 5 bahkan hingga 10 part dalam seminggu jadi, semoga kalian suka deh :v
Enjoy in my story
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAH, AKU ANAKMU (TERSEDIA DI SHOPEE)
Ficção AdolescenteTERSEDIA DI SHOPEE Mungkin kebahagian sedang tak bersahabat denganku Atau aku yang tak pantas untuk bahagia? Disaat anak-anak lainnya menghabiskan hari libur mereka diisi dengan kebahagiaan bersama dengan kedua orang tua mereka, lain dengan aku, ak...