Aku melihat pintu yang ada di hadapanku. Belum mengetuk saja hatiku sudah tidak karuan. Meskipun hampir seumur hidupku tinggal Bersama Regi tetap saja jika harus berhubungan dengan anak bontot Admaja membuat hatiku ketar-ketir.
Aku bahkan berpikir, pantaskah seorang Inara anak dari Bunda Ayu menyukai Regi anak majikan yang sudah terlalu banyak membantu aku dalam berbagai hal.
Tapi, aku sendiri tidak bisa menahan untuk tidak menyukai Regi. Lupakan tentang dirinya yang jutek dan cuek. Regi itu benar-benar menarik untuk mata dan hatiku. Pintar, tampan dan satu lagi Regi tidak pernah memandang rendah orang lain. Meskipun aku anak seorang asisten rumah tangga di rumahnya tetapi ia tidak pernah berlaku kasar atau semena-mena.
Bahkan sikapnya pada Bunda sangat sopan, mungkin ajaran Ibu Indah karena Raka juga seperti itu. Kedua anak Admaja sangat sopan dan menghargai orang lain.
Meskipun Raka lebih bersahabat tetapi tetap saja aku lebih tertarik dengan Regi. Mungkin karena selalu satu sekolah, universitas dan sekarang kami bekerja di tempat yang sama.
Regi sudah memiliki apartemennya sendiri. Regi merasa jarak rumah dan rumah sakit terlalu jauh jika ia harus pulang malam dan merasa lelah. Jadilah, Regi membeli satu unit apartemen dekat dengan rumah sakit.
Sedangkan aku? Aku sebenarnya ingin saja membeli satu unit apartemen atau rumah. Tapi, lebih baik mengembalikan uang kepada Pak Buana dibanding membeli satu unit apartemen kan? Setidaknya satu hutang akan lunas.
Aku mengetuk pintu apartemen Regi. Beberapa kali sampai aku mendengar suara Langkah mendekati pintu. Aku menarik napas dan membuangnya kasar.
Aku mendengar suara kunci dan knop pintu terputar. Ketika pintu sudah terbuka aku melihat sosok wanita cantik berdiri di ambang pintu sambal tersenyum kikuk.
"Cari siapa ya?"
Aku melihat kembali nomor unit di samping pintu tersebut. GM 27 XA. Benar ini unit Regi.
"Reginya ada?"
"Oh, ada. Sebentar ya. Masuk dulu aja."
Dengan kikuk aku masuk ke dalam unit Regi dan melihat isi apartemen Regi. Seperti kamar yang ada di rumahnya semua didominasi dengan warna putih dan coklat.
"Sayang, ada yang cari kamu." Ucap wanita itu.
Sayang? Sayang? Aku bahkan harus menahan napas Ketika mendengar suara wanita tersebut memanggil Regi. Ini pacar Regi?
Aku tidak pernah tau jika Regi sudah punya pacar karena wanita ini tidak pernah ke rumah. Ini pertama kali aku melihat pacar Regi.
Cantik, putih dan memang sangat cocok dengan Regi dibanding aku. Aku? Aku bahkan tidak bisa dibandingkan karena tidak ada perbandingan yang cocok antara kita berdua. Kenapa juga aku harus membandingkan diriku sendiri?
"Inara?"
Aku segera melihat ke arah Regi yang sedang mengeringkan rambut pendeknya dengan handuk kecil. Berduaan di apartemen dengan Regi yang baru mandi membuat isi otakku tidak bisa berpikir positif.
"Ini." Aku mengulurkan tas yang tadi Ibu Indah titipkan, "Ibu nitip ini katanya kamu minta."
Regi mengangguk, "Mama tadi katanya mau anter, kok jadi kamu?"
Aku mengangguk, "Banyak bunga baru datang. Jadi Ibu suruh aku." Ucapku menjelaskan sedikit. "Kalau gitu aku pamit."
Regi mengantarku ke depan pintu, lalu berdeham membuatku menghentikan langkahku dan melihat ke arahnya.
"Soal Elsa jangan bilang Ibu bisa?"
Aku melihat ke arah dalam apartemen lalu mengangguk dan berjalan menuju lift dengan hati yang sakit tercubit.
![](https://img.wattpad.com/cover/231295247-288-k492099.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cherry On The Cake
RomanceMenjadi dokter hanya sebuah angan-angan bagi Inara. Tapi ternyata keinginannya tercapai berkat keluarga Admaja. Keluarga Admaja yang baik hati pada keluarganya yang membuat Inara sendiri bingung harus membalas keluarga Admaja seperti apa. Ditambah...