Dua hari sudah Audy tampak uring-uringan dan selalu melamun, selama dua hari pula Audy tidak bertemu dengan Alres. Elie mulai bertanya padanya namun dia hanya menjawab “Aku gapapa kok.”Sedangkan dilain tempat seorang cowok tengah bergelung dengan selimutnya dan mengubah-ubah posisinya, dirinya tampak uring-uringan.
Hal yang dilakukannya sedari tadi hanya mondar-mandir dan mengehelah nafas, mengambil hp terus dibanting, bahkan bundanya bingung melihat sikap putranya itu yang sudah dua hari ini Alres tidak masuk sekolah.
“Al, kamu kenapa sih nak?” tanya bundanya yang kesekian kalinya ke Alres yang tengah uring-uringan dan kini tengah selonjoran di sofa ruang tengah dan tak lupa Hangky dipangkuannya. Hangky adalah kucing kesayangan Alres, bulu lebat berwarna coklet dan putih itu tampak nyaman di pangkuan tapi tidak dengan siempunya.
“Al gapapa kok Bun.”
“Trus kenapa uring-uringan gak jelas gini?”“Nda, dengerin cerita Al dong ya,” ucapnya dengan serius dan menatap bundanya.
“Iya bunda dengerin kok.”
“Jadi gini Nda, ada cewek manis gemesin tapi Al yakin hidupnya penuh dengan luka,” ucapnya
“Kenapa kamu bilang hidupnya penuh luka? Jangan sok tau kamu, perasaan dulu bunda waktu hamil kamu gak ngidam soto deh, kok jadinya sotoy gini,” ucap bundanya yang mulai ngelantur.
“Bunda, Alres Seriuss,” ucap Alres. Bundanya menyengir dan membentuk jarinya menjadi peace.
“Biar gak tegang suasananya, hehe.”
“Al lihat dimatanya ada banyak beban gitu, terus tuh kan dia dihina anak haram lah, bundanya adalah pelakorlah, apalah, banyak deh bun intinya. Jadikan Al mau deket gitu sama dia, tapi tiba-tiba dia nyuruh Al ngejahuin dia,” jelasnya.
“Owh, jadi ini yang buat kamu uring-uringan gini toh,” jawab bundanya dengan senyum jahilnya.
“Bunda apaan sih.”
“Trus kamu marah sama dia?” tanya Bunda Alres yang diangguki oleh Alres.
“Ya Al marah, Al gak suka aja dia ngomong gitu.”
“Udah nanya alasannya apa?” tanya Bundanya lagi yang dibalas gelengan oleh Alres. Bundanya menghelah nafas memaklumi anaknya.
“Al, jadi kamu itu harus nanya dulu sama dia, apa alasan dia buat nyuruh kamu jauhin dia, bukan malah marahin dia. Bisa jadi dia terpaksa ngelakuinnya demi kamu, mungkin dia gak mau kamu juga ikut dihina dan banyak kemungkinan lainnya yang mungkin jadi alasan dia nyuruh kamu buat jahuin dia,” ucap Bunda Alres menasehati putranya itu.
Alres mendengarkannya tanpa membantah sedikitpun hingga percakapan kedua orang itu selesai dan Alres bertekat untuk meminta maaf besok disekolah kepada Audy.
Seusai pembicaraannya bersama Bundanya, Alres membersihkan tempat tidurnya dan membersihkan badannya. Kini ia lebih terlihat segar dari sebelumnya yang tampak murung.
Alres melangkahkan kakinya dan ada seorang anak kecil berumur dua tahun di gendongannya, yaitu keponakannya yang bernama Jeje yang baru berkunjung ke rumahnya.
Alres melangkah untuk keluar rumah mencari udara seger sore hari bersama keponakannya, namun matanya tak sengaja menangkap sosok gadis yang dirindukannya dan menjadi alasan dibalik uring-uringannya, didepan rumahnya, lebih tepatnya dirumah Elie tetangga depan rumahnya.
Audy duduk bersama dengan Elie dan beberapa buku ataupun novel dikarpet berbulu yang dibentang depan halaman rumah itu, netra mereka saling bertubrukan hingga beberapa saat.
“Woy pantet kerbo, Lo ngapain bengong disitu, kek macan gak dikasih makan,” teriak Elie membuat Alres mendengus melihat tetangga songongnya itu. Entah mengapa langkah kaki Alres membawanya ke halaman rumah Elie, matanya sesekali mencuri pandang kepada Audy.
“Ekhem.” Deheman Elie membuat Alres seakan tertangkap basa telah mencuri sesuatu.
“Biasa aja kali bang ngelihatinnya, awas ntar copot tuh mata,” Sambung Elie.
“Jeje sini sama Aunty Elie dulu yuk. Mereka mau nyelesain masalah mereka dulu,” ucap Elie mengambil alih Jeje dari gendongan koala maksudnya Alres.
“Ly,” panggil Audy.
“Tenang aku pekaan orangnya kalo sama sahabat,” jawab Elie yang mengerti maksud sahabatnya.
“Makanya aku bawa kamu kerumah aku,” bisiknya. Elie pun meninggalkan dua sejoli itu dengan Jeje digedongannya.
Keheningan melanda mereka berdua hingga Alres membuka suaranya lebih dulu karena tidak nyaman dengan suasana canggung diantara mereka.
“Mau jalan-jalan sore gak? Bareng gue,” ajak Alres yang dibalas “Mau.” oleh Audy.
Alres dan Audypun berjalan dengan beriringan menusuri jalan pepohonan yang terdapat banyak rumah dan orang-orang-orang yang melaksanakan olahraga sore semisalnya Jogging.
“Soal kemarin, Maaf. Gue gak sengaja buat ngebentak lo, gue cuma gak suka lo nyuruh gue buat ngejahuin lo, gue gak bisa," ucap Alres dengan nada penuh bersalah pada Audy.
“Maafin aku juga, karna gak ngomong alasan yang jelas buat kamu.”
“Sekali lagi gue minta maaf, gak seharusnya gue ngomong gitu ke elo.”
“Udahlah lupain aja, aku udah maafin kamu kok, lagian itu juga salah aku,” ucap Audy dengan tulus.
“Dan alasan aku buat nyuruh kamu ngejahuin aku itu karna-“ ucapan Audy terpotong karna satu jari telunjuk yang menempel dibibirnya, yaitu jari Alres.
“Udah gak usah dijelasin lagi, apapun itu aku gak mau dengar. Karna bagiku tidak ada alasan yang akan membuat kita saling berjauhan, apapun itu."
Alres tersenyum menggoda pipi Audy yang memerah. Alres juga mengganti gaya bahasanya dari lo-gue menjadi aku-kamu.
“Kamu hebat ya,” ucap Alres tiba-tiba membuat Audy mengangkat alisnya bingung.
“Hebat?” beo Audy.
“Iya, kamu hebat sampe buat aku uring-uringan gak jelas selama dua hari ini, aku kangen kamu Dy," ucap Alres yang semakin membuat pipi Audy semakin memerah, blushing.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAH, AKU ANAKMU (TERSEDIA DI SHOPEE)
Ficção AdolescenteTERSEDIA DI SHOPEE Mungkin kebahagian sedang tak bersahabat denganku Atau aku yang tak pantas untuk bahagia? Disaat anak-anak lainnya menghabiskan hari libur mereka diisi dengan kebahagiaan bersama dengan kedua orang tua mereka, lain dengan aku, ak...