ANDRIANA | 19

11 2 0
                                    

Happy Reading

Hari sudah semakin malam, dan Riana masih saja berkutat dengan tugas kantornya. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam.

Andre membawakan kopi untuk Riana.

"Na, minum dulu kopi nya," pinta Andre.

"Iya, taruh situ aja," balas Riana.

"Kalau lo capek istirahat dulu, lanjutin besok. Sekarang ayo pulang!" ajak Andre.

"Nggak, gue mau lanjutin dulu, habis ini selesai kok. Lo tunggu di sofa aja," suruh Riana.

"Yaudah gue tunggu." Andre berjalan menuju sofa berwarna putih, berikutnya ia langsung duduk di tempat tersebut.

Tak disangka-sangka, kepala Riana pusing, dan ia terjatuh tersungkur ke lantai.

Melihat kejadian tersebut, sontak Andre kaget,"RIANAA!" teriaknya. Ia langsung membopong tubuh Riana keluar dari kantor dan menuju rumah sakit terdekat.

Tak berselang berapa lama, akhirnya Andre tiba di rumah sakit.

"SUSTER TOLONG SAYAA!!" teriak Andre, dari arah belakang sudah ada suster yang mendorong branker rumah sakit.

"Sus, tolong pacar saya!" pinta Andre.

"Baik, anda tunggu sebentar biar kami yang menanganinya," ucap suster tersebut.

"Gue harus telpon tante," gumam Andre, ia langsung merogoh saku nya mengambil handphone nya.

"Halo tante"

"Iya andre, ada apa?"

"Tante, Riana masuk rumah sakit"

"Astagfirullahaladzim, yaudah tante sama om akan kesana, jaga Riana baik-baik"

"Iya tante"

Tutt...
Sambungan terputus.

Beberapa menit kemudian, Arimbi dan Nugraha tiba di rumah sakit.

"Gimana keadaan Riana?" tanya Arimbi yang terlihat khawatir.

"Tante tenang dulu, Riana masih ditangani oleh dokter."

Detik berikutnya dokter keluar dari ruang periksa.

"Gimana anak saya dok?" tanya Arimbi.

"Anak anda kelelahan, dan kanker yang mula nya sudah hilang, kini kembali lagi menyebar, dan pasien harus istirahat dan tidak boleh melakukan kegiatan apapun," tutur dokter tersebut.

Degg!!

Seketika suasana hening, Andre, Nugraha, Arimbi syok dengan apa yang baru mereka dengar.

"Saya permisi," ujar Dokter.

"Hikss... Riana,"

"Ma, yang sabar," ucap Nugraha menenangkan istrinya.

Andre masuk ruang inap, ia khawatir melihat Riana yang terbaring lemah di atas branker rumah sakit.
Andre langsung duduk, menggenggam tangan Riana.

"Na, bangun,"

"Andre," lirih Riana yang mulai membuka matanya.

"Gue kenapa?" tanya Riana.

"Lo butuh istirahat," jawab Andre.

"Kanker gue nyebar lagi kan?" lirih Riana lemah.

"Lo harus tabah ya."

"Hikss... ini salah gue, karena gue terlalu memaksakan diri."

"Udah Na, ini udah takdir,"

"Riana," panggil Arimbi dari ambang pintu.

"Mama," lirih Riana.

"Sayang."

"Riana nggak papa kok Ma," ucap Riana.

"Sekarang kamu harus fokus sama kesembuhanmu, jangan banyak pikiran."

"Iya Ma, maafin Riana yah."

"Iya sayang, nggak papa kok."

Arimbi menoleh, "Andre, lebih baik kamu pulang, udah malem. Besok kesini lagi."

"Iya tante, permisi."

Sepeninggal Andre, Arimbi membuka suara kembali.

"Mama kabarin Rinda dulu yah,"

"Iya Ma."

Arimbi mengambil ponselnya di dalam tas, dan langsung mencari nomor Rinda.

"Halo, Ma"

"Rinda, Riana masuk rumah sakit"

"Sakit apa"

"Kanker-nya kambuh lagi"

"Maaf ya Ma, Rinda belum bisa pulang masih sibuk"

"Nggak papa kok, terserah kamu. Yaudah selamat malam yah"

"Iya Ma"

Sambungan terputus sepihak

"Udah Mama kabari, katanya belum bisa pulang masih sibuk di sana."

"Iya Ma," sahut Riana sembari menampakkan senyumnya.

"Yaudah, Mama ke depan yah, mau beli makan, kalau butuh apa-apa bilang sama Papa," ucap Arimbi ia mengangkat bahunya berdiri, mengecup kening putrinya.

To be continued...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANDRIANA [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang