(05) . insomnia

59 24 13
                                    

      MALAM ini, tugas-tugas Kama benar-benar sudah menumpuk. Kebiasaannya yang mengulur-ngulur waktu tak dapat dihentikan, walaupun Kama mengerjakannya dengan menyontek milik Jengga tapi tetap saja tangannya pegal.

      Jam dinding menunjukkan pukul satu, Kama berdecak kagum pada dirinya. Biasanya, jam sepuluh saja matanya sudah sangat berat.

      Kama menidurkan dirinya diatas kasur, mengecek ponsel sebelum tidur sudah menjadi kebiasaan. Yang tidak biasa, ini kenapa gadisnya belum tidur? Sava baru saja mengunggah status aplikasi chat yang berwarna hijau itu.

      Kama memilih menelpon gadisnya. Dering pertama langsung diangkat oleh sang gadis.

      “Halo?”

      “Gercep juga, kangen ya?”

     “Sepertinya anda salah sambung, maaf.”

      “Heh.. Kok ngambekan.”

      “Hm.”

       “Kenapa gak bisa tidur?”

      “Gak tau.”

      “Pasti sibuk mikirin saya.”

      “Dih.”

      “Tidur he, sudah malam.”

     “Gak bisa... Lagian udah biasa kok.”

      “Ya gak boleh dibiasain!”

      “Hm.”

      “Bandel, gak dengerin. Digigit nyamuk loh nanti.”

      “Kok malah doain?!”

      “Daripada digigit hantu.”

     “Hantu bisa gigit?”

      “Ya gak tau, coba saya tanya dulu. Va kamu bisa gigit, gak?”

     “Sialan!”

      Selain umpatan, Kama juga mendengar kekehan halus dari lawannya.

      “Mau dinyanyiin?”

     “Boleh.”

      “Tapi suara saya mahal, gak jadi deh.”

      Sava disebrang mendesis.

      “Yaudah, gak usah.”

      “Jadi deh.”

      “Serah serah.”

      “Mau dinyanyiin apa?”

      “Apa aja.”

      “Gak ada lagu apa aja, Sava.”

      “Bukan gitu maksudnya.”

      Kama terkekeh halus, “Yaudah sekarang pengeras suara ponselmu aktifkan. Taruh disamping bantal, biar nanti saya yang matiin sambungannya kalau kamu udah tidur.”

      “Hm.”

      Kama menyamankan tidurnya terlebih dahulu, menatap langit-langit kamarnya yang gelap. Ia biasa tidur dalam kegelepan sejak kecil. “Sudah?”

      “Sudah.”

      Kama berdehem sebentar. “Dengerin loh ya.”

      “Iyaaaaaaaaa.”

      Dengan suara rendahnya, Kama mulai menyanyikan lagu yang akhir-akhir ini disukainya. One only milik Pamungkas. Lagunya yang juga mengingatkannya tentang pertemuan mereka berdua, tentang gadisnya.

Oo, there you are

Sittin' still all stripes and lonely

Hidin' wishin' waitin'

While i'm, here i'm

Standin' still stare at you only

Everythin' gets blurry

All i want is just to stay

You can't shake me

I would never dare

Let go

Through the talkin' and the walkin'

I will give you all my loving~”

      Kama menarik napas sebentar sebelum melanjutkan nyanyiannya.

Start countin' all the days

Forever i will stay with you

With you, one only you

Go far and roam about

Comeback to callin' out to me

To me, one only me~”

      Kama tersenyum selepas bernyanyi, mendengar disebrang tak lagi bersuara. Kama bergumam lirih, “Semoga alam raya mengambulkan doa saya kembali, ya? Setelah kita bersapa semoga kelak kita berjabat. Selamat tidur, Alsava. Jaga hati saya, ya.”

       Kama mematikan panggilan mereka berdua, lalu mencoba tertidur juga. Tidak menahu, bahwa Sava di sebrang sana mendengar apa yang diucapkannya barusan. Dan tentu saja Sava amin kan.

Bayangin hecan nyanyi one onlyㅠㅠ eommaaaabye world:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bayangin hecan nyanyi one only
ㅠㅠ eommaaaa
bye world:)


ii. meluruh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang