39 | Pelukan

1.8K 372 545
                                    


Epilog akan di publish jika komentar chapter ini mencapai 400.

If I did anything right in my life, it was when I gave my heart to you, my special one

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


If I did anything right in my life, it was when I gave my heart to you, my special one.

-Zacky Adyaksa


***

Sudah dua hari semenjak gue memutuskan untuk menghilang dari kehidupan Zacky. Nggak beneran menghilang sih, lebay amat gue. Yang jelas, keseharian gue yang diisi oleh Zacky perlahan kembali seperti dimana Zacky belum menjadi tetangga gue.

Gue berangkat ke kampus sendirian menggunakan KRL, belajar, istirahat bersama teman kelasan gue, kemudian pulang naik ojol dan sambung lagi naik KRL. Kami juga nggak saling chat lagi. Kalau saja kebetulan gue pengen keluar rumah bersamaan dengan Zacky yang membuka pintu pagar. Gue akan kembali masuk sebelum ia menyadarinya.

Cukup membuat gue merasakan yang namanya nikmat hidup dengan kesendirian. Pergi ke cafe, minum kopi nongkrong ala anak indie di pinggir jendela sambil ngeliat senja. Pulang naik umum sambil menikmati angin sepoi-sepoi.

Se-simple itu. Dan gue jauh merasa lebih baik ketika sudah hari ke empat.

Mimpi buruk itu sudah hilang, denging juga nggak terdengar lagi.

Tetapi, ketika gue mencoba menatap Zacky dari kejauhan, denging itu kembali muncul.

Menyiksa? jelas. Bagaimana trauma ini muncul ketika gue melihat wajahnya. Kelewat kejam.

Gue memutuskan untuk berkonsultasi dengan mahasiswa psikologi, kenalannya Leta. Gue menceritakan semuanya.

Sesuai dugaan, dia bilang ini trauma. Tapi dia nggak berani mengatakan apakah ini termasuk kecil, sedang atau berat. Dia menganjurkan gue untuk terapi di psikiater, karena kalau didiamkan tidak baik juga.

Maka dari itu di sinilah gue sekarang. Ditemani June, gue duduk di kursi tunggu.

"Kalau kata orang-orang sih, kuping berdenging itu tandanya kita lagi diomongin orang. Coba deh lo inget-inget lo pernah bikin dosa sama siapa aja." June membuka suara sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya, sibuk chattingan.

"Ya beda lah tolil. Masa dengingnya dateng terus, emang mereka pada ngomongin gue setiap hari apa."

"Ya mana ada yang tau, lo kan ngeselin anaknya."

"Asu."

Selang beberapa menit June kembali berbicara. "Kalau telinga berdenging versi halusnya. Kata guru ngaji gue, daun jiwa orang yang meninggal tuh jatoh bergesekkan sama daun jiwa milik kita."

"Berarti daun-daun jiwa pada centil banget ya modus gesek-gesek ke daun milik gue."

June mengernyit, lantas mengumpat. "Anjing kok ambigu."

Random CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang