Audy duduk dibangkunya dengan menelungkupkan wajahnya diatas mejanya. Sekolah masih sepi karna ini terlalu pagi dan Audy sengaja datang terlalu pagi untuk menenangkan sejenak pikirannya.
Dan soal dirinya kenapa bisa bebas itu karena Bik Asih melihat Audy yang pingsan, suhu badannya panas, hingga dirinya dibebaskan dari gudang. Bik Asih dan Deon telah melarangnya untuk tidak sekolah namun, Audy masih keukeh untuk tetap sekolah. Pusing kepalanya kembali lagi menyerang membuatnya menutup matanya.
“Dy,” panggil seseorang yang sangat familiar ditelinganya. Audy tetap menutup matanya karna terlalu lemah untuk membuka matanya.
“Audy, Lo kenapa?” Audy mendengar langkah kaki yang mendekat kearah bangkunya dan menyentuh bahunya. Ia mendongak keatas mendapati raut khawatir yang terpantri diwajah orang tersebut.
“A-Alres,” ucap Audy dengan lemah.
“Iya, ini gue. Lo kenapa?” tanya Alres dengan khawatir.
“Aku gapapa kok,” jawab Audy dengan berusaha menyunggingkan senyumnya.
“Audy......” Teriak Elie yang baru masuk ke kelas dan berlari kearah bangkunya, Audy berusaha memberi senyum terbaiknya kepada Elie dan Alres.
“Astaga! Kamu darimana aja. Aku khawatir tau!"
Elie memeluk tubuh Audy. Untung saja panas ditubuhnya telah turun hingga nantinya Elie tidak curiga dan kembali khawatir padanya.
“Biasa,” jawab Audy yang dapat dipahami oleh Elie, sedangkan Alres menyerngitkan alisnya bingung.
Elie menghelah nafasnya. “Lo kuat dan gue yakin itu,” ucap Elie yang dibalas oleh dengan ujung jari telunjuk dan jari jempol yang menyatu. “Pasti.”
“He Jenglot, lo ngapain masih disini. Sana lo pulang kehabitat lo!!” usir Elie kepada Alres yang sedari tadi memperlihatkan Audy dari samping.
“Lo berisik!” kesal Alres dengan mengibaskan tangannya.
“Aku pergi dulu ya dan jangan sakit lagi,” bisik Alres mengusap rambut Audy dengan lembut membuat sebagian murit kelas mereka yang telah berdatangan menatap iri pada Audy dan manahan nafas karna perlakuan Alres.
“Aku gak suka lihat kamu yang pucat gini, kek mayat hidup tau gak,” bisiknya lagi membuat pipi Audy memanas.
Alres mengangkat wajahnya menatap tepat manik mata Audy dan senyumnya mengembang melihat pipi blushing Audy.
Alres pun melangkahkan kakinya keluar kelas Audy menghiraukan banyak pasang mata dengan tatapan memuja untuknya.
“Audy Blushing, cieeeee. Gara-gara si Jenglot,” Goda Elie membuat Audy memutar bola matanya dan mendorong wajah Elie dengan satu jarinya.
🐼🐼🐼
Sepulang sekolah Audy hanya duduk melamun dikamarnya, menatap dengan tatapan kosong kearah jendela kamarnya dan sesekali dirinya menghapus jejak air mata yang turun membasahi pipinya. Hingga suara ketukan beberapa kali dari luar terdengar, Audy tetap duduk tanpa beranjak sedikitpun dari posisinya, tetap masih menatap keluar jendela.
“Audy,” panggil Deon yang mengketuk pintu coklat itu namun tak ada balasan dari dalam, hingga dirinya masuk tanpa sahutan dari Audy.
“Iya bang.” Tanpa menolehkan kepalanya sedikitpun ke arah Deon yang duduk di kursi belajarnya. Dirumah hanya ada mereka bertiga termasuk Bik Asih, jadi Deon lebih leluasa untuk menemui Audy tanpa ceramah dari mamanya, Farah.
“Hidup aku menyedihkan ya bang, engga dianggap, bahkan Ayah kandungnya menginginkan anaknya tiada. Selalu disiksa bahkan aku gak tau salah aku apa sampai ayah selalu menghukumku.” Audy mengusap Air matanya yang kembali terjatuh.
“Orang-orang mungkin menganggapku bodoh karena masih menganggap keluarga dan rela dihukum, ya aku hanya orang bodoh. Tapi tidak seorangpun mengerti betapa sulitnya jadi aku, aku harus apa? Pergi dari rumah ini? Apakah membalasnya? Itu tidak akan berguna. Jika aku melakukan itu, kapan aku merasakan kasih sayang ayah seperti yang mereka rasakan. Kapan?”
Deon sama tidak memotong pembicaraan Audy, berusaha menjadi pendengar yang baik, mendengarkan semua keluh kesah dari gadis yang selalu menyunggingkan senyumnya namun sebenarnya rapuh dan lemah.
“Orang-orang membenciku, bilang aku itu anak haram, gak punya ayah, padahal kan aku punya ayah, punya bunda, walaupun bunda sakit dan sering nyakitin aku, tapi aku sayang mereka, sayang banget. Kadang aku ngerasa lelah bang, Audy capek hiks, Audy-.” Audy tak sanggup lagi melanjutkan ucapannya karena rasa sesak didadanya menampung semua kesedihan yang tak dapat digambarkan.
Deon segera memeluk adik tirinya itu, mengusap punggung Audy dengan lembut.
“Lo kuat Dy, lo pasti bisa jalanin semua ini, buat Papa nyesal udah nyiksa kamu dan buat papa sayang sama kamu dengan cara kamu tanpa menjadi orang lain, keep strong.”
Audy mengangkat kepalanya dari pelukan Deon dan menatap Deon, Deon menghapus air mata yang membasahi pipi Audy.
“Mau ikut gue?” tanya Deon dengan menaikkan Alisnya.
“Kemana?”
“Ketempat Kayla Anaya, Abangkan udah janji buat bawa kamu kedia dan ini abang mau nepatin janji abang.”Deon tersenyum, senyum yang sama sekali jarang terpantri diwajah tampannya, hanya orang yang menurutnya spesialah yang dapat melihat senyuman itu yaitu, Audy dan Kayla.
“Seriously?” tanya Audy dengan semangat yang diangguki oleh Deon beberapa kali membuat Audy beranjak dari tempatnya dan mengambil sling bag yang berisi dompet dan Handphone kemudian ia segera memakai snakers berwarna putih miliknya.
“Let's go,” Seru Audy dengan semangat, Deon mengacak rambut Audy karna gemas.
Lihatlah baru saja dirinya menangis yang terdengar lirih tapi kini telah menampilkan senyum pepsodentnya, sepertinya gadis itu kembali memakai topeng kebahagian yang selalu diperlihatkan olehnya.
Mobil Deon melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota. Dimobil hanya suara radio yang terdengar menyanyikan salah satu lagu yang berjudul 'Don't Watch Me Cry dari Jorja Smith' membuat kesan mellow dimobil tersebut, Deon yang mendengar itu segera mematikan radionya.
Mobil hitam itu berhenti disalah satu Rumah Sakit yang terletak di Jakarta. Audy mengerutkan dahinya bingung dan menatap abangnya yang kini menatap lurus Rumah sakit itu.
“Bang, kok kita kesini? Kan kita mau ketemu sama kak Kayla,” tanya Audy bingung.
“Disini tempat dia Dy,” jawab Deon kemudian menarik lembut lengan Audy dan membawa kesalah satu ruangan yang bisa dibilang ruangan 'VIP', Deon Terlebih dahulu membuka ruangan tersebut.
Dengan Menguatkan hatinya, Deon membuka knop pintu ruangan tersebut.
Hingga terlihat lah, Seorang gadis yang matanya tertutup rapat dengan berbagai jenis alat medis yang menempel ditubuhnya.
Audy masih bingung dan menatap Abang titinya tengah membuang bunga mawar yang layu ke tong sampah dan menggantikannya dengan bunga mawar yang lebih segar yang tidak diketahui Audy dimana abangnya itu mendapatkannya.
Deon mengusap rambut panjang hitam itu dengan penuh sayang dan mengkecup sekilas kening gadis itu.
“Dia Kayla Anaya Dy.”
Jangan lupa buat ninggalin jejak kalian:)
Dan jangan lupa nabung buat bisa peluk kisah Audy dalam bentuk buku ya:)
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAH, AKU ANAKMU (TERSEDIA DI SHOPEE)
Novela JuvenilTERSEDIA DI SHOPEE Mungkin kebahagian sedang tak bersahabat denganku Atau aku yang tak pantas untuk bahagia? Disaat anak-anak lainnya menghabiskan hari libur mereka diisi dengan kebahagiaan bersama dengan kedua orang tua mereka, lain dengan aku, ak...